RSS

Kamis, 21 Januari 2010

Memories of you by : YUrika

Kutatapi lautan biru yang membentang dihadapanku. Deru ombak terasa menyapu semua perasaanku saat ini. Aku duduk di tepi pantai dengan segelas coklat panas ditanganku. Otakku terus berputar, ingatan-ingatan itu terus menyelimutiku. Aku ingat tepat pada musim semi tahun lalu seseorang menyelamatkanku dari kematian di pantai ini. Seseorang yang paling istimewa bagiku. Seseorang yang berhasil menyadarkanku akan betapa berharganya hidupku. Aku tersenyum hambar. Kenangan itu telah menggelayutiku sepanjang tahun. Hari ini tepat satu tahun berganti dan aku masih duduk disini. Menunggunya dan berharap dia akan kembali. Aku tau itu hampir gak mungkin. Aku tau semua yang kuharapkan ini sia-sia. Empat musim berlalu dengan harapan yang terus ada dalam hatiku. Tapi kini, aku sadar kalau semunya percuma. Dia takkan kembali. Dia tak akan pernah kembali. Aku mungkin orang yang paling bodoh karena aku percaya kalau keajaiban sewaktu-waktu akan menuntunnya untuk datang padaku. Tapi itu tidak terjadi sampai detik ini.
Ini hari terakhirku di kota ini. Besok pagi-pagi sekali aku akan pergi. Aku akan pergi dan meninggalkan semua kenangan dan harapanku di pantai ini. Semuanya akan kukubur jauh-jauh di dalam hatiku.
Aku memejamkan mataku dan semua ingatan itu datang lagi. Semuanya dimulai pada musim semi tahun lalu. Saat itu aku baru saja kehilangan orang-orang yang paling berharga di hidupku. Dan semua itu karena salahku!!!! Kedua orangtuaku terbunuh karena mencoba menyelamatkanku! Kedua orangtuaku ditembak oleh para penculik yang menculikku. Mereka menembak kedua orangtuaku tepat dihadapanku. Kejadian itu terus membuatku merasa bersalah. Aku terus menyalahkan diriku!
Pada sore hari di musim semi tahun itu, aku berniat untuk memutuskan kontrak hidupku pada tuhan di pantai ini. Aku sudah bener-bener gak tau harus berbuat apa. Yang aku pikirkan hanya bagaimana caranya agar aku bisa bertemu kedua orangtuaku disurga. Kakiku membawaku berjalan kearah laut dan perlahan-lahan air laut mulai menyapu tubuhku. Deru ombak saat itu seperti akan menelanku. Aku tau ini salah tapi aku bener-bener gak mau hidup sendiri. Saat laut hampir menenggelamkanku seseorang menarikku. Dia berusaha menyelamatkanku tapi aku terus berontak. Dia menarik tanganku dengan kuat dan akhirnya berhasil membawaku kembali ke tepi pantai.
“Kau gila! Apa yang kau lakukan!” teriaknya. Aku marah! Aku bener-bener marah padanya! Kenapa dia ikut campur! Kenapa dia menghalangiku!
“Kau bisa mati!” teriaknya lagi. Kata-kata itu menghujamku dan kutatapi dia. Air laut membuatku sadikit menggigil tapi aku masih punya kekuatan untuk bertahan sekarang. “Jangan ikut campur! Kau!!! Kenapa kau menghalangiku!” teriakku. Dia menatapku takjub dan aku bener-bener gak bisa bilang apa-apa sekarang. Dia masih menatapku tajam.
“Kau…, tapi kenapa??? Kenapa kau senekat ini???!!!” dia terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan padaku tapi aku gak bisa jawab. Aku bingung! Aku gak tau harus bilang apa ke dia?! Aku gak tau!!!
“Semua salahku…” kata-kataku meluncur begitu saja. Kulihat dia menaruh perhatian pada setiap kata-kataku.
“Kedua orangtuaku…, mereka terbunuh di depan mataku dan semua itu salahku!!!” teriakanku berhasil menenggelamkan deru ombak di belakangku. Aku tau tak seharusnya kukatakan semua ini padanya. Dia mulai mendekatiku. Dia berusaha menenangkanku tapi aku tetep berteriak dan menangis histeris. Kata-kataku meluncur begitu saja. Aku tak bisa membendung semuanya lagi sekarang. Semuanya tumpah dan itu sedikit membuatku merasa lega. Aku terus berteriak padanya dan tiba-tiba sesuatu membuatku tak bisa bicara. Dia…, dia menciumku. Aku terdiam dan air mataku berhenti mengalir. Waktu seperti berhenti. Dia menciumku denagn lembut dan kurasakan dia berusaha mengerti keadaanku. Sejenak aku merasa nyaman sampai akhirnya aku sadar. Aku sadar dengan apa yang terjadi saat ini. Kubuka mataku dan kudorong dia menjauh dariku. Aku menangis lagi dan refleks aku memukulnya. Pukulan itu tidak kuat tapi cukup untuk melampiaskan amarahku padanya. Kulihat dia terkejut dan aku segera pergi meninggalkannya dibelakangku.
Kenangan itu takkan pernah bisa kulupakan. Sejak saat itu aku berusaha mengerti akan satu hal. Hidup itu indah. Dan aku tau kalau orangtuaku tau aku melakukan hal bodoh itu mereka pasti akan kecewa padaku. Sejak saat itu aku berusaha untuk kuat. Setiap malam bayangan itu menggelayutiku dan itu menyadarkanku akan satu hal. Seseorang yang menyelamatkanku adalah dia. Salah satu dewa asia yang kukenal. Xiah Junsu dari DBSK yang dipuja banyak orang. Dan bodohnya aku, aku telah jatuh cinta padanya. Aku telah jatuh cinta pada seseorang yang dipuja jutaan wanita di seluruh dunia. Semua itu semakin membuatku sadar kalau dia tak akan kembali. Saat itu adalah suatu kebetulan yang luar biasa bagiku karena bisa bertemu dengannya. Tapi kebetulan itu tak akan terjadi lagi sekarang.
Matahari mulai terbenam. Aku tau sudah saatnya aku pulang. Aku berjalan lunglai meninggalkan pantai yang kini kosong. Aku berjalan perlahan-lahan tanpa melihat jalan didepanku. Aku memang pengecut karena aku tak berani melihat masa depanku, tapi aku juga gak mau melihat ke belakang, karena aku tau aku mungkin tak akan bisa pergi jika aku terus melihat ke belakang. Pasir-pasir ini terasa hangat dikakiku. Aku tau mereka akan mengantarkanku pada kenyataan hidup yang telah menungguku. Aku ingin menangis tapi air mata ini tak lagi menetes sejak saat itu. Aku terus berjalan perlahan sampai aku menabrak sesuatu didepanku. Aku hampir terjatuh tapi dia menahanku. Seseorang menahanku agar aku tak terjatuh dan akhirnya aku melihat seseorang yang kutabrak.
Mataku tertuju pada seseorang yang berdiri dihadapanku. Aku terdiam mataku tak bisa berhenti menatap kearahnya. Darahku terasa mendidih dan jantungku memompa aliran darahku dua kali lebih cepat dari biasanya. Dia tersenyum dan aku tetap melihatnya tanpa ekspresi. Aku bener-bener kaget dan gak percaya dengan apa yang kulihat. Keajaiban itu bener-bener ada. Sekarang dia berdiri dihadapanku dan dia tersenyum padaku. Aku tau ini nyata dan ini bukan mimpi.
Akhirnya air mataku bergulir lagi. Aku menangis tapi ini tangisan bahagia. Spontan aku memeluknya. Dan dia juga memelukku erat. Aku tau ini gila tapi ini bener-bener terjadi. Aku… aku bahagia.
“Kenapa kau selalu menangis didepanku?” katanya. Aku gak tau harus gimana tapi aku tetep memeluknya erat.
“Akhirnya aku menemukanmu.” Kata-kata itu dibisikannya padaku. Aku semakin tak percaya dengan semua yang kudengar.
“Selama ini aku selalu ingin bertemu denganmu tapi aku tak pernah bisa. Sejak saat itu kau selalu memenuhi pikiranku.” Kata-katanya membuatku merasa tak ada lagi yang bisa membuatku menangis.
“Berjanjilah untuk tidak menangis selain dihadapanku. Karena sekarang kau tak sendiri. Aku akan ada untukmu.” Pelan-pelan dia melepaskan pelukannya. Aku hanya mengangguk dan dia tersenyum. Lagi-lagi dia mendekat dan…, dia menciumku untuk kedua kalinya. Kali ini rasanya berbeda. Semuanya terasa begitu indah. Ingatan itu lagi-lagi berkelebat dalam otakku tapi semuanya terasa begitu indah. Dan aku tau satu hal sekarang bahwa dia telah jatuh cinta padaku saat pertama kali bertemu denganku.
“Ngomong-ngomong, siapa namamu?” kata-kata itu membuatku tertawa. Dia juga tertawa dan kami menertawakan diri kami masing-masing. Dia masih tertawa tapi aku menatapnya penuh cinta, “Arisa. Aku Arisa.”
Junsu tertawa lagi dan di memelukku erat untuk kesekian kalinya. Deru ombak turut merayakan saat-saat ini. Seakan-akan bisa merasakan perasaan kami. Mulai saat ini ku pastikan pantai ini akan menjadi saksi cinta kami selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang uda baca jangan lupa comment ya....

saran dan kritikan di tunggu....

gomawo...

 
Copyright GosHiKi TvxQ 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .