RSS

Jumat, 16 April 2010

Whatever They Say

Tittle : Whatever They Say
Guest Star : YunJae
Genre : Romantic ??


Malam yang dingin menusuk kota GwangJu. Cuaca cerah dipenuhi bintang. Memang malam yang sangat pas untuk sekedar jalan-jalan mengitari kota GwangJu sambil menikmati pemandangan langit yang indah.

Di sudut kota terdapat taman yang kecil, namun udara di sini sangatlah nyaman. Taman yang dipenuhi daun-daun hijau yang ditanam oleh ibuku. Ibu menatanya sendiri dengan sangat rapi. Aku sangat suka tempat ini.

Aku Jung Yun Ho, 17 tahun. Saat ini aku sedang bingung. Sebentar lagi ulang tahunku, tapi aku masih belum punya pacar. Umurku sudah 17 tahun, beranjak 18 tahun. Ibu bilang aku sudah boleh berpacaran. Tapi kenapa mencari wanita itu sulit ya untukku? Ibu menyuruhku membawa pacar saat pesta ulang tahunku nanti. Bagaimana bisa? Aku kan masih jomblo.

Malam itu, 4 Februari. Aku menghabiskan sepanjang malam di taman. Aku terus berpikir bagaimana caranya supaya aku bisa dapat pacar hanya dalam waktu 2 hari.

Saat sedang berpikir, aku melihat ke seberang taman. Disana terdapat sebuah rumah kecil unik, terlihat sangat nyaman. Seingatku rumah itu tidak ada yang menempati. Apa tetangga baru? Sepertinya sedang ada pesta ulang tahun di rumah itu.

Aku yang penasaran mencoba mengintip ke dalam rumah itu dari luar pagar. Wah, di dalam rumah itu hanya ada wanita, sekitar 10 orang remaja dan seorang ibu yang memimpin pesta itu. Mereka semua mengelilingi sebuah kue cokelat besar. Diatas kue itu ada 2 buah lilin angka 1 dan 8. Ulang tahun yang ke 18, pikirku.

Salah satu dari mereka meniup lilin kue itu, diiringi tepuk tangan dan ucapan selamat dari sekitarnya. Aku terperanjat. Cantik sekali gadis itu. Dia yang berulang tahun ke 18. Kulitnya putih mulus dengan wajah baby face, berambut pendek dengan baju dan celana panjang, style pria. Sepertinya dia gadis tomboy. Tapi wajahnya benar-benar membuat hatiku bergetar. Cantik, sungguh cantik. Dia tipeku. Aku harus mengenalnya!

Aku memberanikan diri untuk bergabung di dalam pesta itu dengan dalih ingin mengenal tetangga baru. Untunglah caraku ini berjalan mulus. Mereka semua percaya dan dengan sangat mudahnya aku bisa bergabung dengan mereka. Ternyata keluarga ini bermarga Kim.

Selesai pesta aku duduk di sebuah bangku kecil di halaman rumah keluarga itu. Ah bodohnya aku. Aku tidak sempat berkenalan dengan gadis cantik itu. Aku malah keasyikan ngobrol dengan pemilik rumah dan anak-anaknya yang lain, kecuali dengan gadis itu. Dia terlihat sangat pemalu.

Aku terus menggerutu. Andai saja aku bisa mengulang waktu. Tuhan aku ingin sekali mengenal gadis itu..

Tiba-tiba seorang wanita duduk di sampingku, memberi segelas susu coklat hangat.

“Kau Yun Ho ya? Jung Yun Ho kan? Ini minumlah, supaya kamu hangat. Malam ini kan dingin.” tawar gadis itu ramah.

Aku menoleh ke arahnya ketika akan menerima segelas susu coklat itu.
“Ya, terima ka…”

Aku kaget. Wanita yang disampingku ini adalah gadis yang tadi, yang sangat ingin kukenal. Kini dia berada di sampingku, dekat sekali denganku. Matanya yang indah bertatapan dengan mataku. Tanganku dan tangannya bersentuhan, melingkar di gelas susu yang dia tawarkan. Wajah putih mulusnya membuatku tidak dapat berkata-kata lagi. Aku sungguh-sungguh jatuh cinta pada wanita ini!

Tanpa sadar bibirku dan bibirnya bersentuhan. Gadis itu tidak menolak sama sekali. Kami pun berciuman di bawah indahnya langit, disaksikan oleh jutaan bintang. Tuhan, apa ini tandanya dia juga merasakan hal yang sama denganku? Apa dia juga mencintaiku?

Setelah lima menit, gadis itu pun melepaskan ciumannya. Wajahnya yang putih mulus terlihat memerah karena malu. Dia pun pergi meninggalkanku. kenapa dia pergi?

==============================================================

Aku tidak bisa tidur memikirkan kejadian tadi. Apa gadis itu marah padaku? Kenapa tadi dia pergi meninggalkanku? Bahkan aku belum menanyakan siapa namanya. Astaga aku lupa! Aku juga belum mengucapkan selamat ulang tahun padanya! Ah kenapa aku ini benar-benar bodoh? Pabo..

Keesokan harinya aku memberanikan diri untuk bertemu dengannya. Minimal aku harus tau namanya hari ini, pikirku. Dan aku juga harus mengucapkan selamat ulang tahun. Yah,, meskipun telat satu hari.
Sampai di depan rumahnya, aku pun mengetuk pintu. Lama sekali, apa tidak ada orang di dalam? Yah, mungkin ini bukan waktunya aku bertemu dengan gadis itu, pikirku pasrah. Saat aku berbalik akan pulang, pintu pun dibuka.

“Ah maaf menunggu lama. Cari siapa ya?” tanya wanita yang membukakan pintu.

Aku kembali berbalik. Kulihat gadis cantik itulah yang membukakan pintu. Dia terlihat memakai celemek berwarna hitam, sepertinya dia sedang memasak. Beruntung sekali aku.

“Ah, aku mencarimu,” jawabku.

“Oh, Yun Ho. Ayo silahkan masuk,” ajak gadis itu sopan.

Aku pun masuk ke rumahnya. Wah, rapi benar rumah ini. Terlihat berbeda dengan hari kemarin saat pesta, sekarang terlihat lebih tertata dengan rapi. Siapa yang menata ruangan ini ya?

“Silahkan duduk dulu. Maaf ya tadi aku lama membuka pintu, aku sedang masak.” kata gadis itu.

“Oh begitu. Aku pikir tidak ada orang tadi. Ya tidak apa-apa,” jawabku sambil terus menatap wajahnya yang sangat cantik.

“Hmm, sebagai permintaan maafku, kau harus mau mencicipi masakanku ya? Sebentar lagi kan jam makan siang. Bagaimana? Kau mau kan?” pintanya.

“Ya tentu saja. Aku ingin sekali mencicipi masakanmu,” jawabku mantap. Mana mungkin aku menolak tawaran gadis cantik yang sangat kucintai ini.

“Baiklah. Kalau begitu tunggu sebentar ya, masakanku sebentar lagi matang,” gadis itu pun pergi ke dapur.

Aku mencubit pipiku sendiri. Aku sedang tidak bermimpi kan? Ahh bahagia sekali diriku ini. Sepertinya gadis ini juga menyukaiku.

Setelah selesai, aku pun duduk di depan meja makan. Berbagai macam hidangan sudah disiapkan disana. Sepertinya sangat lezat.

“Ayo kita makan,” ajak gadis itu.

Dia duduk persis disampingku. Kami pun makan. Dan pembicaraan dimulai.
“Oh ya, aku sempat lupa mengucapkan ulang tahun padamu kemarin. Selamat ulang tahun ya.. ah maaf aku belum tahu namamu. Siapa namamu?” tanyaku memulai pembicaraan.

Gadis itu menyimpan sumpitnya. Wajahnya tiba-tiba saja berubah menjadi murung, terlihat bingung. Oh tidak, apa aku salah bicara? Atau dia masih marah karena kejadian kemarin malam?

“Anu, soal kejadian kemarin malam. Aku benar-benar minta maaf ya. Aku tidak bermaksud untuk..” belum selesai aku berkata, gadis itu memelukku erat. Sangat erat. Dan aku merasakan sesuatu yang aneh dari pelukannya itu. Tapi apa ya?

“Jangan bahas ini lagi aku mohon.. aku tak mau kau pergi dariku..” pinta gadis itu padaku. Aku yang masih kebingungan pun bertanya,

“apa kau mencintaiku?”



Dia hanya diam dalam pelukannya padaku. Kurasakan semakin erat dia memelukku. Tak lama dia pun berkata,

“aku takut kehilanganmu jika kau tau siapa aku.. aku takut kau malah menjauhiku, aku tak mau itu terjadi”

“kenapa begitu? Kenapa aku harus meninggalkanmu? Aku tidak akan pernah meninggalkanmu jika kau juga mencintaiku,” kataku berusaha meyakinkannya. Aku pun membalas pelukannya, memberikan pelukan terhangat yang belum pernah dia rasakan selama hidupnya.

Perlahan aku melepas pelukannya. Kulihat matanya basah karena menangis. Dengan penuh kelembutan, aku memegang kedua tangannya yang kecil, mendekatkan mukaku pada mukanya dan bertanya,

“jadi beritahu aku. Siapa namamu?”

Dia terus menunduk, kemudian perlahan dia pun menjawab,
“namaku..”



“namaku Jae Joong. Kim Jae Joong,”

“Jae Joong? Kau seorang pria, sama denganku?”

“Ya. Maafkan aku. Tapi aku sungguh-sungguh mencintaimu Yun Ho. Sejak pertama aku bertemu denganmu, sejak pertama kali kau datang ke rumahku untuk ikut merayakan ulang tahunku, aku sudah menyukaimu. Saat kau menciumku, aku sangat bahagia. Tapi aku sadar aku sama denganmu, seorang pria. Karena itu kemarin aku pergi meninggalkanmu. Tapi kau tiba-tiba datang lagi, membuatku semakin tidak ingin kehilanganmu, aku..”

Belum sempat Jae Joong menyelesaikan kata-katanya, aku memeluknya.

“Joongie.. jangan berkata seperti itu lagi. Aku sudah janji padamu aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tetap mencintaimu tak peduli siapa dan seperti apa dirimu. Joongie, hanya kau satu-satunya yang dapat membuat hatiku bergetar. Aku akan selalu menjagamu, aku janji.”

“benarkah itu Yun? Kau tidak sedang menghiburku kan?” tanya Jae Joong.

Aku melepas pelukanku, menatap dalam-dalam sepasang mata Jae Joong yang mungil. Aku mengusap air mata yang ada di pipinya dengan lembut. Sekali lagi aku berusaha meyakinkannya.

“percayalah padaku Joongie. Aku mencintaimu melebihi apapun, bahkan diriku sendiri.”

Jae Joong mengangguk perlahan, dan kami pun kembali berpelukan.

“Joongie, aku mencintaimu,”

“aku juga mencintaimu Yunnie,”

Jae Joong pun bersandar di bahuku, manja.

“kau tau Joongie..”

“tau apa Yun?”

“pantas tadi saat kau memelukku, aku merasakan ada yang aneh.” kataku dengan raut wajah yang serius.

“hal yang aneh? Apa?” tanya Jae Joong heran.

“ya, aneh.. saat memelukku tadi, dadamu datar..” kataku sambil tertawa, bercanda.

“Yun Ho a..” Jae Joong mencubit perutku manja.

“haha, aku hanya bercanda Joongie. Aku mencintaimu..”

“aku juga mencintaimu Yun..”

Kami pun berciuman di tengah harumnya masakan Jae Joong. Harumnya masakan Jae Joong seakan tidak tercium oleh kami. Kami larut oleh perasaan kami.

“Joongie, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, aku janji. Aku tidak peduli apa kata orang, yang jelas aku hanya mencintaimu. Aku akan selalu menjagamu,” bisikku dalam hati.

~end~

With All my Heart

Tittle : With All My Heart
Cast : Chang Min-YunHo-JaeJoong-Junsu-YooChun (TVXQ), KangIn-EunHyuk-LeeTeuk-SungMin-HeeChul (Super Junior)
Guest Star : YunJaeMin
Genre : Love story. Full of love xDDD
Written by : Vionita ジェジュン 'Cassiopeia
Note : disini aku bikin couple antara YunJaeMin & YooSu. xDDD ^^

-----------------------------------------------------------------------------

“Jae, ayo cepat nanti terlambat ke sekolah nak..”

“iya umma,”

Jae Joong keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan langkah terburu-buru.” Gawat, aku terlambat!” pikirnya. JunSu umma dan YooChun appa sudah menunggu di ruang makan. Melihat anaknya tergesa-gesa, YooChun appa pun menggerutu.

“aduh anak appa yang manis ini, kenapa bangun kesiangan melulu? Lihat sekarang sudah jam berapa? Ayo sarapan dulu.”

“Aduh appa, aku kan semalam habis facebookan, trus chatting ama Minnie.. hehehe,” jawab Jae Joong tersipu.

“Dasar kau ini. Ayo cepat kasihan ChangMin sudah menunggumu daritadi,” kata JunSu umma.

“Ya umma. Aku sarapan di mobil aja ya, udah telat nih.. bye umma bye appa,” ucap Jae Joong sambil menyambar roti di meja makan lalu pamit pada orang tuanya itu sambil menciumi pipi mereka satu-satu. Jae pun segera menuju ruang tamu. Chang Min yang sudah menunggunya segera berdiri.

“Ah, sudah siap ya. Lama sekali Jae..” ChangMin menggerutu.

“Ah maaf Minnie sayang..aku telat bangun lagi hehe,” jawab Jae Joong sambil mencium pipi ChangMin.

“Aigoo, lihat gara-gara kamu ngajak Min chatting melulu tiap malem, mata ChangMin jadi kecapean tuh. Liat kantong matanya gede banget, aigoo,” kata JunSu umma sambil menunjuk mata ChangMin.

“Gwenchana ahjumma. Aku gapapa koq. Kalo chattingnya sama Joongie sih begadang juga gapapa ahjumma,” jawab ChangMin sambil merangkul Jae Joong.

“Minnie ya .. jangan gitu di depan umma sama appa ah, kan aku malu,” JaeJoong mencubit perut ChangMin manja.

“Ah kau ini Joongie. 5 tahun kita pacaran, bahkan kita kan sudah tunangan. Tapi kenapa kau masih malu sama ahjumma dan ahjusshi?” jawab ChangMin dengan wajah serius sambil mengedipkan mata pada JunSu dan YooChun.

“Minnie ya..” JaeJoong semakin malu.

“hahaha..” semua tertawa.

“Ah, umma jadi tidak sabar ingin kalian cepat-cepat menikah.. umma ingin menggendong cucu, ia kan appa,” kata Junsu umma sambil memeluk YooChun appa.

“Ia benar. Appa juga ingin menimang cucu,” jawab YooChun appa.

“Umma! Appa! Kita kan masih sekolah. Tunggu kita lulus sekolah dulu saja, setelah itu kita akan menikah. Ia kan Minnie ya,” JaeJoong menyikut perut ChangMin manja.

“Tentu saja Joongie sayang,” ChangMin mengelus pipi JaeJoong.

“Hahaha kalian ini mesra sekali ya. Ya sudah, cepat kalian berangkat. Nanti malah terlambat lho.” kata YooChun.

“Kalo gitu kita pergi dulu ya ahjusshi, ahjumma..”

JaeJoong dan ChangMin pun buru-buru pergi ke sekolah. Supaya tidak kesiangan, mereka sengaja memanggil taksi. Hanya 5 menit mereka pun sampai di sekolah. Wah taksi jet coster ya?

Untunglah mereka belum terlambat. Hanya tingga satu menit lagi sebelum bel masuk! Fiuhh, mereka harus berterima kasih pada supir taksi jet coster tadi..
***
Kelas 3-B pagi itu sangat ribut. Kang In seongseng, guru pelajaran Bahasa Inggris yang tidak lain adalah wali kelas 3-B, belum juga masuk ke kelas. Padahal bel masuk sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Tumben, padahal Kang In seongseng kan guru paling on time!

Tidak lama Kang In seongseng pun masuk kelas dengan seorang pria tinggi tampan. Sepertinya dia murid baru.

“Selamat pagi semua. Maaf saya terlambat. Ada urusan sebentar. Oh ya, hari ini kita kedatangan murid baru.” Kang In seongseng memulai kata-katanya.

Semua murid terdiam memandang murid baru itu, termasuk JaeJoong. Tampan, sangat tampan. Bahkan lelaki pun pasti mengakui ketampanannya. Tapi kenapa ya, sepertinya JaeJoong tidak asing dengan wajah murid baru itu. Sepertinya dia pernah melihatnya, tapi dimana?

“Oke, silahkan perkenalkan dirimu,” perintah Kang In seongseng pada murid baru itu.



“Lama sekali,” gerutu anak-anak perempuan.

“annyeong. Jung Yun Ho imnida. Kamsahamnida,” pria itu pun memperkenalkan diri dengan sangat singkatnya.

“Ya YunHo, singkat sekali perkenalannya. Jadi begini murid-murid sekalian. YunHo ini adalah pindahan dari Amerika. Mohon bantuan kalian semua ya,” tambah Kang In seongseng.

“Kyaaa, Yun Ho ssi, tampan sekali!” teriak anak-anak perempuan.

“Kyaaa kyaaa,”

“Yun Ho a,”

“oppa…..”

“Waa waaa”

“Hei hei tenang! Jangan ribut! Perkenalan pribadinya nanti saja ya. Oke Yun Ho, kau duduk di… ah itu disana, di sebelah Jae Joong ya,” kata Kang In seongseng.

YunHo pun berjalan ke arah JaeJoong. JaeJoong dan YunHo saling menatap, membuat JaeJoong jadi salah tingkah. ChangMin yang duduk di sebelah Jae Joong menyadari hal itu, dia segera mencubit perut JaeJoong.

“Joongie ya.. lihat apa? Aku cemburu nih..” bisik ChangMin, cemberut.

“Aduh Minnie, jangan salah paham ah. Aku cuma kaget aja waktu seongsengnim bilang dia duduk di sebelah aku.. jangan cemberut gitu donk Minnie..” jawab JaeJoong sambil mengelus pipi ChangMin.

“Hmm, arraseo.. aku percaya kamu Joongie..” ChangMin tersenyum lebar sambil mengelus rambut JaeJoong.

YunHo yang melihat kemesraan JaeJoong dan ChangMin merasa sebal.

Sebelum duduk ia berbisik pada JaeJoong dan ChangMin,
“hey, disini bukan tempat pacaran, disini tempat belajar. Apa kalian tidak punya tata krama?”

“mwo??” ChangMin yang naik darah langsung berdiri, emosi dan hampir saja memukul YunHo, tapi ditahan JaeJoong.

“Min! sudahlah jangan hiraukan anak baru ini, kalo seongsengnim lihat dia bisa marah,” lerai JaeJoong. ChangMin pun menurut. YunHo hanya tertawa terkekeh-kekeh sambil berkata,
“Ouh, so sweet..”

Mereka pun duduk kembali.

“Nah, ayo kita mulai pelajaran hari ini,” Kang In seongseng memulai pelajarannya.

***

(jam istirahat)
YunHo memasuki kantin di sekolah barunya. Dia melihat sekeliling kantin. Wah sepertinya penuh, pikirnya. Tapi tak lama dia melihat kursi kosong di ujung kantin, persis di sebelah tempat duduk JaeJoong dan ChangMin. “Ah, malez banget harus duduk deket mereka berdua,” gumam YunHo. Saat memutuskan untuk pergi tak sengaja dia dan JaeJoong saling bertatapan *lagi*. Tanpa pikir panjang YunHo langsung membuang pandangannya lalu berbalik menuju ke kelas.

“Aish, apa-apaan murid baru itu! Sombong sekali dia! menyebalkan!” gerutu JaeJoong cemberut. Dia tidak menyadari kalo ChangMin di sebelahnya sejak tadi memegang sendok berisi bakso dan siap menyuapinya.

“Ya Joongie ya, pegel nih. Aaa donk..” goda ChangMin.

“Ah maaf Minnie.. Aaa,” jawab JaeJoong manja sambil membuka mulutnya lebar-lebar, membiarkan bakso dari suapan ChangMin masuk ke mulutnya.

“Hehehe..oia kau kenapa tadi menggerutu begitu Joongie?” tanya ChangMin sambil mengambil bakso kedua dari mangkoknya untuk suapan berikutnya pada JaeJoong.

“Itu tadi si anak baru itu, menyebalkan sekali. Tadi dia disana, sepertinya mencari tempat duduk,” jelas JaeJoong sambil menunjuk ke tempat tadi dia melihat YunHo.

“Oh ya? Lalu?” tanya ChangMin sambil menyuapi JaeJoong.

“Ia, lalu nyam nyam, dia itu nyam nyam, tadi nyam nyam,”

“hahaha, Joongie sayang kalau mau cerita itu kunyah dulu baksonya, telan, baru deh cerita. Aku kan jadi ga ngerti, daritadi cuma denger kamu ngunyah doank..nyam nyam nyam, tuh kan lihat jadi belepotan..” ChangMin tertawa sambil mengelus bibir JaeJoong.

“Minnie ya..” JaeJoong tersipu malu.

“Oke udah habis nih. Cerita lagi ya.. jadi gini Minnie, tadi si YunHo disana, sepertinya dia mau duduk di kursi sebelah kita itu, yang kosong. Tapi waktu dia ngeliat aku, dia malah buang pandangan terus pergi deh. Aish, pabo! YunHo pabo! Ah sebel !!!”

“Oh si YunHo itu, sudahlah biarin aja.. cape-cape ngomongin orang ga penting kayak dia, udah bel masuk nih Joong..yuk masuk kelas,” ajak ChangMin lalu menggandeng JaeJoong menuju kelas.

(pulang sekolah)

JaeJoong ditemani ChangMin berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ruang guru. Kang In seongseng menyuruh Jae menghadapnya saat bubar sekolah.

Mereka pun masuk ke ruang guru. Ada YunHo disana. “Aish kenapa aku harus bertemu dia lagi?”gumam JaeJoong.

“Oh Jae, kau sudah datang. Aduh, kau ini menempel terus dengan ChangMin. Tidak berubah sejak lima tahun lalu. Hahaha, langgeng ya..”

“Ia dong seongsengnim. Hehehe,” jawab JaeJoong sambil merangkul ChangMin.

“Cih,” gumam YunHo.

“ah begini Jae, YunHo ini kan murid baru. Jadi untuk perkenalan lingkungan sekolah selama seminggu ini, kau yang bantu dia ya,” ujar Kang In seongseng.

“Eh? Aku? Aduh seongsengnim, kenapa musti aku?kan masih ada Eun Hyuk, ketua kelas kita..” protes JaeJoong kesal.

“Ya mau bagaimana lagi..Eun Hyuk kan sedang sakit, dia masih dalam perawatan. Jadi kamu sebagai wakil ketua kelas yang baik, bantulah seongsengnim’mu yang tampan ini ya..” ucap Kang In seongseng dengan wajah memelas.

“Wah seongsengnim, saya pikir anda galak. Tapi ternyata bisa bercanda juga ya,” YunHo tiba-tiba menimpali.

“Oh tentu saja YunHo, kalau di depan murid itu harus jaim & tegas supaya mau diatur. Lagipula jaim terus kan tidak baik, nanti saya bisa cepat tua, haha” jawab Kang In seongseng sambil tertawa.

“Ya seongsengnim.. ini bukan saatnya bercanda,” JaeJoong yang merasa tidak dipedulikan daritadi pun memulai protesnya lagi.

“Ayolah Jae, cuma kamu yang bisa gantiin Eun Hyuk, oke? Oke sudah diputuskan! YunHo, besok kau minta tolong pada JaeJoong saja ya. Oke saya tinggal dulu, kebelet nih,” jawab Kang In seongseng tanpa membiarkan JaeJoong protes untuk yang ketiga kalinya. Dengan terburu-buru Kang In seongseng pun keluar dari ruangan. JaeJoong diam mematung. ChangMin berusaha menghibur JaeJoong, sedangkan YunHo mendelik melihat JaeJoong dan ChangMin.

“Ya sudah. Aku mau pulang. Hei Jun, besok jangan lupa antar aku keliling sekolah ini, kalau tidak aku laporkan Kang In seongseng!” YunHo pun keluar dari ruangan.

“Ya! Namaku Joong, Jae Joong, bukan Jun! Aish!” teriak JaeJoong kesal.

“Sudahlah, ayo kita pulang saja Joongie..” ajak ChangMin. Mereka pun pulang.

***
(malam hari di rumah JaeJoong)

JaeJoong cemberut di depan televisi dengan segenggam cemilannya. Dia terlihat masih kesal dengan kejadian di sekolahnya tadi siang.

“Aish menyebalkaaannn !!!” Jae melempar snacknya ke arah pintu masuk rumahnya. Pada saat yang bersamaan, YooChun appa yang saat itu baru pulang kerja membuka pintu masuk dan ups…snack JaeJoong yang tadi dilempar tepat mengenai wajah YooChun! Isi snack pun berhamburan kemana-mana, mengotori baju YooChun.

“JaeJoong ya! Wae! Kamu kenapa sih? Lihat baju appa jadi kotor semua!” YooChun appa terlihat sangat marah.

“Appa, mianhae.. maaf appa, aku ga lihat ada appa tadi..” jawab JaeJoong sambil menghampiri YooChun dan berusaha membersihkan ‘bekas’ cemilan.

“Aigoo ada apa ini? Omo, Chunnie-ku, kenapa kau kotor begitu?” JunSu umma yang datang langsung saja mengelus-elus YooChun.

“Anakmu ini Junnie. Dia tadi melempar snack ke mukaku,” jawab YooChun dengan gaya yang sangat manja, ingin dielus JunSu *lagi*.

“Mwo?” JunSu umma melihat ke arah JaeJoong.

“Aniya umma, aku gak sengaja! Appa, aku ga sengaja, kan aku udah minta maaf tadi,” JaeJoong tidak kalah memelas.

“Ah kau ini Joongie, lihat kan appa-mu jadi kotor begini, sini aku bersihkan Chunnie..” kata JunSu sambil memeluk dan memberi kecupan pada YooChun.

“Ya umma,appa! Jangan mesra-mesraan di depan aku donk..” Jae menimpali.

“Aduh kau ini Jae. Padahal kan biasanya kau dan ChangMin yang mesra di depan umma dan appa. Sekarang giliran umma donk. Ia kan appa,” jawab JunSu umma sambil melirik YooChun appa.

“Tentu saja dolphin-ku,” jawab YooChun sambil memeluk JunSu umma.

“Ya! Umma! Appa! Aish,” Jae pun pergi meninggalkan umma dan appa-nya, kesal.

“Kenapa dia? sejak tadi kelihatannya kesal,” tanya YooChun appa pada JunSu umma.

“Mullaso. Gak tau tuh, sejak pulang sekolah dia begitu,” jawab JunSu umma.

***

Keesokan harinya, hari-hari menyebalkan bagi JaeJoong pun dimulai..

(jam istirahat di sekolah)

JaeJoong dan ChangMin bersiap-siap pergi ke kantin. Tiba-tiba YunHo datang menghampiri mereka. Dia lansung saja memegang dan menarik tangan JaeJoong, membuat ChangMin marah.

“Ya YunHo! Apa-apaan kau? Lepaskan tangan JaeJoong!”

“Apa kau lupa? Jun selama seminggu ini kan jadi milikku,” jawab YunHo santai.

“Hei sudah kubilang aku ini JaeJoong bukan Jun!” JaeJoong terlihat sangat kesal.

“Ya ya ya apapun itu. Jon, ayo antar aku keliling sekolah sekarang,” YunHo langsung saja menarik JaeJoong tanpa mempedulikan ChangMin yang sejak tadi menggerutu padanya.

-ChangMin POV-

“Minnie ya, jangan marah ya.
Ini sudah tanggung jawabku, aku harus menemani anak ini keliling sekolah..
Sebenarnya aku tidak mau, tapi ya mau bagaimana lagi..
Nanti aku kasih kabar lagi yah,
With love, Joongie”

Sms JaeJoong masuk ke hp-ku. Aku mengambil nafas panjang dan mendesah. Hah, sejak ada YunHo, aku dan JaeJoong jadi jarang bersama. Tapi ya sudahlah, yang penting hubunganku baik-baik saja. Toh aku percaya pada Jae..

Ah ya, aku lupa. Aku kan harus meminjam buku catatan Si Won. Dia kan paling lengkap catatannya. Lumayan, untuk bahan belajar bersamaku dengan JaeJoong.. Hehehe.. Aigoo kenapa aku bisa lupa..

Aku pun pergi meninggalkan kelas.

-End ChangMin POV-

Di tempat lain…

JaeJoong dan YunHo sedang berjalan di tangga koridor menuju lantai 3. JaeJoong menutup handphone-nya. Dia baru saja selesai mengirim sms pada ChangMin. Tiba-tiba YunHo menepuknya,

“Ya Jon! Saat bersamaku kau tidak boleh memegang hp!” YunHo berkata pada JaeJoong sambil merampas handphone-nya.

“Mwo? Omona, apa-apaan kau? Pertama kau selalu salah menyebut namaku, sekarang kenapa kau malah seenaknya membuat peraturan seperti itu? Andwe, tidak bisa! Kembalikan hp-ku!” Jae yang marah berusaha merebut hp-nya kembali.

“Tentu saja tidak boleh! Kalau kau memegang hp, pasti kau akan terus sms pacarmu itu, lalu aku di’cuek’in, terus kau akan menyuruhku keliling sendirian, ia kan?! Tidak boleh pokoknya!” YunHo berusaha menjauhkan hp JaeJoong dari pemiliknya.

“Hei kembalikan hoy hoy hoy,” Jae tetap berusaha merebut.

Tiba-tiba JaeJoong terpeleset dari tangga dan hampir saja terjatuh! Untung saja YunHo segera menarik tangan JaeJoong, jadi Jae tidak jadi jatuh. Tapi, ups…

YunHo menarik tangan JaeJoong dan menarik tubuh JaeJoong ke pelukannya agar Jae tidak jatuh. Tiba-tiba terjadi sedikit ‘kecelakaan’.

*cup*

Tarikan YunHo terhadap tubuh JaeJoong membuat bibirnya tepat menyentuh bibir JaeJoong dan memberi dekapan ‘refleks’ padanya. JaeJoong pun tak bisa mengelak, karena sedikit saja dia bergerak, dia pasti jatuh. 15 detik Yunho dan JaeJoong bertahan dengan posisi seperti itu, JaeJoong pun melepas dekapan YunHo. Dia menutup bibirnya dengan tangannya seakan tidak percaya, lalu pergi meninggalkan YunHo. YunHo hanya bisa menunduk lemas. Tanpa mereka sadari seseorang telah melihat mereka berdua..

(di rumah JaeJoong)

-JaeJoong POV-

Aku tidak bisa melupakan kejadian di tangga sekolah tadi siang. Aku dan YunHo berciuman! Dan itu adalah ciuman pertamaku.. Selama aku pacaran dengan ChangMin, aku bahkan tidak pernah mencium bibirnya, aku hanya berani mencium pipinya dan memeluknya, hanya sebatas itu saja. Tapi kenapa ciuman pertamaku dengan YunHo? Bukan dengan ChangMin, pacarku?

Saat YunHo menciumku tadi, aku tidak bisa mengelak, kenapa? Yah, minimal kan aku harusnya menampar YunHo tadi. Tapi kenapa tanganku ini malah kaku, tidak bisa melayangkan tamparan ke wajah YunHo? Aku malah berdebar-debar, gugup, seakan aku sudah menantikan kejadian ini sejak lama. Ada apa denganku? Kenapa aku begini?

“Ayolah JaeJoong, itu hanya kebetulan karena YunHo tadi berniat menyelamatkanmu supaya tidak jatuh..” pikirku sambil menepuk-nepuk kepala.

“Tapi kalau memang benar hanya berniat untuk menyelamatkanku, dia kan bisa menarikku ke sampingnya, tidak harus ke pelukannya. Dan saat berciuman tadi harusnya kan dia juga mengelak, tapi kenapa tidak? Apa sih yang dipirkan anak itu? Jangan-jangan dia suka padaku?” protes batinku yang lain.

“Ah tidak mungkin. Dia kan membenci aku dan ChangMin, mana mungkin dia menyukaiku?” batinku terus bertengkar.

Aish, kenapa aku jadi memikirkan dia terus!!!

Aku pun menyandarkan kepalaku di atas meja, tidak mempedulikan sekitarku. Tiba-tiba seseorang menjitak kepalaku, keras sekali!

“adawww,” aku mengelus kepalaku.

“Rasakan! Itu akibatnya kalau kau tidak menyimakku ngomong daritadi..” ChangMin tertawa terkekeh-kekeh.

“Minnie ya! Sakit tau..” aku terus mengelus kepalaku yang benjol karena jitakan ChangMin.

“Hehehe, maaf deh Joongie. Habis kamu daritadi gak nyimak aku ngomong sih. Kamu kenapa? Lagi ada masalah ya? Sepertinya kamu lagi mikirin sesuatu daritadi..” ChangMin ikut mengelus ‘bekas’ jitakannya di kepalaku.

“Aku..”

“Ah aku tau! Kamu pasti lagi mikirin coklat apa yang bakal kamu kasih ke aku saat Valentine besok kan! Ah Joongie sayang, aku jadi terharu.. ah pas sekali, Valentine tahun ini kan hari Minggu. Kalau begitu kita kencan ya! Aku akan menunggumu di taman biasa, jangan telat yah!” ChangMin memotong pembicaraanku.

Ah ya, besok Valentine. Astaga kenapa aku bisa lupa? Aku harus membuat coklat untuk ChangMin, dia kan sangat suka coklat buatanku.

“Ah ya, emh, ya tentu saja,” aku menjawabnya dengan sedikit terbata-bata. Walau bagaimanapun aku masih tetap kepikiran dengan kejadian tadi siang.. aku selalu merasa bersalah pada ChangMin setiap ingat kejadian itu.

“Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu ya Joongie. Aku tidak akan mengganggumu membuat coklat, hehehe.. Bye Joongie-ku,” ChangMin mencium keningku lalu buru-buru pamit pulang. Sepertinya dia sedang menghindari sesuatu. Aku hanya mengangguk pelan, lalu menunduk.

“Maafkan aku Minnie, aku tidak bisa menceritakan semua ini padamu, maaf..” batinku dalam hati.

Setelah ChangMin pulang, aku pun segera pergi ke dapur. Aku harus membuat coklat yang paling enak untuk ChangMin..

-End JaeJoong POV-
(hari Valentine)

JaeJoong menunggu ChangMin di taman tempat biasa mereka bertemu. Hampir satu jam sudah dia menunggu. Tumben, biasanya ChangMin tidak pernah telat, bahkan dia selalu datang lebih awal dariku, pikir JaeJoong. Tak lama seseorang menepuknya dari belakang. JaeJoong berbalik, namun tidak ada siapa-siapa disana. Hmm, aneh.

JaeJoong kembali berbalik, dan ChangMin sudah berdiri tepat di hadapannya, membuat dirinya kaget.

“Minnie ya, kau ini mengagetkanku saja. Lama sekali kau baru datang..” JaeJoong mengeluh.

“Joongie ya, maaf ya.. sebagai permintaan maaf, aku punya hadiah buat kamu, ayo tutup matamu sekarang,” pinta ChangMin. JaeJoong pun menurut.

Tidak lama..

“Oke, sekarang buka matamu,”

JaeJoong membuka matanya, dan sontak kaget. Seikat bunga mawar putih sekarang ada di hadapannya. Ya, JaeJoong memang sangat suka mawar putih, dan sekarang ChangMin memberikan itu untuknya? Waw, dia terlihat sangat bahagia.

“Minnie ya, ini sangat cantik.. Aku suka sekali. Darimana kau tahu aku suka mawar putih?”

“Joongie, aku tahu segalanya tentangmu. Bahkan yang kau tidak tahu pun aku pasti tahu, karena aku mencintaimu,” jawab ChangMin sambil memegang tangan JaeJoong. “Nah, ini terimalah untukmu,”

“Terima kasih Min…” belum selesai JaeJoong berbicara, ChangMin memotongnya, dan menarik kembali bunga mawar putih itu sebelum JaeJoong sempat menerimanya. “Eits tunggu dulu,”

“Eh?” JaeJoong heran.

“Di sela-sela bunga ini ada kejutan kedua untukmu. Kau harus mencarinya sampai ketemu ya! Kalau tidak ketemu, bunga ini harus dikembalikan padaku,” kata ChangMin, membuat JaeJoong penasaran.

“Eh? Kejutan lagi?”

“Yap, ayo cari! Ini bunganya. Harus ketemu ya,” ChangMin menyerahkan bunga itu pada JaeJoong.
JaeJoong pun menerima bunga itu dan segera mencari. Dia sibuk mengotak-atik bunga itu, sementara ChangMin berdiam di belakang pohon, menulis sesuatu disana tanpa JaeJoong tahu.

Saat JaeJoong sedang mencari, tiba-tiba dia melihat sesuatu yang berkilau di sela-sela kelopak bunga. Indah, pikirnya. Dia segera mengambil sesuatu itu, dan dia kembali tertegun, kaget.

Sebuah kalung emas putih yang sangat cantik berada dalam genggaman tangannya sekarang. Kalung cantik itu berinisial J, dengan desain yang unik. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menyukainya. JaeJoong seakan tidak percaya melihat semua kejutan yang diberikan ChangMin padanya.

“Bagaimana? Bagus kan? Aku yakin kau pasti akan menyukainya. Sini aku pakaikan,” ujar ChangMin sambil mengambil kalung itu dan memasangkannya di leher JaeJoong.

“Minnie ya.. ini pasti mahal, darimana kau punya uang untuk membeli ini?” tanya JaeJoong.

“Sudahlah jangan pikirkan itu. Itu tidak penting. Yang penting aku bisa membuatmu bahagia, itu sudah lebih dari cukup,” ChangMin tersenyum pada JaeJoong. JaeJoong melihat ketulusan pada diri ChangMin, lebih tulus dari hari-hari biasanya. Sangat tulus. Lebih hangat dari biasanya.

“Minnie ya.. terima kasih, jeongmal gomawo..” JaeJoong menitikkan air mata.

ChangMin pun memeluk JaeJoong, “jangan menangis Joongie-ku.. aku melakukan ini bukan untuk membuatmu sedih, tapi aku ingin kau tahu, betapa aku sangat mencintaimu.. aku bisa tenang kalau sudah menunjukkan rasa cintaku padamu.. jangan menangis lagi ya,” ChangMin mengusap kepala JaeJoong dengan penuh kasih sayang.

“Aku juga mencintaimu Minnie,” isak JaeJoong.

“Sudah ah jangan menangis lagi. Nah, sekarang mana coklat untukku? Hehehe,” ChangMin melepas pelukannya dan membuka tangannya, meminta coklat pada JaeJoong, seperti seorang anak yang merengek meminta dibelikan balon pada ibunya.

“Ah ya hampir saja aku lupa,” JaeJoong menghapus air matanya dan mengambil bungkus coklat berbentuk hati dari tasnya. Coklat itu diberi pita warna merah, warna kesukaan ChangMin. Cantik sekali.
“Ini,”

“Hehehe terima kasih Joongie.. Wah, cantik sekali tampilannya.. Aku suka, gomawo,” jawab ChangMin sambil mengecup kening JaeJoong.

“Sama-sama Minnie,” jawab JaeJoong sambil memeluk ChangMin.

“Nah Joongie, ayo kita berjanji! Bulan depan saat White Day, kita bertemu lagi disini. Jam 11 ya! Aku pasti akan membalas coklat pemberianmu ini dengan lebih spesial! Kau harus datang ya!” kata ChangMin.
(note: White Day itu kebiasaan yang biasa dipakai oleh para remaja di Jepang, dimana bila kita memberi coklat saat Valentine Day 14 Februari, maka bulan berikutnya kita juga harus membalas, sebagai ucapan terima kasih. Nah aq memakai kebiasaan itu di cerita ini^^)

“Ya, aku janji,” janji JaeJoong.

Akhirnya kami berdua pun kencan seharian, mengitari kota Seoul yang ramai. Banyak pasangan yang juga tidak mau melewatkan hari Valentine ini bersama kekasihnya. Tak terasa malam pun tiba, saatnya untuk pulang.

ChangMin mengantar JaeJoong sampai depan rumah. Hari itu sangatlah berarti untuk JaeJoong, apalagi untuk ChangMin. Setelah itu ChangMin pun pulang ke rumahnya.

Saat akan memasuki rumah, seseorang memanggil JaeJoong.

“Hei Jon!”

JaeJoong menoleh. Sepertinya dia mengenal suara itu. Dan ah, siapa lagi yang memanggilnya Jon? Hanya ‘dia’ yang memanggilnya seperti itu.

“Oh, YunHo ya. Ngapain kamu kesini? Dan, darimana kau tau rumahku? Kau menguntit ya?” tanya JaeJoong curiga.

“Enak saja! Tampang tampan seperti aku ini masa dibilang penguntit sih! Aku hanya kebetulan lewat saja. Memangnya kau pikir aku sengaja mau menemuimu? Haha jangan mimpi kau,” jawab YunHo dingin.

“Lalu mau apa kau kesini?” tanya JaeJoong lagi.

“Ah, itu.. Jon, bisa kau ikut aku sebentar?” pinta YunHo. Raut wajahnya berubah menjadi hangat.

“Hei sudah kubilang aku ini JaeJoong bukan Jon! Lagipula untuk apa aku ikut kau? Mencurigakan sekali,” jawab JaeJoong. “Apa orang ini akan balas dendam padaku gara-gara ciuman yang kemarin itu?” pikir JaeJoong.

“Baiklah JaeJoong! Kim JaeJoong! Ayolah, kumohon, ikut aku sebentar saja. Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu,” pinta YunHo sekali lagi. “Wah, dia tahu nama lengkapku,” pikir JaeJoong. Wajah YunHo terlihat sangat memelas. JaeJoong jadi tidak tega melihatnya.

“Aigoo, kau ini kenapa sih, aneh sekali. Baiklah, tapi jangan lama-lama ya. Dan satu lagi! Kau jangan macam-macam padaku! Awas kau!” ancam JaeJoong.

“Ya ya arasso..”

YunHo pun mengajak JaeJoong ke sebuah taman, tidak jauh dari rumah JaeJoong. Taman yang sangat berarti buat JaeJoong jika dia ingat masa lalunya di tempat ini. Mereka pun duduk di bangku taman, terdiam. JaeJoong sesekali melirik ke arah YunHo. Dia tampak sedang asyik menikmati langit malam itu.

“Jadi apa yang…” Jae menghentikan kata-katanya ketika YunHo momotongnya.

“Ah, kangen banget aku dengan tempat ini. Di sini banyak sekali kenangan indah dengan cinta pertamaku,” YunHo memulai kata-katanya.

“Ya, ini juga tempat yang sangat berarti bagiku,” timpal JaeJoong.

“Eh? Tunggu, kau bilang ini tempat kenanganmu? Bukannya kau katanya tinggal di Amerika?” JaeJoong yang menyadari keanehan langsung saja bertanya pada YunHo.

“Hmm.. dulu aku tinggal di Korea. Tepatnya lima tahun yang lalu, saat aku masih kelas 1 SMP. Tapi ayahku dipindahkan dari pekerjaannya di Korea ke Amerika selama 5 tahun. Ayah ingin semua keluarganya juga ikut menemani. Karena itulah keluargaku semua pindah ke Amerika,” cerita YunHo.

“Oh begitu. Jadi dulu kau sempat tinggal disini. Pantas bahasa Koreamu lancar,” timpal JaeJoong, YunHo mengangguk.

“Ya begitulah. Dulu aku sering bermain di taman ini,bermain dengan teman-temanku. Saat itu aku menolong seseorang yang aku cintai. Dia adalah cinta pertamaku, dan itu saat pertama aku muncul di hadapannya, karena aku malu jika bertatapan dengannya langsung. Tapi sayang aku tidak bisa mengenalnya lebih jauh karena aku harus pindah ke Amerika. Saat di Amerika, aku selalu memikirkannya. Bahkan semua gadis yang menyukaiku disana aku tolak, karena aku percaya aku akan bertemu lagi dengan cinta pertamaku itu. Dan aku juga yakin kalau dia juga mencintaiku. Dan sekarang aku sudah kembali ke Korea, aku ingin menjemputnya,”

JaeJoong menatap kesedihan dan kerinduan yang ada di wajah YunHo. Ternyata dibalik sifatnya yang menyebalkan, terdapat pula sisi baik dan kelembutan dalam dirinya. Entah kenapa rasanya JaeJoong sangat merasakan kerinduan yang dirasakan oleh YunHo.

Tiba-tiba YunHo memegang kedua tangan JaeJoong, membuat JaeJoong kaget. Tapi anehnya, JaeJoong sama sekali tidak menolak.

“Jae Joong a. maukah kau kembali padaku?” tanya YunHo.

“Apa? Aku? Kenapa aku?” tanya JaeJoong heran.

“Karena kaulah cinta pertamaku. Apa kau sudah benar-benar melupakanku, boojae?” jawab YunHo sambil menatap kedua bola mata JaeJoong.

“Boojae? Astaga, kau??” JaeJoong menutup mulutnya tidak percaya. Dia pun teringat kembali masa lalunya..

*flashback*
(5 tahun yang lalu di taman yang sama, saat JaeJoong baru kelas 1 SMP)

-JaeJoong POV-

“Kembalikan tasku aku mohon! Disana ada rajutan pemberian ibuku, aku mohon kembalikan..” aku berusaha merebut tasku dari SungMin, Hee Chul dan Lee Teuk. Mereka adalah tiga anak orang kaya yang selalu menggangguku.

“Apa? Rajutan? Hei teman-teman, ternyata si JaeJoong ini anak tukang rajut! Hahaha,” Hee Chul tertawa. SungMin dan Lee Teuk pun ikut tertawa.

“Hahaha dasar keluarga miskin. Anak miskin tidak pantas sekolah di sekolahan mewah, kau tau itu?” SungMin mendorongku sampai terjatuh. “Hahaha lihat, sekali dorong saja jatuh dia!”

“Tentu saja! Orang miskin kan ga punya kekuatan,” Lee Teuk menimpali.

“Hahahaha,” mereka kembali tertawa.

“Aku kan masuk sekolah ini karena beasiswa, jangan menyalahkan keadaan ekonomi keluargaku! Aku punya prestasi disini!” Aku berusaha melawan mereka bertiga.

“Oh, jadi kau mau melawan ya. SungMin, coba kau keluarkan rajutan dari tas si JaeJoong! Kita beri pelajaran dia,” perintah lee Teuk.

“Jangaannn…” aku berusaha melawan, tapi Lee Teuk dan Hee Chul memegangku dengan sangat kuat. Mereka tidak membiarkan aku mendapatkan tasku kembali.

“Oh lihat, warnanya pink! Warna perempuan! Cih,” SungMin mengeluarkan rajutan dari tasku dan menunjukkannya pada Lee Teuk dan Hee Chul.

“Cih, ayo kita bakar!” teriak Lee Teuk.

“Ayo!” Hee Chul dan SungMin tampak sangat bersemangat. Lee Teuk mengeluarkan korek api dari saku celananya, menyalakannya, kemudian.. byarr, rajutan pun terbakar di hadapanku.

“Tidaaaakk.. Jangaaaannn,” aku berteriak.

“Hahaha percuma! Dalam waktu kurang dari lima menit, rajutan ibumu ini akan menjadi abu. Dan aku tidak punya tongkat sihir untuk mengubahnya seperti semula, gimana donk? Hahaha,” ledek Hee Chul padaku.

Tiba-tiba seorang anak laki-laki seumuran mereka datang menghampiri.

“Hei apa yang kalian lakukan? Cepat pergi dari sini! Atau aku akan lapor polisi!” teriak anak itu pada mereka bertiga.

“Wah ada pangeran kesiangan nih, kabur yuukk teman-teman..hahaha,” ledek Lee Teuk. Mereka pun pergi dari tempat itu.

Aku menghampiri rajutan pemberian umma yang sudah hangus terbakar. Aku pun menangis.
“Bagaimana aku mengatakan hal ini pada umma, umma JunSu pasti marah..”

Anak laki-laki tadi menghampiriku dan memakaikan sweaternya padaku.

“Kau tidak apa-apa? Jangan menangis lagi..ini aku berikan sweaterku, sebagai ganti rajutanmu yang terbakar,” kata anak itu berusaha membuatku tenang.

“Tapi, aku.. aku..” aku masih terisak-isak.

“Sudahlah, semua akan baik-baik saja. Percayalah padaku, ibumu pasti akan mengerti..” kata-kata anak itu membuatku merasa lebih tenang. Aku pun berhenti menangis.

“Terima kasih ya. Kau baik sekali,” aku tersenyum padanya. Dia tampan dan baik hati, pikirku.

“Sama-sama boojae,” ujarnya.

“Boojae? Tapi namaku JaeJoong,” kataku.

“Ya aku tahu itu. Tapi aku ingin memanggilmu boojae, boleh kan? Itu panggilan khusus dariku supaya kau tidak sedih lagi,” anak itu tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya. Tuhan, aku menyukai anak ini..

“Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya,” anak itu mengelus kepalaku, berdiri lalu berbalik dan pergi.

“Ah tunggu, namamu siapa?” teriakku.

Anak itu berbalik dan hanya memberiku senyuman yang tulus dan hangat, kemudian dia kembali berbalik dan pergi meninggalkanku. Dialah, cinta pertamaku..

Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Padahal aku selalu menunggunya di taman ini, tapi dia tidak pernah datang lagi. Tuhan, apa takdirku bertemu dengannya hanya waktu itu saja? Aku ingin bertemu dengannya lagi Tuhan..

Saat sedang sedih di bangku taman, ChangMin, sahabatku dari kecil, berusaha menghiburku. ChangMin tahu semuanya. Ya, aku selalu bercerita padanya, termasuk tentang cinta pertamaku itu. Saat itu ChangMin berkata,
“Joongie..jangan sedih lagi. kalau kau sedih aku juga ikut sedih. Kan masih ada aku.. Aku bisa menggantikan dia di hatimu, untuk menghiburmu dan menemanimu kapanpun kau mau.. aku sayang padamu Joongie, melebihi seorang sahabat. Kau mau kan meluangkan hatimu itu untukku? Aku janji aku tidak akan membuatmu sedih,”

Aku tertegun saat ChangMin mengutarakan perasaannya padaku. Aku pun berpikir, aku tidak mungkin selamanya terpuruk seperti ini. Dunia ini luas, tidak mungkin aku dapat menemukan cinta pertamaku itu. Mungkin takdirku dengannya hanya sampai disini saja. Ya, sampai disini saja. Lagipula masih ada ChangMin yang selalu ada disampingku. Akhirnya aku pun memutuskan untuk menerima perasaan ChangMin, dan kita pun pacaran.

Hingga sekarang.. sampai aku bertemu lagi dengan cinta pertamaku ini..

*end flashback & JaeJoong POV*

JaeJoong terdiam melongo, memandang YunHo yang sejak tadi terus memegang tangannya erat. Dihadapannya kini mucul sesosok pria yang tidak lain ternyata adalah cinta pertamanya.
YunHo memeluk JaeJoong dengan erat. JaeJoong tidak bisa mengelak. Dia masih tidak percaya, cinta pertamanya telah kembali. Ya, cinta pertamanya yang dulu sempat menghilang. Pantas saat bertemu YunHo di kelas, dia merasa tidak asing dengan wajahnya. JaeJoong membalas pelukan YunHo, erat.

“Jadi waktu itu, kau menghilang karena…” JaeJoong memastikan.

“Ya. Saat itu aku keburu pindah ke Amerika, dan aku belum sempat memberitahumu. Maafkan aku karena aku tiba-tiba menghilang. Tapi sekarang aku sudah kembali Boojae..aku kembali untukmu..” YunHo memeluk JaeJoong semakin erat.

“Tapi,” JaeJoong melepas pelukan YunHo. “Sekarang aku sudah punya ChangMin. Bahkan kami sudah bertunangan dan akan segera menikah. Kau terlambat Yun.. aku..” air mata JaeJoong mulai keluar.

“Boojae,” YunHo menggenggam tangan JaeJoong. “apa selama ini begitu mudahnya kau melupakanku? Aku tau kau hanya mencintaiku. Sekarang aku kembali untuk menjemputmu, aku mohon kembalilah..”

“Sudahlah YunHo, ini tidak boleh..tidak boleh..tidak boleh..andwe..andwe..andwe,” JaeJoong melepas genggaman YunHo dan pergi meninggalkan YunHo sambil menangis.

“BooJae a,” teriak YunHo, namun JaeJoong tetap berlari dan menghilang di ujung jalan. YunHo pun terduduk lemas di kursi taman. Air matanya pun mengalir. “Kenapa harus begini..” batinnya.

***
(di rumah JaeJoong)
-JaeJoong POV-

Aku membanting pintu kamarku dan menangis sejadi-jadinya. Tuhan, kenapa ini harus terjadi.. Kenapa cinta pertamaku datang lagi disaat aku sudah memiliki orang lain.. Wae..

Aku teringat dengan sweater yang dulu diberi oleh YunHo. Ya, aku memang masih menyimpannya sampai sekarang. Kubuka lemari pakaianku, meraba sudut lemari dan mengambil sweater itu dari sana. Aku memeluk sweater itu dengan hangat. Kenangan itu terus muncul dikepalaku, terngiang-ngiang di pikiranku. Tuhan, apa yang harus aku lakukan.. cintaku, cinta pertamaku, dia sudah kembali..

-end JaeJoong POV-
(keesokan harinya di sekolah)

“Hei JaeJoong a, kenapa wajahmu pucat begitu? Kau sakit?” tanya Eun Hyuk.

“Oh, Eun Hyuk a. kau sudah sembuh ya..”

“Hei kau ini. Aku tanya kau kenapa Jae.. oh iya mana ChangMin? Tumben kalian gak bareng, lagi ada masalah ya?” tanya Eun Hyuk lagi.

JaeJoong terdiam sesaat.

“Eun Hyuk a..” JaeJoong mulai bicara.

“Hmm?”

“Apabila kau menemukan cinta pertamamu saat kau sudah bersama yang lain, apa yang akan kamu lakukan?” tanya JaeJoong.

“Hmm.. Kalau aku, tentu saja aku akan memilih cintaku yang sekarang. Walaupun cinta pertama itu penting, tapi bukan berarti aku harus meninggalkan cintaku yang sekarang hanya untuk cinta pertama. Yang lalu biarlah berlalu, tidak akan pernah kembali. Itu hanya akan menjadi kenangan yang tidak bisa diulang kembali. Jalani saja yang sekarang dan lupakan masa lalu,” jawab Eun Hyuk mantap.

“Begitu ya,” JaeJoong menarik napas panjang.

“Jae, setiap orang punya pemikirannya masing-masing. Tadi itu pemikiranku. Saranku, ikutilah kata hatimu, jangan ikuti egomu. Hanya hatimu yang dapat membawamu menuju kebahagiaan yang kau inginkan. Percayalah padaku,” Eun Hyuk merangkul JaeJoong, berusaha memberikan support padanya.

“Ya aku mengerti. Gomawo Eun Hyuk a..” JaeJoong tersenyum pada Eun Hyuk. Hanya Eun Hyuk yang selalu bisa membuat dirinya merasa tenang. Ya, Eun Hyuk memang tempatnya berkeluh kesah jika sedang ada masalah. Eun Hyuk sahabat terbaiknya.

“Sama-sama Jae. Oh ya tentang murid baru itu, apa kau mau aku menggantikanmu menemaninya keliling sekolah? Aku kan sudah sembuh sekarang,” tanya Eun Hyuk.

“Aniya, gwenchana.. nanggung, aku saja Hyukkie..” jawab Jae Joong cepat. Entah mengapa dia jadi bersemangat.

“Oh begitu, baiklah. Kalau ada apa-apa kau panggil aku saja ya. Ya sudah kalau begitu, aku kembali ke kursiku ya. Bel masuk kan baru saja bunyi,” Eun Hyuk pun pergi.

“Oke,”

-JaeJoong POV-
Yosh! Aku sudah mengambil keputusan sekarang. Meskipun aku senang YunHo telah kembali, tapi aku kan sudah punya ChangMin. Aku tidak boleh mengecewakannya.. eh tunggu dulu, tapi ChangMin kemana ya? Kenapa dia tidak masuk hari ini? Apa dia sakit? Dan, astaga.. YunHo juga tidak masuk! Apa dia marah karena aku meninggalkannya kemarin? Aduh kemana mereka ini?

Tiba-tiba handphone-ku bergetar. Ada telepon masuk. YunHo??

Aku pun mengangkat telepon YunHo, “Nde YunHo a,”

“Boojae a..boojae a.. boojae a..” suara YunHo terdengar sangat lemas.

“YunHo a, ada apa? Kau kenapa? Ya YunHo!” aku berteriak, teman-teman sekelas melihat padaku.

Tiba-tiba seseorang berbicara di ujung telepon, tapi bukan YunHo.

“Maaf, apa anda temannya YunHo? Kami dari Rumah Sakit Seoul. Seseorang menemukan YunHo pingsan ditengah jalan dan membawanya kemari. Dia terus menyebut nama anda, karena itu saya berusaha menghubungi anda saat pria ini siuman tadi. Saya harap anda bisa kesini secepatnya,” kata pria di ujung telepon.

Aku tersentak kaget. Handphone-ku kubiarkan terjatuh. YunHo.. YunHo.. YunHo.. Hanya dia yang kini ada di dalam otakku. Tanpa pikir panjang aku pun langsung pergi meninggalkan kelas. Aku tidak peduli pada teman-temanku yang berteriak memanggilku. Aku hanya ingin melihat keadaan YunHo sekarang..
-End JaeJoong POV-

JaeJoong sampai di Rumah Sakit Seoul, dan langsung mencari kamar UGD. Sampai disana, dia mencari sosok YunHo di setiap tempat tidur, berharap ia menemukan YunHo yang terbaring disana. Tiba di ujung ruangan, akhirnya ia pun melihat YunHo. JaeJoong segera berlari dan memeluk YunHo yang masih terbaring lemah.

“Boojae a..kau datang..” YunHo berbisik lemah pada JaeJoong.

“Tentu saja aku datang YunHo a.. Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku.. Kumohon jangan begini..” JaeJoong mulai menitikkan air mata.

“Jangan khawatir Boojae. Dokter bilang aku hanya demam.. Aku kecapean, terlalu banyak pikiran, jadi aku hanya perlu banyak istirahat,” YunHo berusaha membuat JaeJoong tenang.

“YunHo a..” JaeJoong pun melepas pelukannya dan duduk di samping YunHo. “Aku akan menemanimu disini sampai kau sembuh..”

Tiba-tiba seorang pasien datang dan dibawa ke sebelah tempat tidur YunHo. Sayang mereka tidak bisa melihat pasien itu karena masing-masing kamar ditutup oleh gorden. Pasien itu mengerang kesakitan. JaeJoong penasaran ingin melihatnya, tapi banyak sekali dokter yang mengerubuninya untuk memberi pertolongan. Samar-samar dia mendengar dokter itu berbicara, “Penyakitnya sudah sangat gawat. Dia hanya bisa bertahan sebulan.. Kasihan sekali anak ini.. padahal dia masih SMU, masih muda..”

Sesaat JaeJoong melihat pria yang sedang mengerang itu melihat ke arahnya. Mata yang hangat. JaeJoong seperti tidak asing dengan sepasang mata hangat itu. Dia seperti mengenalnya, tapi siapa dia? Saat sedang berusaha mengingat, YunHo memanggilnya.

“Boojae, ada apa?”

“Ah, tidak apa-apa Yun,” jawab JaeJoong dan kembali duduk disamping YunHo.

***

Keesokan harinya YunHo sudah masuk sekolah seperti biasa. Tapi ChangMin masih belum masuk sekolah. JaeJoong sudah berusaha menghubunginya semalaman, tapi tidak bisa. Ada apa dengan ChangMin?

Dibalik menghilangnya ChangMin, YunHo dan JaeJoong malah semakin dekat. Semalam JaeJoong mengantarkan YunHo pulang ke rumahnya. Dan bahkan tadi pagi mereka pergi ke sekolah bersama. JaeJoong berpikir, semua yang ia lakukan pada YunHo saat ini mungkin adalah yang terakhir, karena dia sudah memutuskan untuk tetap bersama ChangMin. Jadi saat ChangMin kembali sekolah nanti, saat itu juga dia akan meninggalkan YunHo. Dia berjanji kalau ChangMin kembali ke sekolah, ia akan menceritakan semuanya pada ChangMin. Dan ia percaya ChangMin akan mengerti dirinya.

***
(3 hari kemudian)

Tiga hari sudah ChangMin tidak masuk sekolah. Kemana dia? JaeJoong terus gelisah di meja kelasnya. Tidak ada yang tahu dimana ChangMin berada sekarang. Hal ini membuat JaeJoong sedih. Tapi..

“Boojae a.. mau eskrim?” tawar YunHo yang sejak tadi sudah duduk di sampingnya.

“Ah, kau saja Yun.. aku sedang tidak ingin apapun,” jawab JaeJoong datar.

“Kau pasti memikirkan pacarmu itu ya?” tanya YunHo sambil melumat eskrim yang ada di tangannya.

“Ya, tentu saja. Aku sangat khawatir. Dia sama sekali tidak memberiku kabar,” jawab JaeJoong lemas.

“Kau tenang saja Boojae..dia pasti masuk sekolah besok..” YunHo berusaha menghibur JaeJoong.

JaeJoong menatap wajah YunHo yang sedang asyik dengan eskrim-nya. Mata YunHo memancarkan kesedihan yang amat dalam, JaeJoong menyadari itu.

“Maafkan aku YunHo. Aku tahu kau sebenarnya sangat sedih kan karena aku memilih ChangMin, bukan memilih kau..” JaeJoong menatap YunHo dalam-dalam, YunHo terdiam.

JaeJoong meraih tangan YunHo dan menggenggamnya erat. “Yunnie ya.. Meski aku memilih ChangMin, tapi percayalah.. Kau cinta pertama yang sangat berarti bagiku. Aku sangat berterima kasih kau mau manjemputku kembali, tapi semua sudah terlambat. Maaf aku telah mengecawakanmu. Walau begitu, aku akan selalu mencintaimu sebagai cinta pertamaku.. Kau adalah kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan,”

YunHo menatap JaeJoong. Dia melihat ketulusan dalam kata-kata JaeJoong barusan. YunHo ingin menangis, tapi ia tahan sampai ia berkata, “Boojae, bolehkah aku memelukmu?”

JaeJoong kembali menatap YunHo, lalu mengangguk pelan. YunHo pun memeluk JaeJoong, memberikan dekapan hangat untuk orang yang dicintainya itu. Mungkin ini adalah pelukan terakhir, pikirnya. Tak terasa YunHo meneteskan air matanya dan terasa oleh JaeJoong. JaeJoong pun mengelus punggung YunHo, berusaha menghentikan air matanya. Tapi tanpa ia sadari, ia pun menangis di pelukan YunHo. “YunHo menangis karena aku. Maafkan aku YunHo,” gumam JaeJoong dalam hati.

***
(malam harinya, di rumah JaeJoong)

-JaeJoong POV-
Aku berusaha menghubungi ChangMin berkali-kali, tapi tetap tidak bisa. Besok kan ulang tahun ChangMin, kenapa dia malah tidak bisa dihubungi?

Mungkin ChangMin akan memberi surprise di ulang tahunnya besok. Dia sengaja menghilang agar aku khawatir, lalu dia akan tiba-tiba muncul di hadapanku. Ah ya, pasti begitu! Dasar Minnie, lihat saja ya.. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah mengerjaiku..

Aku kembali membungkus hadiahku untuk ChangMin. ChangMin pasti suka ini. Sebuah syal merah dengan motif unik yang kubuat dengan tanganku sendiri. Cocok untuk ChangMin. Ah ya, ada satu lagi. Aku akan buatkan bento(bekal) untuk ChangMin besok. Dia kan sangat suka masakan buatanku. Dan aku yakin, besok ChangMin pasti masuk sekolah. Dan dia akan menyukai hadiah ulang tahun dariku..
-end JaeJoong POV-
(keesokan harinya, 18 Februari, hari ulang tahun ChangMin)

YunHo pergi ke sekolah dengan langkah lemas. Masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah. YunHo masih memikirkan kejadian kemarin saat dia memeluk JaeJoong untuk terakhir kalinya. Perih sekali rasanya..

Saat sedang sibuk dengan pikirannya, seseorang menepuknya dari belakang.

“YunHo ya!”

YunHo menoleh dan kaget melihat orang yang menepuknya barusan. “Eh? ChangMin a?”

“Ya. Pagi sekali kau pergi hari ini,” ujar ChangMin santai.

“Oh, kau juga,” jawab YunHo singkat.

“Ya. Tiba-tiba saja ingin pergi lebih dulu,” ChangMin tersenyum. Tumben sekali, padahal biasanya dia selalu memasang tampang jutek di depan YunHo.

“Kau kemana saja? Jaejoong mengkhawatirkanmu,” YunHo memulai pembicaraan. Suaranya semakin pelan jika menyangkut JaeJoong.

“Joongie? Oh.. Aku sudah terlalu lama tidak memberi kabar padanya,” jawab ChangMin.

“Ya kau! Tega sekali membuatnya khawatir seperti itu! Kau…” YunHo mulai emosi.

“Kau menyukai JaeJoong?” potong ChangMin, melirik ke arah YunHo.

“Mwo?” YunHo kaget.

“Aku tanya apa kau menyukai JaeJoong? Aku tahu kau cinta pertamanya, sekarang jawab aku, apa kau masih mencintainya?” ChangMin meninggikan suaranya.

“Darimana kau tau itu hah?” YunHo balik bertanya.

“Itu tidak penting! Kau jawab saja, YA ATAU TIDAK?” ChangMin mulai emosi.

YunHo yang emosinya memuncak, tanpa pikir panjang langsung menjawab ChangMin dengan sedikit membentak, “Ya! Aku mencintainya! Aku mencintainya! Aku tidak bisa hidup tanpanya! Aku datang ke korea hanya untuk menjemputnya kembali padaku! Tapi ternyata dia memilihmu, bukan aku! Kau puas hah? KAU PUAS?”

ChangMin terdiam sejenak. Perlahan ia mulai mengontrol emosinya, lalu kembali bertanya dengan nada pelan, “Lalu, apa kau bisa membuat JaeJoong bahagia?”

“Mwo?” YunHo heran. Emosinya sedikit demi sedikit berkurang. “Apa yang kau katakan?”

ChangMin tersenyum dan melirik YunHo, “Aku tanya apa kau bisa membahagiakan JaeJoong?”

“Apa maksudmu?” YunHo menatap ChangMin serius.

“Jawab saja..” ChangMin tidak kalah serius.

“Ya tentu saja! Mana mungkin aku tidak bisa membahagiakan orang yang aku cintai!” jawab YunHo mantap.

ChangMin menunduk, dia menghela napas lalu berkata, “Begitu ya..”

YunHo masih terlihat bingung dengan sikap ChangMin. Lama sekali ChangMin menunduk seperti memikirkan sesuatu, tidak lama ia kembali menatap YunHo lalu tersenyum.

“Oke, kalau begitu aku tenang sekarang. Aku titip JaeJoong padamu ya. Jagalah dia. Jangan pernah kau sakiti dia,” ujar ChangMin menepuk bahu YunHo. YunHo melongo.

“Baiklah aku pergi duluan ya,” ChangMin pun pergi meninggalkan YunHo yang masih bengong. Baru beberapa langkah ChangMin pergi, YunHo memanggilnya.

“Ya ChangMin a! apa maksud perkataanmu? Kau ini kenapa hah?”

ChangMin menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah YunHo dan berkata, “aniya..”. ChangMin tersenyum lalu kembali berbalik pergi tanpa mempedulikan YunHo yang terus menerus memanggil namanya.

***

JaeJoong datang lebih awal ke sekolah. Ia sengaja menunggu ChangMin di dekat sekolah. Dia ingin memberikan surprise sebelum masuk sekolah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.55, lima menit lagi bel sekolah berbunyi. Tapi ChangMin belum juga muncul. JaeJoong menatap jam tangannya dan tertunduk lemas. Minnie ya, sebenarnya kau kemana?pikirnya.

JaeJoong pun putus asa. Akhirnya dia pun berlari menuju sekolah sebelum bel berbunyi. Air matanya ingin sekali keluar, tapi dia menahannya.

JaeJoong berjalan di koridor kelasnya. Dia terus mengkhawatirkan ChangMin. Sampai tiba-tiba..

“Ya Joongie ya!” seseorang merangkul JaeJoong dari belakang. JaeJoong menoleh.

“Minnie ya!” JaeJoong pun memeluk ChangMin. “Kau kemana saja, aku khawatir sekali, kenapa kau tidak memberi kabar.. Leluconmu tidak lucu ah..” JaeJoong mulai menangis. ChangMin membalas pelukan JaeJoong.

“Uuu Joongie ya, cup cup cup.. jangan nangis ya.. Aku sudah disini sekarang, jangan sedih lagi ya..” ChangMin pun melepas pelukannya setelah tangis JaeJoong mulai reda.

“Minnie ya, kau kurus sekali?!” JaeJoong memegang wajah ChangMin, meraba setiap tirus wajahnya yang semakin mengecil.

“Oh ya? Aku kan diet, berarti dietku ini berhasil dong..hehehe,” ChangMin tertawa.

“Ah bohong.. Kau kan sudah kurus kerempeng begitu, mana mungkin diet? Kau bohong ya?” JaeJoong mulai curiga.

“Hahaha jahat sekali aku dibilang kurus kerempeng,” ChangMin tertawa sambil cemberut manja.

“Min, aku serius tau.. “ JaeJoong merubah ekspresi wajahnya, serius.

ChangMin menatap JaeJoong dalam dalam, lalu tersenyum, “Joongie ya, aku tidak apa-apa, sungguh. Percayalah,” ChangMin berusaha meyakinkan JaeJoong, lalu memeluknya. “Aku rindu sekali padamu Joongie..”

“Minnie ya.. Aku juga merindukanmu.. Kau ini kemana saja..” JaeJoong semakin mempererat pelukannya.

“Aku hanya pergi ke suatu tempat sebentar.. Maaf ya aku tidak memberitahumu..” ChangMin mengelus kepala JaeJoong.

“Oh ya,” ChangMin melepas pelukannya. “Kau tidak lupa dengan ulang tahunku kan?”

“Tentu saja tidak Min.. Ini hadiah untukmu,” JaeJoong memberi sebuah kantong berisi hadiah untuk ChangMin. ChangMin membuka kantong itu.

“Whaa, syal. Bagus sekali Joongie ya! Aku pakai ya,” ChangMin memakaikan syal itu ke lehernya. “Bagaimana? Bagus tidak?”

“Kau tampan sekali memakainya Min..” JaeJoong tersenyum.

“Ah senangnya, gomawo Joongie ya. Ah tunggu, ada lagi ya,” ChangMin kembali meraba isi kantong. “Whaa, bento! Horeee, kangen sekali aku dengan masakanmu Joongie.. terima kasih ya.. nanti saat istirahat kita makan bersama ya,” ChangMin terlihat sangat bersemangat, tapi tetap terlihat aneh di mata JaeJoong.

“Kau benar-benar tidak apa-apa Minnie?” JaeJoong kembali bertanya.

“Jeongmal.. sungguh aku tidak apa-apa Joongie.. Ah, ayo ke kelas, sebentar lagi pelajaran dimulai..”
Mereka pun masuk ke kelas. Eun Hyuk yang melihat mereka masuk segera menghampiri.

“Ya ChangMin a! kemana saja kau? Aigoo, kau ini. Pacarmu ini sedih sekali selama kau tak ada, kau tahu?” Eun Hyuk menepuk pundak ChangMin. ChangMin tersenyum dan melihat ke arah JaeJoong. JaeJoong tersipu, “Ya Eun Hyuk!”

“Hehehe, dasar pacarku ini..” ChangMin kembali menatap JaeJoong lalu merangkulnya. Tatapannya terlihat sangat sedih.

“Aigoo, mesra-mesraan lagi deh.. Oke aku ga akan ganggu kalian kangen-kangen’an .. haha,” Eun Hyuk menepuk ChangMin lalu kembali ke kursinya. ChangMin melepas rangkulannya dan menatap JaeJoong. Tatapan kosong. Kesedihan yang mendalam muncul dari sana.

“Minnie ya, kenapa kau melihatku seperti itu?” JaeJoong heran. Sikap dan tatapan ChangMin berbeda hari ini, pikirnya.

“Ah tidak apa-apa. Aku hanya berpikir ternyata pacarku ini sangat peduli padaku ya.. Aku jadi terharu.. Hehe .. “ ChangMin mencubit pipi JaeJoong manja.

“Minnie ya,” JaeJoong malu.

“Hehe.. Ah sudahlah, ayo duduk Joongie,”

ChangMin dan JaeJoong pun berjalan menuju meja mereka. YunHo terlihat memperhatikan mereka. ChangMin tersenyum ke arah YunHo lalu duduk di kursinya.

***
(pulang sekolah)

ChangMin dan JaeJoong berjalan berdampingan ke luar kelas. YunHo mengikuti mereka dari jauh.
“Joongie ya. Hari ini kita jalan-jalan ya? Aku ingin menghabiskan hari ini denganmu,” kata ChangMin pada JaeJoong, manja. Raut wajahnya lebih manja dari biasanya.

“Tentu saja Minnie ya, aku untukmu hari ini,” jawab JaeJoong tersenyum. ChangMin membalas senyuman JaeJoong. “Baiklah, kalau begitu kita ke pantai ya. Aku ingin sekali ke pantai,”

“Eh? Pantai? Tapi ini kan musim dingin, masa ke pantai?” JaeJoong heran.

“Tidak apa-apa. Dengan syal pemberianmu ini aku akan selalu merasa hangat Joongie.. Ah lagipula kau kan sudah janji mau menemaniku hari ini. Jadi kau nurut saja ya! Hehehe ayo kita pergi,” tanpa pikir panjang ChangMin langsung menarik tangan JaeJoong.

Mereka pun pergi ke pantai naik bis umum. Ya, memang ada bis yang menuju ke sana. Sekitar 2 jam perjalanan, sore hari, akhirnya mereka pun sampai di pantai.

“Ah, akhirnya sampai juga,” kata ChangMin lalu duduk di pinggir pantai. JaeJoong mangikutinya. “Sunset disini sangat bagus Joongie,” lanjut ChangMin.

“Benarkah? Aku ingin melihatnya,” ungkap JaeJoong.

“Ya. Aku juga ingin melihatnya bersamamu, meski untuk terakhir kalinya..” ChangMin menatap laut yang ada di depannya.

“Minnie ya! Kenapa berbicara seperti itu?” JaeJoong heran.

“Ah tidak, hehehe,” jawab ChangMin tertawa sambil mengelus kepala JaeJoong.

Mereka pun larut dalam pemandangan laut yang sangat indah. Tak lama pembicaraan mereka pun dimulai.

“Minnie ya,”

“Hmm?”

“Aku… aku ingin menceritakan sesuatu padamu..” JaeJoong memulai kata-katanya.

“Oh ya? Cerita saja,” jawab ChangMin masih memandang laut.

“Begini. Itu, soal.. Emh..” JaeJoong terbata-bata.

“YunHo kan?” potong ChangMin.

“Eh? Darimana kau tahu?” tanya JaeJoong kaget.

ChangMin mengalihkan pandangannya pada JaeJoong. Berusaha berbicara serius padanya. “Joongie ya. Aku sudah tahu koq. Aku tahu kalau YunHo itu cinta pertamamu lima tahun lalu,” ChangMin tersenyum.

“Mwo? Kau sudah tahu? Kenapa bisa?” JaeJoong semakin bingung.

ChangMin menatap JaeJoong lebih dalam lagi, “Joongie ya. Aku tahu semuanya. Tidak penting aku tahu darimana. Tapi yang jelas aku tahu semua.. Aku kan pernah bilang padamu, aku tahu segalanya tentangmu Joongie.. Termasuk hal ini.. Dan, ya.. aku memang sedikit kecewa mengetahui hal ini..” ChangMin berusaha tersenyum.

“Minnie ya. Aku tahu aku salah. Tapi kau harus dengarkan aku,” kata JaeJoong terbata-bata.
“Ya, aku dengarkan Joongie,” kata ChangMin.

“Minnie ya. Aku sudah mengambil keputusan, dan aku memilihmu. Aku sudah katakan ini pada YunHo. Aku dan YunHo hanyalah masa lalu Min.. kaulah yang kupilih sekarang. Kau yang akan mengisi hari-hariku, sampai nanti. Aku memilihmu Minnie..” JaeJoong tersenyum. ChangMin menunduk sejenak, menutupi kesedihannya di hadapan JaeJoong. Sesaat, lalu ia kembali melihat ke depan dan menatap JaeJoong, tersenyum.

“Terima kasih Joongie-ku. Tapi maaf. Aku memutuskan untuk berpisah denganmu sekarang. Maafkan aku,”

"Mwo????!!!!!!"
“Minnie ya. Aku sudah mengambil keputusan, dan aku memilihmu. Aku sudah katakan ini pada YunHo. Aku dan YunHo hanyalah masa lalu Min.. kaulah yang kupilih sekarang. Kau yang akan mengisi hari-hariku, sampai nanti. Aku memilihmu Minnie..” JaeJoong tersenyum. ChangMin menunduk sejenak, menutupi kesedihannya di hadapan JaeJoong. Sesaat, lalu ia kembali melihat ke depan dan menatap JaeJoong, tersenyum.

“Terima kasih Joongie-ku. Tapi maaf. Aku memutuskan untuk berpisah denganmu sekarang. Maafkan aku,”

“Mwo? Minnie ya, andwe! Kenapa? Apa karena kau kecewa padaku lalu kau menghilang sampai kemarin, dan sekarang memutuskan hubungan ini begitu saja? Kita kan sudah tunangan Min.. Apa sebegitu besarkah kekecewaanmu padaku sampai kau melakukan hal ini padaku?” JaeJoong mulai menangis.

ChangMin hanya tersenyum, lalu berkata, “Aniya. Aku punya alasan lain untuk itu,”

“Alasan lain? Apa?” JaeJoong berteriak, dia tidak bisa membendung tangisannya lagi. ChangMin memegang kedua tangan JaeJoong dengan hangat.

“Joongie ya. Aku tidak bisa memberitahu alasannya padamu sekarang. Terlalu berat untukku. Suatu hari nanti kau pasti tahu kenapa aku begini padamu. Aku takut aku tidak bisa membuatmu bahagia.. Aku takut kau kecewa karena memilihku..”

“Andwe Minnie ya. Kenapa kau berbicara seperti itu! Aku yakin dengan pilihanku, aku mohon jangan begini..” JaeJoong terus menangis.

ChangMin menatap JaeJoong, menghapus air mata yang mengalir di pipinya yang lembut. ChangMin tersenyum, lalu berkata, “Joongie ya. Aku melepasmu sekarang. Kembalilah pada YunHo. Aku bisa tenang kalau dia yang menjagamu,”

“Tapi Minnie ya,” JaeJoong terisak-isak.

“Joongie ya. Aku tahu kau juga mencintai YunHo. Aku tahu itu. Matamu tidak bisa berbohong padaku. Cinta pertama itu tidak mudah untuk dilupakan sampai kapanpun. Tugasku menemanimu sudah selesai. Kau kembalilah pada YunHo. Sungguh aku rela. Aku yakin YunHo bisa membuatmu bahagia melebihi aku. Aku rela mengorbankan segalanya untuk kebahagiaanmu, dan semua itu bisa kau dapat dari YunHo. Aku akan lebih tenang jika YunHo yang ada disampingmu..” ChangMin kembali tersenyum. Mengelus rambut JaeJoong perlahan, dan memeluknya.

“Minnie ya…” JaeJoong menangis di pelukan ChangMin.

Tak lama ChangMin tiba-tiba memanggil seseorang.

“YunHo ya!”

“Eh?” JaeJoong melepas pelukan ChangMin, heran.

“YunHo ya! Keluarlah! Aku tahu kau mengikuti kita daritadi..” ChangMin kembali memanggil YunHo. YunHo pun perlahan muncul dari persembunyiannya. Matanya sembab. ChangMin melihat YunHo, lalu menyuruhnya datang. YunHo pun menghampiri mereka.

ChangMin memandang YunHo dan JaeJoong. Perlahan tangan kanannya meraih tangan JaeJoong, dan tangannya yang lain meraih tangan YunHo. Ia menyatukan tangan mereka, saling menatap. Tangis JaeJoong semakin menjadi.

“Minnie ya,” JaeJoong menatap ChangMin. ChangMin tersenyum.

“YunHo a, JaeJoong a. Semoga kalian bisa bahagia. Dengan begini aku tenang,” ChangMin tersenyum penuh ketulusan. Perlahan ia melepaskan tangan mereka, lalu pergi.

“Minnie ya!” JaeJoong berusaha mengejar ChangMin, namun YunHo menahannya. ChangMin berhenti lalu menoleh. Dia tersenyum lalu berkata pada JaeJoong, “Kau akan tahu alasanku saat White Day nanti.. Janji kita di taman, kau ingat kan? Aku akan menepati janjiku..” ChangMin pun pergi meninggalkan mereka berdua. JaeJoong lalu memeluk YunHo, menangis.

“YunHo a. Kenapa begini.. Kenapa..” isak JaeJoong.

“Mullaseo.. aku juga tidak mengerti. Tadi pagi juga dia mengatakan hal yang sama padaku. Sepertinya dia memang merelakan kita untuk bersama. Tapi aku tidak tahu apa alasan yang sebenarnya.. Tenanglah Boojae.. Jangan menangis lagi.. Ada aku disini..” YunHo berusaha menenangkan JaeJoong.

***

Semenjak hari itu ChangMin tidak pernah muncul lagi. Tidak ada yang tahu dimana ChangMin berada. Sama seperti sebelumnya, ChangMin tidak bisa dihubungi. ChangMin menghilang begitu saja, meninggalkan banyak misteri, terutama bagi JaeJoong. Ia ingat, ChangMin masih belum memberitahunya satu alasan terakhir kenapa ChangMin meninggalkannya. White Day, ya. Saat White Day nanti aku akan tahu semua, pikir JaeJoong.

Dibalik semua kekhawatiran JaeJoong, akhirnya dia dan YunHo pun resmi berpacaran. Tentu saja hal ini membuat mereka sangat bahagia karena bisa bersatu lagi. Tapi mereka tetap harus berterima kasih pada ChangMin. Karena ChangMin-lah yang menyatukan cinta mereka kembali.

***
(13 Maret malam)

YunHo dan JaeJoong duduk bersebelahan, menikmati makan malam romantis di sebuah kafe milik keluarga YunHo. Mereka terlihat sedang asyik bercakap-cakap.

“Boojae ya..” YunHo manja.

“Hmm?” JaeJoong melirik sambil menyuapi YunHo. YunHo memandang wajah JaeJoong.

“Ya Yunnie ya.. Kenapa kau memandangku begitu..” JaeJoong tersipu malu.

“Tidak.. hanya saja kau manis sekali hari ini..” YunHo memuji JaeJoong. Muka JaeJoong memerah. “Yunnie ya..”

“Ah, beruntung sekali aku memiliki dirimu Boo.. Aku benar benar bahagia..” YunHo melemparkan senyum termanisnya pada JaeJoong.

“Aku juga bahagia bisa dimiliki oleh dirimu..” JaeJoong pun tersenyum lalu memeluk YunHo, “Aku tidak mau kehilanganmu lagi. Jangan pernah pergi lagi ya..”

YunHo mengelus kepala JaeJoong lalu menjawab, “Tentu saja Boojae.. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi.. Aku janji padamu.. Dan aku juga sudah janji pada ChangMin.. Aku akan membahagiakanmu selamanya..”

JaeJoong tersenyum di pelukan YunHo. “ChangMin a, aku sangat berterima kasih padamu,” batinnya dalam hati. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

“YunHo a,” JaeJoong melepas pelukannya, “besok White Day ya?”

“Hmm, ya. Memang kenapa? Ah, kau pasti ingin aku memberimu surprise ya.. haha tenang saja Boojae, sudah aku siapkan..” timpal YunHo.

“Aniya, bukan itu. Aku ingat ChangMin pernah berkata padaku, dia akan memberitahu alasan terakhirnya saat White Day,”

“alasan?” YunHo bingung.

“Ya. Alasan kenapa dulu dia menghilang dan membuat keputusan untuk merelakan aku denganmu. Mungkin alasan ini sama dengan menghilangnya ChangMin sekarang. Dan lagi aku masih punya janji saat Valentine kemarin. Saat itu aku dan ChangMin berjanji akan bertemu lagi di taman yang sama,” jelas JaeJoong.

“Begitu ya,” YunHo mengangguk.

“Yunnie ya, apa kau mengijinkanku pergi besok?” JaeJoong bertanya pada YunHo.

“Tentu saja. Kenapa tidak..” YunHo tersenyum.

“Benarkah? Gomawo Yunnie ya..<3 ,” JaeJoong memeluk YunHo.

“Apa kau mau aku temani?” tawar YunHo.

“Aniya. Aku sendiri saja.. Gomawo Yunnie ya,”

“Eits, tidak gratis loh,” kata YunHo serius.

“Eh?” JaeJoong heran.

“Ya.. Kau harus memberiku ‘sun’ disini,” YunHo menunjuk pipinya.

“Ya Yunnie ya.. Kau ini jail deh..” JaeJoong tersipu. YunHo hanya tertawa. Saat YunHo tertawa, JaeJoong mengecup pipi YunHo.

“Hehehe sudah tuh,” JaeJoong tersipu malu. YunHo tertawa, menatap JaeJoong lalu menciumnya.

***
(14 Maret, White Day)

JaeJoong berada di taman tempat janjian dia dan ChangMin. Taman yang sama saat hari Valentine. Saat ini, jam 10. JaeJoong sengaja datang lebih pagi, padahal janjinya dengan ChangMin jam 11.

Sambil menunggu, JaeJoong duduk di sebuah bangku taman di dekat pohon. Dia terkejut saat melihat pohon itu. Di batangnya yang besar tertulis,

“With All My Heart
창민 사랑 재중 영원히”
(trans : ChangMin sarang JaeJoong Yeongwonhi-ChangMin love JaeJoong forever)”

JaeJoong menatapnya dan air matanya perlahan mulai keluar. Sungguh, betapa ChangMin sangat mencintai dirinya hingga mengorbankan diri sendiri hanya demi kebahagiaannya..

JaeJoong menunggu ChangMin dengan sabar. Dia memegang kalung yang melingkar di lehernya. Kalung berinisial J, pemberian ChangMin saat Valentine, selalu ia pakai kemanapun. “Minnie ya. Aku datang sekarang. Aku menunggumu. Bogoshipo (aku merindukanmu)..” batin JaeJoong.

Tepat pukul 11. Namun ChangMin tidak juga muncul. Apa dia lupa dengan janjinya? Atau dia terlambat lagi? JaeJoong mulai resah. Tiba-tiba mobil YunHo berhenti dihadapannya.

“Boojae a! Cepat ikut aku!” YunHo menyuruh JaeJoong naik mobilnya.

“Tapi, aku belum bertemu ChangMin, Yun..” ucap JaeJoong.

“Ayo cepatlah! Ini gawat! Ini tentang ChangMin! Ternyata dia di rumah sakit sekarang! Dia sakit parah!” YunHo menjelaskan.

“Mwo?” JaeJoong kaget. Mereka pun langsung pergi ke rumah sakit.

(di rumah sakit)

JaeJoong dan YunHo mencari ruangan tempat ChangMin dirawat. JaeJoong terlihat sangat khawatir. Berkali-kali dia menabrak orang yang dia lewati, lalu bertanya ke semua suster, sampai akhirnya dia melihat umma JunSu dan appa YooChun disana, menangis.

“Umma! Appa!” JaeJoong berlari ke arah orang tuanya, diikuti YunHo.

“JaeJoong a..” JunSu memeluk anaknya itu. YooChun pun melakukan hal yang sama.

“Mana ChangMin? Mana? Aku ingin bertemu dengannya, dimana dia? bagaimana keadaannya? Umma, appa, katakan padaku!” JaeJoong mulai kehilangan kendali.

“JaeJoong a.. Sabar ya nak..” YooChun appa berusaha menghibur.

“Mwo? Appa ini berkata apa? Aku tanya mana ChangMin? MANA?” JaeJoong mengerang.

“Itu, disana..” JunSu umma menunjuk ke arah sebuah kamar. Banyak keluarga ChangMin disana, menangis. Apa yang terjadi? JaeJoong berlari ke arah kamar itu, melihat ke dalam ruangan melalui kaca di pintu. Terlihat para dokter disana sedang membereskan alat-alat. Di sebelah dokter itu terbaring sosok ChangMin, pucat. Dokter perlahan menutup wajah ChangMin dengan kain putih. JaeJoong berteriak tidak percaya. “Andwe.. andwe.. ANDWEEEEEEEEEE,” JaeJoong menangis histeris. YunHo menghampiri dan memeluknya.

“Andwe! Ini semua bohong kan.. Ini hanya mimpi kan.. Tidak mungkin ChangMin pergi. Dia belum menepati janjinya.. kita harus bertemu hari ini di taman.. ChangMin belum menepatinya.. Andwe.. MINNIE YA!!” JaeJoong berteriak di pelukan YunHo. JunSu umma dan YooChun appa datang dan memeluknya. “Minnie ya…” JaeJoong terus menangis.

“JaeJoong a.. Sebelum pergi, ChangMin menitipkan ini pada umma, untukmu..” JunSu umma memberikan sebuah amplop berisi surat. JaeJoong meraih surat itu dengan air mata yang terus mengalir. Dia pun duduk di salah satu kursi rumah sakit, di sebelah kamar ChangMin. Perlahan ia membuka amplop itu. Ada beberapa lembar kertas disana, dan sebuah cincin. JaeJoong menggenggam cincin itu, lalu perlahan membuka surat dan membacanya.


“Dear Joongie..

Saat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah pergi.. Aigoo~ kau pasti sedang menangis ya sekarang. Maafkan aku ya sudah membuatmu menangis.. Maafkan aku juga karena aku tidak bisa menepati janjiku untuk bertemu denganmu, karena aku pikir waktuku tidak akan cukup. Tapi aku tetap ingin mengucapkan Selamat hari White Day Joongie-ku.. Sesuai janjiku, aku pasti memberi surprise padamu. Aku berikan cincin ini untukmu. Kau tahu, tadinya aku ingin memberikannya saat aku menikah denganmu. Tapi aku tahu itu tidak mungkin, jadi aku memutuskan untuk memberimu saat White Day ini..”


JaeJoong memandang cincin yang ada di genggamannya. Air matanya kembali deras menghujam di pipinya. Lalu perlahan ia membaca kembali surat ChangMin.


“Joongie ya. Maafkan aku karena selama ini aku menyembunyikan sesuatu darimu. Aku takut kau akan sedih jika kau mengetahuinya.. Maafkan aku juga karena telah menghilang dan membuatmu cemas. Tapi aku sudah berjanji akan mengatakan hal ini padamu saat White Day. Ya, meskipun aku tidak bisa menceritakan langsung padamu, tapi ijinkan surat ini mewakilinya ya.. Aku janji aku akan menceritakan semuanya padamu, tidak akan ada yang terlewat..

Joongie ya.. Kau tahu.. Saat kau menemani YunHo berkeliling sekolah, aku sedang berjalan menyusuri lorong menuju lantai 3. Aku mau meminjam catatan Si Won untuk kita belajar bersama. Tapi saat aku akan menaiki tangga, tidak sengaja aku melihat kau dan YunHo berciuman. Ya, aku tahu itu tidak sengaja. Tapi kejadian itu membuatku sakit. Aku tak kuat melihatnya, dan akhirnya aku pun pergi dari sana. Hatiku sangat sedih. Tapi aku tidak ingin terlihat sedih di depanmu.

Malam harinya saat aku di rumahmu, aku berusaha untuk melupakan semuanya. Aku terus berbicara hal yang lucu di depanmu, tapi kau sama sekali tidak menyimakku. Aku tahu kau sedang memikirkan YunHo saat itu. Aku mencoba membuyarkan lamunanmu, tapi kau terus diam tidak mempedulikanku. Dengan sedikit bercanda, aku memukul kepalamu, membuyarkan lamunanmu sekali lagi. Barulah kau menyadari kehadiranku. Aku kecewa sekali. Aku juga tahu saat itu kau ingin menceritakan semuanya padaku. Tentang apa yang kau lamunkan hingga melupakan kehadiranku. Tapi aku pikir aku tidak akan sanggup mendengarnya. Akhirnya aku membahas Valentine denganmu. Aku tidak kuat menahan air mataku, akhirnya aku pun buru-buru pulang.

Di perjalanan pulang, kepalaku tiba-tiba sakit, dan aku pun tidak ingat apa-apa lagi. Saat sadar aku sudah berada di rumah sakit. Dokter mengatakan kalau aku menderita kanker otak stadium tinggi. Dan dia memvonis hidupku hanya sebulan lagi. Aku kaget mendengarnya. Aku masih ingin hidup lebih lama, Joongie.. Kau tahu? aku benar-benar hancur saat itu. Memikirkan hidupku, juga kau dan YunHo..

Keesokan harinya saat Valentine, aku terus memikirkan hal ini. Jika memang waktuku tinggal sedikit lagi, aku ingin menemanimu sebelum aku pergi. Memberikan segalanya untukmu, membahagiakanmu di saat-saat terakhirku. Akhirnya aku menghabiskan semua uangku untuk membelikanmu mawar putih dan kalung emas putih. Tapi kau tahu, sulit sekali menemukannya. Aku berlari mengitari semua toko di Seoul, mencari semua itu, hingga aku sadar aku pun terlambat menemuimu di taman gara-gara ini. Maafkan aku..

Aku sengaja ingin menghabiskan Valentine seharian bersamamu. Mungkin ini akan jadi Valentine terakhir untukku. Sampai malam pun tiba dan waktunya aku mengantarmu pulang. Sedih sekali rasanya. Aku masih ingin bersamamu, masih ingin terus menemanimu Joongie..

Dengan berat hati aku pun melepasmu pulang. Setelah mengantarmu sampai depan rumah, aku pun melangkahkan kakiku untuk pulang. Belum jauh dari rumahmu, aku kembali berbalik, ingin melihatmu lagi. Tapi yang kulihat adalah YunHo. Dia datang dan mengajakmu pergi. Karena penasaran, aku pun mengikuti kalian ke taman tanpa kalian tahu. Dan tidak sengaja aku mendengar semua pembicaraan kalian. Aku mendengar kisah masa lalu kalian, bahwa ternyata YunHo adalah cinta pertamamu yang dulu selalu kau tunggu di taman itu. Hatiku sangat sakit mendengarnya. Aku juga melihat kalian berpelukan, sangat erat. Seakan melepas kerinduan kalian selama ini. Aku tidak sanggup lagi, akhirnya aku pun pulang dengan langkah lemas.”


JaeJoong semakin larut dalam tangisannya. Tangisannya terus menjadi, sampai bahunya berguncang tak karuan. Sesaat dia menghapus air matanya, lalu kembali membaca.


“Keesokan harinya saat aku pergi sekolah, aku kembali merasakan sakit yang amat sangat di kepalaku. Seseorang membawaku ke rumah sakit. Saat tiba di rumah sakit, aku melihatmu sedang menemani YunHo yang juga sedang sakit. Saat itu mataku dan matamu bertatapan, tapi kemudian terhalang oleh dokter-dokter yang sibuk memeriksa keadaanku. Kau tau Joongie, saat itu aku ingin sekali memanggilmu, ingin kau juga menemaniku seperti kau menemani YunHo. Tapi aku tidak bisa. Rasa sakit di kepalaku membuatku terus mengerang kesakitan, tidak bisa mengucap namamu.

Aku dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih. Aku sengaja tidak memberitahumu dan juga sekolah, karena aku tidak mau kalian semua khawatir, terlebih kau Joongie. Tepat saat ulang tahunku, aku meminta ijin pada dokter untuk sekolah. Hanya hari itu saja, setelah itu aku janji aku akan kembali ke rumah sakit. Dokter pun mengijinkan. Aku pun masuk sekolah saat itu.

Pagi hari saat pergi ke sekolah, aku bertemu YunHo. Banyak hal yang aku bicarakan dengannya. Dari pengakuan YunHo terhadap perasaannya padamu, aku pun akhirnya tahu siapa yang bisa menggantikanku untuk menjagamu setelah aku pergi. Ya, YunHo-lah orang yang tepat. Dia memiliki ketulusan lebih dari yang aku berikan padamu. Aku bisa melihat itu dari sorot matanya, benar-benar tulus..

Di hari yang sama, saat kita pergi ke pantai, aku tahu YunHo mengikuti kita. Itulah saatnya aku memutuskan untuk menyatukan kembali kau dengan YunHo, dan waktunya buatku untuk melepasmu pergi. Perasaanku campur aduk saat itu. Di satu sisi aku sedih karena aku harus kehilanganmu, tapi di sisi lain aku juga senang karena aku berhasil menemukan kebahagiaan untukmu, yaitu YunHo. Dengan begini, aku bisa pergi dengan tenang. Walau aku senang saat kau memutuskan untuk memilihku, bukan memilih YunHo, tapi aku tetap tidak bisa.. Karena hidupku tidak akan lama lagi.. Aku tidak bisa menemanimu selamanya. Andai saja aku tidak sakit dan Tuhan masih memberiku umur panjang, aku pasti tidak akan melepasmu Joongie..Karena aku sangat mencintaimu..

Setelah itu, aku pun kembali ke rumah sakit, menjalani hari-hari terakhirku disana..

Joongie ya.. Maafkan aku ya.. Aku melakukan ini semua untukmu. Aku hanya ingin kau bahagia. Aku tidak mau kebahagiaanmu hancur saat aku pergi. Karena itulah aku memilih YunHo untuk kebahagiaanmu. Kau tahu kenapa? Karena aku tahu jauh di dalam lubuk hatimu, kau masih sangat mencintainya dan selalu menunggunya pulang..

Kini dia sudah kembali padamu. Berjanjilah padaku, kau akan selalu bahagia bersamanya. Janji ya!
Jangan bersedih lagi ya Joongie.. Karena meskipun aku tidak ada di hadapanmu lagi, aku akan selalu ada di hatimu.. Aku mencintaimu Joongie.. Selamanya..

With Love,

ChangMin”


JaeJoong menutup surat ChangMin dan kembali menangis. “Kenapa semua terjadi begitu cepat.. Bahkan aku belum mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal padamu Min.. Terima kasih atas pengorbanan cintamu demi aku dan YunHo.. Minnie a, aku janji padamu. Aku akan bahagia bersama YunHo. Kau tidak usah khawatir ya,” batin JaeJoong. Tangisnya semakin menjadi. YunHo menghampiri JaeJoong dan segera memeluknya, menghiburnya hingga dia tenang.

Selamat jalan Min..

***
(satu tahun kemudian)

“Hei, cepat. Mana pengantin wanitanya? Sudah mau dimulai nih acaranya,” Eun Hyuk mencari sang pengantin yang belum muncul juga. YunHo tersenyum melihat Eun Hyuk.

“Eun Hyuk a! Aku yang menikah koq kamu yang sewot sih? Hahaha… Tenang saja, dia sebentar lagi keluar dari kamar riasnya,” YunHo menepuk bahu Eun Hyuk.

“Ya tentu saja aku sewot! Ini pernikahan sahabatku, jadi harus perfect tau!” Eun Hyuk pun tersenyum pada YunHo, lalu merangkulnya.

“Hehehe gomawo Eun Hyuk a..” YunHo membalas rangkulan Eun Hyuk.

(di kamar rias pengantin)

“Aigoo, lihat anak umma ini. Manis sekali! Gaunnya memang sangat cocok untukmu!” JunSu umma memuji.

“Tentu saja umma, anak siapa dulu dong.. Hehe,” JaeJoong memeluk umma-nya.

“Hei, anak appa juga dong..” YooChun appa ikut memeluk JaeJoong.

“Hahaha…” semua tertawa.

“Ayo siap-siap nak. Sudah mau dimulai acaranya,” JunSu umma menyuruh JaeJoong cepat.

“Sebentar lagi umma. Umma dan appa duluan saja. Aku masih ingin menata riasanku sedikit,” jawab JaeJoong.

“Baiklah, cepat ya,” JunSu dan YooChun pun keluar meninggalkan JaeJoong.

JaeJoong membuka laci di bawah meja riasnya. Sebuah kotak tersimpan disana. Dia membuka kotak itu, mengeluarkan sebuah kalung dan cincin, pemberian ChangMin. JaeJoong menggenggamnya. “Minnie a, kau lihat? Aku akan menikah sekarang,” JaeJoong tersenyum, memandang cincin dan kalungnya sejenak. Lalu kembali meletakkannya di kotak, dan menyimpannya di laci.

JaeJoong keluar dari kamar rias, didampingi YooChun appa. YunHo yang melihatnya berdecak kagum. “Boojae, manis sekali..”batin YunHo.

Mereka pun akhirnya menikah. JaeJoong dan YunHo mengikrarkan janji suci sehidup semati. Semua hadirin disana bersorak bahagia melihat pernikahan mereka yang indah ini.

Di tengah pesta meriah yang sedang berlangsung, terlihat JaeJoong melangkah ke sebuah balkon, memisahkan diri dari hadirin yang lain. Raut bahagia terpancar jelas dari wajahnya. Sesaat dia memandang langit yang cerah, menikmati segelas sampanye di tangannya. Langit hari ini benar-benar cerah, pikirnya. Tiba-tiba YunHo datang menghampiri JaeJoong.

“Boojae ya.. kenapa memisahkan diri dari yang lain?” tanya YunHo.

“Aku ingin menikmati hari ini di bawah langit yang cerah Yunnie ya..” jawab JaeJoong, tersenyum sambil terus memandang langit.

“Hmm.. begitu ya.. langit hari ini memang cerah,” YunHo ikut memandang langit, tersenyum.

“Minnie pasti sedang melihat kita di atas sana..” ucap JaeJoong. YunHo mengalihkan pandangannya ke JaeJoong. Lalu merangkulnya, dan kembali menatap langit.

“Hei ChangMin a! Kau lihat, aku dan JaeJoong sangat bahagia sekarang. Kau jangan khawatir. Aku akan menepati janjiku. Aku akan membahagiakan JaeJoong selamanya, sampai maut memisahkan kita. Kau dengar itu ChangMin a?? Aku janji akan menjaga JaeJoong untukmu, juga demi cintaku padanya,” YunHo berkata pada langit, berharap ChangMin ada disana dan mendengarkan semuanya. JaeJoong melirik YunHo, tersenyum lalu membalas rangkulan YunHo.

“Yunnie ya.. benarkah itu?”

YunHo menatap JaeJoong dalam-dalam, mengelus pipinya yang lembut lalu menjawab, “Tentu saja Boojae..”

Muka JaeJoong memerah. “Yunnie ya.. Oh ya kalau begitu, bagaimana kalau kau tidak menepati janjimu?” JaeJoong berusaha membelokkan topik pembicaraan, menyembunyikan wajahnya yang sudah seperti apel merah saking senangnya.

“Eh? Hmm itu belum kupikirkan. Tapi kalau memang begitu, hei ChangMin a! Kau hantui aku saja tiap hari ya! JaeJoong juga kau hantui saja! Hahaha,” canda YunHo. JaeJoong mencubit perut YunHo gemas, “Yunnie ya!”

“Hahaha,” YunHo tetap tertawa. JaeJoong terus mencubit perutnya manja. Perlahan ia menghentikan tawanya, menggenggam tangan JaeJoong lalu berkata, “Joongie ya.. Aku tidak akan ingkar janji. Yang kucintai di dunia ini hanyalah kau. Dan pasti aku akan membahagiakan orang yang kucintai. Percayalah padaku..”

“Yunnie ya..” JaeJoong memeluk YunHo erat. YunHo pun membalas pelukan JaeJoong.

“Aku mencintaimu Boojae a..”

“Aku juga mencintaimu Yunnie ya.. Yeongwonhi (selamanya)..”

Mereka pun larut dalam kebahagiaan.

“Minnie ya.. apa kau melihatku di atas sana? Aku sudah bahagia sekarang.. Sangat bahagia.. Terima kasih Minnie ya.. Semoga kau juga bahagia di alam sana,” batin JaeJoong dalam hati, tersenyum.
[END]

Choco Love

I got you babe~
I call.. I call it chocolate love~

Cast : Uknow Yunho, Hero jaejoong
Genre : Romance, Yaoi, G
Author : Kim Zennie *istri tercinta dari Kim 'xiah' Junsu*
Author : Mursyidah_Zein



Suatu hari di dorm tvxq, uri beloved umma lagi serius balesin ufo mail dari penggemarnya. Sementara yunho sibuk merhatiin jaejoong,
“jae…” yunho manggil jaejoong pake suara bass’nya *melting boo*
“hhmmm..??” jaejoong masih sibuk ngetik balesan mail, yunho cemberut ngeliat jae nyuexin dia,
“tau ngga, jae??” Tanya yunho sambil duduk dipinggir jaejoong,
“tau apa..?” jaejoong ngejawab tapi masih serius ngetik,
“kalo lagi serius kaya gitu, kamu manis banget jae~” yunho bilang gitu sambil nopang dagu n merhatiin jaejoong. Jaejoong langsung berhenti ngetik, terus noleh ke yunho yang lagi serius merhatiin dia, blushing,
“yunho-aahhhh…. Apa siiiihhhhh….” >__< wajah jaejoong berubah warna kaya udang digoreng, “n lebih manis lagi kalo kamu lagi ke’ge’er’an” bales yunho sambil nyubit pipi jaejoong. N jelas aja, wajah jaejoong tambah merah, jaejoong langsung nutup wajahnya pake tangannya, ‘oh my god… help me~’ (suara hati jaejoong) then yunho narik tangan jaejoong n cium pipi jaejoong, terus dia nyender di bahu’nya jaejoong, jaejoong bisa cium bau shampoo yunho n ngerasain rambutnya yang lembut, n if it possible, mungkin jaejoong udah meleleh XD “yunho-ah… sebentar lagi valentine, kamu mau dapet hadiah apa?” jaejoong berusaha ngajak ngobrol, kalo ngga, nanti dia bisa meleleh beneran. “aku mau kamu jae~” jawab yunho sambil duduk tegap n ngelirik jaejoong. “yunho-aaahhhhhh” jaejoong blushing again. “omo~ kamu manis banget siiiihhhhh” jawab yunho sambil nyubit pipi jaejoong lagi. “stop saying that *pouting* aku serius….” Jaejoong bilang sambil maenin jari-jari’nya, bikin yunho tambah geregetan. “aku suka banget makan yang manis2’’ jawab yunho sambil ngelamun, ngelamunin apa hayoooo…. XD “mwo?? Bukannya kamu suka yang pedes-pedes? Kaya aku?” Tanya jaejoong heran, ga ngerti sama omongan yunho, “ember… *sikat gayung baskom*, tapi semenjak ada kamu, aku jadi suka makan yang manis-manis” jawab yunho sambil nyengir, “yah… stop teasing me~ !!!!” jaejoong teriak sambil nutup mulut yunho, “nyahahahaha XD” yunho Cuma ketawa ngeliat tingkah laku his everything yang lucu. “abiz kamu lucu… hhhmmm gimana kalo coklat??” Tanya yunho Jae diem sejenak, ’emang aq bisa bikin coklat’ fikir jae.. “hhmmm ok n__n “ jae manggut n senyum, “ok ok, well, I have to go jae baby, aq pulang nanti sore” yunho liat jam n inget jadwalnya hari ini, “ok..” jaejoong manggut-manggut, yunho cium pipi jae n pergi. “bye boojae”, “ bye yunnie~” Jaejoong pov Hhhmmmm yang manis-manis?? aq emang suka masak, tapi kalo yang manis-manis…. Aq kan ga terlalu suka manis.. ok, aq coba bikin coklat.. End of pov Jaejoong buka-buka buku panduan bikin kue n langsung k dapur buat bikin kue, 4 jam kemudian “Aaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Jaejoong teriak sekeras mungkin, frustasi…. N spontan aja, seisi dorm lari ke dapur. “hyung!!! Kenapa???” Tanya changmin sambil ngos-ngosan, disusul yoochun n junsu “yo hyung, whats wrong?” yoochun naya pake aksen american’nya. “omo hyung ~ ~ ~” seru junsu sambil bengong.. Tiga-tiganya kaget ngeliat dapur yang udah kaya kapal pecah, “hhhwwwwaaaaaaaaa >____< aq ga bisa bikin coklat…” jawab jaejoong sambil nangis.. “mwo o.0 ?? Tapi kan hyung jago masak, n masakannya juga mantatatataaaappp” changmin nanya kaya orang bego *dijitak fans changmin* “ichang… masak ama bikin kue tuh beda tauuuuu!!!! ToT” jaejoong ngejawab sambil ngomel-ngomel. “ooppzzz mianhe~ =_=’’ jawab changmin with his innocent face, “oh my god~… aq pengen ngasih yunho coklat” jae ngomong dengan wajah yang sedih, “kita beli aja hyung” jawab junsu, “hhmmmmm tapi aku bilang ke yunho, aku mau bikin coklat buat dia…. bukan beli…” mata jaejoong mulai berkaca-kaca, “ya jangan blg itu dapet beli aja” samber yoochun “kalo ga ada yang bilang, yunho hyung ga bakal tau” “…………….” “gak bakal tau apa?” tiba-tiba yunho udah ada di pintu dapur sambil ngeliat sekeliling… “wow, kaya’nya coklatku udah jadi nih!” sambung yunho sambil matanya sibuk ngeliatin jaejoong.. Jaejoong, yoochun, junsu n changmin ngeliat satu sama lain “hehehe… aq ke kamar dulu yah, tadi aq lagi baca buku” sambil nyengir changmin ngibrit ke kamar “owh… aq mau nerusin nonton bola, ya kan yoochunie~” junsu narik tangan yoochun “iya bener.. bye hyung” yoochun n junsu juga lari.. Yunho bengong ngeliat anggota groupnya. “mereka kenapa sih?” yunho nanya jaejoong… “kamu kenapa jae~?” yunho juga aneh geliat jae “ah… forget it, jadi.. boleh aku makan sekarang?’ Tanya yunho sambil senyum-senyum sendiri merhatiin his lovely Jaejoong. “umh……” jae mau ngomong, tapi matanya udah berkaca-kaca, yunho bingung ngeliat jae “omo jae~ kenapa sayang…?” yunho meluk jae’ “hikz hikz.. hwwwaaaaa yunho-ahh….. aq gagal bikin coklat’nya~ >__<’’ jae ngejawab sambil nangis.. “mwo??’’ “………..” “huahahaaaaaaaaaa… jae its ok *wink*” yunho ngejawab sambil ketawa “yah… its not ok!!!” jae ngomel . “aku pengen kasih hadiah yang manis di hari valentine”.. pouting “jae~… “ yunho megang tangan jae, jae cuma nunduk, kesel ama dirinya sendiri “ jae baby~…” yunho megang dagunya jae supaya dia bisa liat wajahnya jae. “kamu manis banget….” yunho bilang sambil senyum. “yunho-ah…. Aq janji aq bakal bikinin coklat ~____~’” , yunho senyum lagi. “no jae~.. aq suka yang manis-manis, n yang manis-manis itu ada disini” kata yunho sambil ngedeketin wajahnya ke jaejoong, n matanya ngeliat ke mata jaejoong, jantung jaejoong udah dag dig dug ga karuan, wajah mereka udah deket banget, tinggal beberapa inch aja “jadi.. boleh aq makan sekarang?” Tanya yunho setengah bisik-bisik, jaejoong blushing again “yunho-ah…” “aku anggap itu iya…” kata yunho sambil senyum n mencium bibir jaejong dengan penuh rasa cinta *mau doonnkk…* 1 2 3 30 1 menit, yunho ngelepasin ciumanna n cium telinga jae sambil berbisik “hhmmmm rasa coklat ~ ~” “Yunho-aaahhhhhhh >__<” seru jaejoong manja *o my god.. ngebayangin~*
“Omo jae~ kamu maniz bangetttttt” sambil nyubit pipi jae dan kembali menciumnya..
n________________n

The Last Angel

The Last Angel


The Second Editions of Beautiful Thing
Started by : TVXQ,, Arisa Akutagawa, Yurika, Arya, etc.





Chapter 1
Pagi ini pikiranku melayang. Aku terpaku disalah satu Café terkenal yang selalu dikunjungi anak muda yang bersantai sambil menikmati secangkir cappucino hangat. Mataku menerawang jauh pada buih-buih cappucino di cangkirku. Tanganku bener-bener gak bisa berhenti mengaduk isinya. Berkali-kali sudah ku baca majalah yang terbuka di hadapanku. Aku tak peduli lagi dengan berita yang ada di dalamnya. Aku sadar kalo mata-mata pengunjung mulai sembunyi-sembunyi menatap ke arah ku.
Perasaanku tiba-tiba gak enak. Seseorang sedang mengawasiku dari balik ruangan. Aku masih duduk tak bergeming, berusaha melupakan pikiran-pikiran gila yang tiba-tiba menyelimuti otakku. Pelan-pelan aku berdiri dan tiba-tiba seseorang menarikku.
Orang aneh berpenampilan super aneh dengan jaket, kaca mata, dan topi ski yang berusaha menutupi wajahnya. Aku udah bisa nebak, nih orang kalo bukan orang jahat berarti orang gila! Mana ada orang yang mau berpenampilan senyentrik itu saat musim panas.
Langkah kaki ku berhenti saat nih orang ngebawa aku melewati lorong-lorong kecil. Aku menarik tanganku yang udah merah banget. Jelas nih orang udah narik tanganku sekuat-kuatnya. Aku lemes. Nafasku masih ngos-ngosan tapi aku berusaha menguasai diri dan nyoba untuk ngedamprat nih orang!!!
“Apa yang kau lakukan?!!! Kau sudah gila!!! Kenapa menarikku???!!!” sewotku.
Nih orang masih diem aja. Dia memandangku dari kaca mata hitam besarnya. Aku tahu, untuk ukuran tubuhnya sudah jelas dia cowok! Tapi siapa? Nih orang maunya apa?
“Kau siapa?” teriakku.
Nih orang tetep diem aja. Tapi dia mulai ngebuka jaketnya, lalu topinya, dan akhirnya kaca matanya. Aku tahu siapa dia!!!! Tapi???
“You!!!!” teriakku lagi. Dia cuma cengar-cengir gak karuan. Dia…, tapi dia …, gimana mungkin????
“Kau kenal aku?” tanyanya bloon.
Oh tuhan! Jelas aku kenal dia. Xiah Junsu dari Dong Bang Shin Ki. Tapi apa urusannya denganku?
“Apa mau mu?” Tanyaku bingung.
“Tunggu…,” kata-katanya terhenti saat ku dengar beberapa pasang kaki melangkah mendekat. Junsu kaget saat salah satu dari mereka mengambil gambar kami berdua dengan kameranya. Dia menarikku. Topiku terjatuh dan beberapa paparazi lainnya menyerbu kearah kami.
“Apa yang sedang anda lakukan disini?” Tanya salah satu dari mereka yang bener-bener antusias. Mereka saling menyodorkan microphonenya pada Junsu dan aku tambah gak ngerti. Semua berdesakan. Junsu keliatan panik tapi dia berusaha menenangkan para paparazzi yang terlalu antusias. Gimana gak! Berita tentang Xiah Junsu dan seseorang yang kepergok disalah satu jalan kecil adalah berita bagus untuk majalah atau pun stasiun tv mereka. Aku jelas bingung banget. Apa yang akan terjadi????
Saat aku masih sibuk dengan kepanikanku, Junsu menarik tanganku lagi dan aku jatuh dalam pelukannya. Kejadian itu spontan di rekam dan diabadikan oleh para paparazzi yang semakin gila-gilaan. Aku coba untuk berdiri tapi Junsu merangkulkan lengannya dibahuku. Aku melirik ke arahnya dan dia cuma cengar-cengir.
“Selamat siang, maaf sebelumnya. Kurasa kalian bisa menebak apa yang saat ini kalian lihat. Hanya untuk memperjelas, kuperkenalkan kekasih baruku.” Semunya dengan cepat mengambil gambar kami lagi. Beberapa diantaranya melemparkan beberapa pertanyaan dan aku bener-bener udah mau lari dari tempat ini.
“Berapa lama kalian sudah bersama?” kata salah satu dari mereka. “Bagaimana dengan gossip antara anda dan Park Heebon??” kata yang lainnya.
“Kami sudah bersama sejak sebulan yang lalu. Dan mengenai gossip antara Park Heebon dan saya itu tidak benar! Sekali lagi saya tegaskan kami hanya berteman.”
Beberapa paparazzi terlihat gak percaya dan mulai kembali mengajukan banyak pertanyaan. Aku tahu Junsu sudah mulai gerah dengan semua ini dan aku pun ngerasain hal yang sama. Dengan sigap dia menarik tanganku dan ngebawa aku keluar dari kerumunan manusia yang terobsesi akan pertanyaan-pertanyaan mereka.
Aku masuk dalam mobil sport hitamnya dan kami melaju pergi. Aku masih gak tahu kenapa aku bisa duduk di jok mobilnya. Aku masih bengong dan gak ngerti mau ngomong apa sampai Junsu menghentikan mobilnya di hamparan pantai yang kini kosong.
“Thanks!” katanya dan itu akhirnya membangunkanku dari lamunanku.
Refleks kulempar tasku kearahnya dan tas itu mendarat tepat diwajahnya. Dia meringis dan aku memukulinya. Nih orang bener-bener harus dikasih pelajaran! Huh! Rasain!!!!
“Stop!, Stop! Tolong!!! Sakit! Aduh!”
Aku mendaratkan pukulan terakhir dan mendarat di pipinya. Aku kesel banget dan narik tasku dari tangannya. Junsu keliatan shock dan aku malah ketawa dalam hati. Hahaha…, rasain! Seenaknya aja masukin aku ke masalahmu!
“Maaf..” kata-kata itu meluncur dari bibirnya.
Aku tertegun. Gak nyangka kalo dia bakalan minta maaf. Ekspresi mukanya berubah. Dari ekspresi liar dan menyebalkan berubah menjadi ekspresi yang gak bisa ditebak. Dia keliatan sedih plus cemas. Aku gak ngerti apa yang terjadi sekarang. Aku menatap matanya lekat-lekat, dan aksiku ini membuatnya tiba-tiba tertawa. Ku lempar lagi tas ku dan dia meringis kesakitan. Nih orang emang kurang ajar! Bisa-bisanya aku tertipu oleh ekspresinya.
“Kau sudah gila!!!! Apa yang kau lakukan??? Aku gak ngerti!!! Kenapa semua paparazzi itu mengejarmu! Dan kenapa kau menarikku dalam masalahmu!!!!! Kau bahkan tak mengenalku!”
Dia tersenyum dan mengambil tissue dari kotaknya yang ada di hadapanku. Dia berusaha melakukan sesuatu pada wajahku dan ternyata dia hanya ingin menghapus noda diwajahku. Sejenak aku terpesona tapi seketika kutepis tangannya.
“Maaf sebelumnya. Kau kenal aku pastinya dan aku…, yah kurasa aku cukup mengenalmu.”
Nih orang bener-bener udah gila???? Dia kira aku bego apa???? Aku tau dia Xiah Junsu seorang penyanyi terkenal dan bagaimana mungkin dia mengenalku????
“Kau Arisa Akutagawa kan?”
Aku menatapnya sangsi dan dia kembali menatap laut melalui kaca mobilnya. “Kau putri pertama dari tiga bersaudara. Kau punya 2 adik laki-laki dan seorang ibu. Ayahmu telah meninggal dunia sebulan yang lalu. Benarkan?”
Lagi-lagi aku menatapnya tajam. Aku gak nyangka nih orang bisa tau keluargaku. Tapi buat apa dia tau??
“Aku tau kau sedang menyukai seseorang bahkan aku sering memergokimu yang sedang menangis tiap melihatnya.” Lanjutnya.
Ha???? Gimana bisa dia??? Oh tuhan nih orang!!!
“Aku hanya tau hal-hal itu sekarang. Tapi kalo aku mau aku bisa tau lebih banyak lagi. Tapi kurasa itu sudah cukup.”
“Apa mau mu??? Kau!!!! Bagaimana kau bisa tau semua ini???”
“Kau lupa siapa aku?”
Aku terdiam. Aku berpikir sejenak dan tiba-tiba dia mengagetkanku.
“Aku butuh bantuanmu.” Kata-kata itu meluncur dari bibirnya lagi.
Aku tertawa dan dia mendelik ke arahku. Aku gak ngerti. Bagaimana mungkin seorang Xiah Junsu mengatakan hal itu padaku.
“Aku tau keluargamu sedang dalam kesulitan. Ayahmu meninggalkan banyak hutang dan kau harus bekerja paruh waktu di beberapa tempat untuk melunasi semua hutang-hutangnya. Kau tau, aku bisa membayar semua hutang ayahmu asal kau mau membantuku.”
Aku diam lagi. Satu hal yang bikin aku bener-bener marah. Bagaimana mungkin dia tau hal ini!
“Itu bukan urusanmu. Aku bisa membereskan semua masalah keluargaku sendiri.”
“Oh ya? Aku tau kau berbohong. Aku melihatmu dipecat kemarin malam. Dan aku tau kau tidak akan mengatakan hal itu pada ibu mu yang sekarang sedang sakit. Karena itu aku menawarkan bantuan asalkan kau mau membantuku.”
Ekspresinya terlihat serius dan itu membuatku penasaran. Apa yang membuatnya begitu membutuhkanku sehingga melakukan semua ini.
“Apa yang bisa kulakukan untukmu?” tanyaku dengan nada mencela.
“Jadilah pacarku.”
What???? Nih orang udah bener-bener gila! Apa maksudnya!!!! Mau mengerjaiku!!!!
“Kau gila!”
“Bukan maksudku…, jadilah pacar kontrakku.” Katanya gugup.
Aku melemparkan tasku untuk kesekian kalinya. Dan ternyata Junsu bisa membaca pikiranku sehingga tasku mendarat tepat disamping lengannya.
“Apa kau bisa berhenti melempariku!” teriaknya.
“Kau sudah gila!!!! Apa kau pikir aku akan menjual harga diriku!!!! Permainan konyol apa ini!!!”
“Dengarkan! Aku hanya butuh bantuanmu untuk sementara waktu! Aku akan membayar mahal semuanya!”
“Apa kau kira kau bisa membeliku!” teriakku.
“Coba kau pikir! Aku bisa membayar semua hutang keluargamu! Aku bisa memberikan kehidupan yang layak untuk keluargamu! Kau cukup berpura-pura sebagai kekasihku dihadapan umum!”
“Maaf, aku sama sekali tidak tertarik!” aku mengambil tasku dan berlari meninggalkan mobil itu.
Aku berlari menuju jalan dan menaiki bus yang berhenti di halte yang tak jauh dari pantai.
Chapter 2
Aku bangun cukup pagi hari ini. Ku buka jendela kamarku dan kulihat koran pagi ini tergeletak di depan rumahku. Aku berjalan menuju wastafel dan membasuh mukaku cepat-cepat. Aku melangkahkan kaki menuju pekarangan depan dan kuambil koran pagi ini. Jalanan masih sepi. Semua orang mungkin masih tertidur. Aku membuka halaman pertama dan mataku terbelalak melihat berita utama hari ini.
Xiah Junsu punya kekasih baru????? Bagaimana hubungannya dengan Park Heebon sekarang???
Mataku bener-bener gak bisa tertutup saat kulihat terpampang jelas foto Junsu yang sedang merangkulku. Oh tuhan bakalan jadi masalah besar ni!!!!
Aku masih membaca barisan pertama yang menunjukkan spekulasi hubungan Junsu dan Heebon yang santer diberitakan menjalin asmara dan fakta baru yang sedang terkuak. Oh tidak!
“Kau sedang apa?!” Tanya Hyun mengejutkanku. Buru-buru ku sembunyikan majalah itu dibelakangku. Dia curiga tapi aku berusaha bersikap biasa.
“Kau sudah bangun? Mm…, ayo mandi dulu. Aku akan siapkan sarapan…” kataku kaku. Dia keliatan gak perduli dan kembali masuk. Aku berlari ke kamar dan segera menyembunyikan majalah itu di balik bantalku. Aku kembali ke dapur dan segera menyiapkan sarapan.
Aku makan dengan cepat sampai-sampai gak sadar kalo ibu, Hyun, dan Joon sedang memperhatikanku. Mereka menatapku lekat-lekat tapi aku segera berpaling.
Aku menghabiskan makananku dan segera pergi ke kampusku. Pagi ini aku ada kelas dan aku harus sampai secepatnya. Aku berlari menuju halte bus dan segera mengambil bagian dalam kursi penumpang.
Disini sesak. Semua orang berhimpitan. Aku duduk dibagian belakang dan kusadari mata-mata memandangku. Aku gak tau kenapa tapi aku gak nyaman dengan semua ini. Bus berhenti di halte yang gak jauh dari kampusku. Aku berlari secepat yang kubisa. Masuk lewat gerbang depan dan makin banyak mata yang melihat kearahku.
Aku masuk ke dalam kelasku. Beberapa anak menoleh kearahku dan aku segera duduk di bangku paling belakang.
Brak!!!! Seseorang tiba-tiba menendang mejaku hingga jatuh. Oh tuhan masalah itu bener-bener datang sekarang.
“Jadi bener! Dia!” teriak salah satu dari mereka. Aku tau apa yang ngebuat mereka bersikap kasar. Mereka uda ngeliat Koran pagi ini! Salah satu dari mereka masih membaca isi koran itu dan aku tau gak ada gunanya meladeni mereka.
“Bagaimana mungkin kau bisa bersama Junsu Oppa???!!!” teriak Sica yang sekarang melotot kearahku.
Aku bangun dan kutatap mereka semua dengan galak. “Aku gak tau apa saja yang tertulis di koran yang kalian baca. Tapi satu hal! Semua yang mereka tulis adalah sampah! Jadi kalo kalian dengan mudah mempercayai semua berita itu terserah kalian! Aku gak perduli!”
“Lalu foto ini apa?!” teriak yang lainnya.
Aku diam. Aku juga bingung gimana mesti ngejelasin semuanya. Dari pada pusing lebih baik aku pergi. Ku ambil tasku dan berlari meninggalkan para mahasiswi yang berteriak-teriak dibelakangku.
Aku gak ngerti dengan cara berpikir mereka. Apa mereka pikir aku udah gila! Mana mungkin aku dan Junsu punya hubungan! Aku bahkan cuma tau namanya! Oh tuhan tolong bukakan mata mereka.
Chapter 3
“Kau sendiri?” seseorang mengagetkanku. Aku tersenyum dan jantungku berdetak keras. Dia memberiku minuman kaleng dan aku mengambilnya sambil tersenyum. Dia duduk disampingku dan kami ngobrol dibawah pohon dekat danau.
“Kenapa bolos? Bukankah kau ada kelas pagi ini?” dia menatapku lembut dan aku gak bisa berpaling darinya.
“Kau baca koran pagi ini?” tanyaku seketika dan dia tersenyum.
“Yah…, aku membaca berita itu.”
Aku diam jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat lagi. Dia tertawa melihat ekspresiku. “Aku gak percaya berita itu. Aku mengenalmu dan sejauh ini aku gak pernah tau kalau kau punya pacar seorang penyanyi terkenal.” Dia tertawa lagi dan aku malah ikut-ikutan ketawa.
“Jadi, apa berita itu benar?” tiba-tiba pertanyaan itu meluncur bagai es yang jatuh menimpa kepalaku.
“Tentu saja tidak! Kau tau aku cewek lugu yang belum pernah jatuh cinta. Aku gak punya pacar, apalagi seorang penyanyi.” Ujarku berusaha meyakinkannya. Lagi-lagi dia tersenyum. Aku diam lagi. Dia melihat jauh ke danau dan aku menatapnya sembunyi-sembunyi. Pagi ini Arya memakai kemeja biru tua dan dia terlihat tampan. Aku gak bisa berhenti menatapnya. Oh tuhan aku bener-bener suka dia.
“Sudah waktunya. Aku harus mengajar. Kalo tidak mereka akan mencariku.” Arya berdiri dan aku juga berdiri. “Kau boleh ke sekolah kalau kau mau.”
Aku tersenyum dan dia segera pergi dan menghilang dalam kerumunan. Aku berharap bisa menemuinya di sekolah tapi sebentar lagi aku harus bekerja. Aku berjalan menuju gerbang. Bayangan Arya kembali menyelimuti otakku. Aku selalu senang setiap mengingat saat dia mengajar murid-muridnya di sekolah dasar yang juga ada dalam naungan kampusku. Aku senyum-senyum sendiri sampai ku sadari para paparazzi membuntutiku. Aku berusaha pura-pura gak sadar dan terus berjalan santai. Apa perduliku! Aku bener-bener sebel ngeliat tampang orang-orang yang mulai menunjuk-nunjuk kearahku!
Semua terlihat marah padaku tapi aku gak salah! Kenapa kalian bersikap begitu!!!! Ini semua karena Junsu! Dia yang bikin hidupku berantakan.
Tanpa sadar aku uda di toko dan Tuan Kim menyuruhku merapikan barang-barang yang menumpuk di gudang. Semua persediaan bahan makanan dimasukkan kedalam gudang namun masih berantakan. Sudah menjadi tugas mingguanku untuk merapikannya. Aku menghitung kembali beberapa persediaan yang ada dalam catatan dan semua lengkap. Aku mulai menyusun kotak-kotak itu satu persatu. Awalnya semua kulakukan dengan baik tapi tiba-tiba pikiran-pikiran menyebalkan akan kejadian kemarin terlintas dan tanpa sadar aku menjatuhkan sekotak penuh telur yang seharusnya menjadi bahan pangan utama toko ini selama sebulan. Semuanya berantakan. Aku panik, jelas. Tuan Kim yang mendengar keributan itu berlari mendatangiku dan alhasil aku dipecat karena sudah membuatnya mengalami kerugian besar. Aku di usir keluar dan Tuan Kim melemparkan tasku seenaknya.
“Pergi sana!”
“Tapi tuan…, aku…” kata-kataku terputus saat aku ditarik pergi dari toko. Aku menangis tapi orang ini masih menarikku menjauh. Dia membawaku ke balik toko yang tersembunyi. Aku mendorongnya menjauh dan kembali menangis.
“Kenapa kau menarikku! Aku harus minta maaf padanya.”
“Sudah cukup! Kau sudah gila! Dia mengusirmu seperti itu! Kau harusnya marah! Dimana harga dirimu!” teriaknya.
Aku menangis semakin keras karena sekarang aku sadar kalo aku uda gak punya pekerjaan lagi. Gimana aku bisa bayar hutang-hutang dan sekolah adik-adikku!
“Bekerjasamalah denganku.” Junsu tiba-tiba memberiku sapu tangannya. Aku tidak menghiraukannya tapi dia berinisiatif menghapus air mataku. Aku menatapnya dan lagi-lagi dia tersenyum.
“Apa yang harus kulakukan untukmu?” tanyaku tiba-tiba. Junsu tersenyum dan aku sadar dia pasti bener-bener puas sekarang.

Chapter 4
Aku duduk ditemani segelas coklat panas. Junsu terlihat sibuk mengambil beberapa dokumen dilemarinya dan segera duduk disampingku. Aku gak tau ini dimana tapi yang jelas tempat ini nyaman. Junsu segera memberiku sebuah dokumen dan aku terbelalak melihat isinya.
SURAT PERJANJIAN KONTRAK
Disini tertulis bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini menyetujui kontrak yang telah disepakati bersama. Kontrak itu berisi bahwa saya, Arisa Akutagawa akan menjadi kekasih dari Kim Junsu selama kurun waktu tiga bulan. Selama jangka waktu tiga bulan keduanya dilarang mempunyai hubungan special dengan orang lain. Kedua belah pihak juga harus selalu terlihat senang dihadapan publik dan jika salah satu dari yang bertanda tangan dibawah ini melakukan pelanggaran maka pihak yang dirugikan berhak menuntut uang tunai sebesar $10 juta dollar. Selama kontrak berlangsung semua kebutuhan keluarga akan ditanggung dan semua hutang-hutang akan di lunasi oleh Kim. Junsu. Demikianlah surat perjanjian ini dibuat dengan kesepakatan bersama.
Mataku masih tak bisa berkedip saat melihat kearahnya. Junsu cengar-cengir dan aku udah hampir gila memikirkan semuanya.
“Oke aku setuju.” Kata-kata itu meluncur begitu saja. Junsu terlihat sangat senang dan dia memberikan beberapa lembar lainnya.
“Itu peraturan-peraturan yang harus kau jalankan.” Katanya.

PERATURAN-PERATURAN
-Arisa harus selalu berada di samping Junsu setiap dibutuhkan.
-Arisa dilarang keras berpacaran dengan laki-laki lain selama kontrak berlangsung.
-Arisa dilarang mendekati Junsu sedikit pun. (aku mendelik kearahnya dan dia tersenyum lagi)
-Arisa dilarang bekerja paruh waktu dimana pun
-Arisa dilarang menceritakan isi kontrak kepada siapa pun
Semua kontrak batal jika salah satu dari peraturan ini dilanggar.
Aku bener-bener gak percaya dengan semua yang aku lihat sekarang. Bagaimana mungkin semua terancang rapi. Tapi kenapa semua peraturan ini mengekangku!
“Aku keberatan dengan semua peraturan ini!” kataku.
“Kenapa?!”
“Bagaimana mungkin kau melarangku mendekati orang lain! Kau tau aku sudah menyukai orang lain!”
Junsu diam dan terlihat berpikir. “Ok. Kau boleh mendekatinya. Tapi dalam waktu tiga bulan kedepan kau tidak boleh mengatakan cinta padanya dan jangan sampai paparazzi mengetahui hal ini. Yah lagi pula kau bisa mengujinya.”
“Mengujinya? Maksudmu?”
“Kau berteman cukup lama dengannya, dan sejauh ini kau sama sekali belum tahu apa pandangan dia tentangmu. Kalau dia tau kau berpacaran denganku kau bisa lihat ekspresinya. Betulkan?”
Aku diam. Dia bener tapi aku gak bisa mengakui hal itu.
Dengan sedikit berat hati ku tanda tangani surat kontrak itu dan Junsu terlihat makin senang. Aku bingung! Kenapa harus aku?
“Oppa…,” kataku tiba-tiba dan dia keliatan kaget waktu aku manggil dia Oppa tapi dia Cuma senyum.
“Kenapa kau memilihku? Dan sebenarnya untuk apa kau melakukan hal gila ini? Bukankah kau bisa mencari pacar sungguhan?”
Ekspresinya berubah. Wajahnya keliatan suram dan aku gak tau kenapa? Apa aku salah bicara?
“Karena aku sering melihatmu.”
Ha? Dia bilang dia sering ngeliat aku? Apa iya? Aku bener-bener gak yakin dengan apa yang aku denger tapi aku tetep diam aja. Keliatannya Junsu Oppa mau nerusin penjelasannya.
“Awalnya aku tidak sengaja melihatmu menangis di depan sebuah sekolah. Kulihat kau terlihat sangat sedih. Aku melihat apa yang terus kau lihat dan aku tau ternyata kau menangisi seorang laki-laki yang bekerja di sekolah itu. Hahaha…,” tawanya bener-bener gak enak di dengar. Oh tuhan gimana mungkin nih orang bisa ngeliat aku menangis?
“Kau tau kau terlihat begitu menyedihkan saat itu. Aku terus melihatmu dari jauh sampai kulihat beberapa laki-laki bertubuh besar menghampirimu. Kau terlihat sangat ketakutan dan sebelum aku bisa menolongmu mereka sudah pergi. Aku menyuruh seseorang mencari tau tentang dirimu dan karena itulah aku tau semua tentangmu.” Jujur aja penjelasan ini ngebuat aku mau mati aja!!! Kenapa semua hal memalukan itu dilihat olehnya??????
“Lalu kenapa kau menyuruh seseorang mencari tau tentang diriku????”
Lagi-lagi Junsu diam dan ekspresinya berubah serius lagi. Aku bener-bener gak bisa nebak apa yang dipikirkannya sekarang. Kuharap aku tak salah bicara.
“Karena kau mirip dia.” Kata-kata itu meluncur dengan sangat pelan. Aku hampir tak bisa mendengarnya. Junsu diam lagi dan aku bener-bener makin bingung. Sebenernya siapa yang dia maksud mirip denganku???? Apa mantan pacarnya???? Tapi mana mungkin! Mana mungkin seorang Xiah Junsu menyukai wanita yang tampangnya mirip denganku! Apa gak salah????
“Kau tau. Kalian berdua sangat mirip. Kalian wanita yang kuat tapi juga rapuh. Aku sering melihatmu menangis dan dia juga sering menangis dihadapanku. Kau tau hal itulah yang membuatku tertarik untuk memilihmu.”
Apa hal itu bisa dijadikan alasan untuk memilihku???? Dasar aneh!
“Apa dia kekasihmu?” tanyaku ragu-ragu. Junsu menatapku lagi. Tatapannya tajam. Aku gak bisa berpura-pura tak melihatnya sekarang. Aku terpaku dan tiba-tiba dia tertawa keras.
“Tentu saja tidak. Yah kita berteman. Hanya itu. Dan tolong jangan tanya-tanya lagi! Sudah hampir gelap, kau seharusnya pulang kerja sekarang. Sopirku bisa mengantarmu pulang dan ini….” Dia memberikan sebuh kertas yang ternyata kartu namanya.
“Kau butuh ini. Besok aku akan menghubungimu. Para hyung (Micky, Hero, Yunho) dan kid (Max) menungguku sekarang. Malam ini kami ada jumpa pers dan kau jangan terkejut kalau besok pagi berita utama mereka masih tentang kita berdua.”
“Bagaimana aku menjelaskan semuanya pada teman-temanku? Mereka pasti akan menanyaiku tentang semua ini?”
“Katakan saja kau pacarku dan jika terjadi sesuatu katakan padaku. Akan ku urus semuanya nanti.” Junsu mengambil kacamatanya yang tergeletak di atas meja dan mengantarku ke mobilnya. Dia masuk ke mobilnya yang lain dan kami berangkat menuju tujuan masing-masing.
Chapter 5
Benar saja lagi-lagi pagi ini berita itu menjadi topik utama majalah pagi ini. Aku hampir gila melihat foto itu terpampang diwajahku saat Joon adikku yang terkecil melemparkannya padaku. Ibu dan Hyun terlihat menunggu penjelasan dariku tapi kurasa ini bukan saat yang tepat karena pagi ini aku harus ikut Quiz di kelas. Aku melahap potongan terakhir telur sarapanku dan berlari meninggalkan rumah. Kulihat mobil Junsu terparkir tak jauh dari rumahku. Aku bener-bener gak tau! Mau ngapain nih orang pagi-pagi!!!!
Aku menghampiri mobil itu dan kudapati Junsu yang duduk dikursi belakang. Pagi ini dia terlihat rapi dengan setelan jas hitamnya. Dia menyuruhku masuk dan aku cuma bisa menurutinya.
Mobil pun bergerak dan kami hanya diam. Junsu terlihat sok cool dan aku bener-bener gak suka ngeliat tampangnya itu. Dia melihatku dan akhirnya tertawa keras.
“Apa kau selalu berpakaian seperti ini?” katanya.
Spontan aku melihat penampilanku. Apa ada yang salah? Ku rasa tidak. Aku mengenakan kaos pink dan jeans hitam serta sepatu kets kesayanganku. Apa yang salah sih?
“Kau terlihat seperti anak SMP! Kau tau, kekanak-kanakan!”
“Hei! Bukan urusanmu!” kataku jelas tersinggung.
“Pantas dia tidak melirikmu. Kurasa dia cukup tampan sebagai seorang guru. Yah…, tapi tentu saja masih jauh dariku.”
What???? Nih orang mau nyari masalah apa!!!! Jelas-jelas Arya jauh lebih baik dari pada dia!
“Malam ini kau harus ikut aku ke pesta temanku. Mr.Lee akan menjemputmu tepat pukul lima sore dan dia akan membawamu kesuatu tempat. Kau akan ditangani penata rias yang terbaik. Jadi jangan kecewakan aku!”
“Apa aku harus ikut? Aku tak kenal mereka semua!”
“Kau ingat peraturan nomor satu?”
Aku mencoba mengingatnya dan kusadari tak ada pilihan lain. Lagi-lagi aku diam dan mobil berhenti tepat di depan gedung fakultasku. Tak sedikit mahasiswa yang melihat kearah mobil ini dan ini akan jadi masalah baru untukku. Aku baru akan keluar mobil saat Junsu menarik tanganku lagi.
“Kau akan kukenalkan pada anggota DBSK lainnya. Dan ingat, kau harus menjaga rahasia ini bahkan dari mereka! Mengerti?”
Aku melepaskan tanganku darinya dan menutup pintu mobil dengan cukup keras. Aku berlari menuju ruanganku dan mobil itu melesat pergi.
Para mahasiswi dikelasku melihat kearahku dan mereka tak melakukan apapun padaku. Entahlah. Biasanya mereka akan melabrakku bahkan melakukan hal-hal kejam lainnya. Hari ini berbeda. Apa yang terjadi?
Semua langsung diam saat Ms.Meilan masuk dan kami mulai mengerjakan quiz pagi ini.
Waktu berjalan dengan cepat dan aku melihat mobil Junsu terparkir di barisan depan. Semua orang mendekat dan mencoba melihat si empunya mobil dan aku segera berlari, masuk ke mobil dan menutupnya dengan cepat. Kulihat puluhan orang terkejut dan aku bener-bener gak perduli tanggapan mereka.
Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah spa dan aku masuk ditemani seorang pemandu yang dibawa Mr. Lee. Aku masuk ke ruangan itu dan kulihat para pekerja terkejut melihatku dan mereka membawaku ke ruang perawatan. Setelah melakukan perawatan luluran, spa dan lain-lain aku menuju ruang ganti bersama salah seorang pelayan untuk memilih gaun mana yang harus ku pakai. Saat masuk mataku terpaku pada beberapa gaun pesta yang telah dipilih oleh para pelayan lainnya. Ada lima gaun mewah yang harus kucoba. Aku bener-bener gak bisa bilang apa-apa sekarang yang jelas aku bener-bener bingung. Mereka menyuruhku mencoba semuanya. Mulai dari gaun berwarna jingga dengan aksen pita di bagian belakangnya. Gaun ini cantik tapi para pelayan berpikir lebih baik aku mencoba gaun lainnya.
Gaun kedua adalah gaun ungu dengan jumbai-jumbai di bagian bawahnya. Terlihat mewah dan indah tapi mereka pikir warna ini kurang pas untukku.
Gaun ketiga berwarna pink pucat dan aku sependapat dengan mereka bahwa gaun ini benar-benar tidak cocok untukku.
Gaun keempat gaun coklat dengan bando coklat yang indah. Saat kucoba aku baru sadar kalo badanku terlalu kecil untuk gaun ini.
Gaun terakhir yaitu gaun putih berkilau dengan ikat pinggang perak dan beberapa aksen tambahan dibeberapa bagian yang membuatnya terlihat manis. Gaun itu kecil dan kurasa akan pas untukku. Benar saja semua orang sependapat dan akhirnya aku memilih gaun yang satu ini.
Setelah selesai dengan gaun, mereka membawaku ke penata rias. Mereka memberikan foundation dan banyak lagi lainnya kewajahku. Jujur saja aku belum pernah melakukan semua ini sebelumnya. Setelah itu mereka menata rambut pendekku dengan cepat. Mereka menyemprotkan sesuatu dan membentuk rambutku sehingga terlihat lebih modern. Hasilnya diluar dugaan. Aku bahkan tak bisa mengenali diriku sekarang. Cantik! Kata-kata itu yang tiba-tiba terlintas dalam pikiranku. Aku tertawa sendiri sampai Junsu mengagetkanku.
“Apa kau masih perlu waktu lagi???? Kita sudah hampir terlambat!” katanya sambil tak melihat kearahku. Dia sibuk merapikan jasnya. Wow! Dia terlihat tampan dengan jas biru tua yang terlihat sangat mewah. Aku tau mereka orang kaya biasa memakainya untuk saat-saat ini tapi…, aku tidak terbiasa.
Junsu melihat kearahku dan dia bener-bener kaget ngeliat penampilanku. Dia diem aja dan aku makin bête!
“Kau…, yah lumayanlah.” Kata-kata itu mengejutkanku. Aku makin kesel! Sebel!!!! Apa dia gak bisa liat!!!! Masa kayak gini cuma dibilang lumayan!!!
Dia langsung membawaku pergi. Sebelum pergi aku mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantuku. Setelah itu kami masuk kemobil dan berangkat menuju tempat diadakannya pesta mala mini.
Sepanjang perjalanan kami cuma diam. Aku hanya melihat jalan-jalan yang cukup ramai. Aku terpesona melihat suasana malam yang tiba-tiba terasa sangat berbeda dari biasanya.
Mobil berhenti di salah satu hotel mewah di Seoul. Junsu membantuku keluar dari mobil, dan ini artinya sandiwara ini dimulai.
Para tamu berdiri bersama pasangan mereka masing-masing. Kulihat ada banyak paparazzi yang datang. Memangnya pesta apa ini????
Junsu membawaku kedalam keramaian dan banyak mata yang melihat kearah kami berdua. Junsu tersenyum padaku dan berusaha terlihat manis.
“Kau tunggu aku disini. Aku akan mencari yang lainnya.” Dengan cepat dia segera menghilang. Huh!!! Kenapa meninggalkanku!!!!
Beberapa mata masih menatap tajam padaku dan aku tau alasan mereka sekarang. Aku masih berdiri ditempat yang sama sampai seseorang menarikku menyingkir. Aku tau dia! Teman sekelasku! Laura! Tapi apa yang dia lakukan disini???
“Hei! Kau! Bagaimana kau bisa memakai gaun ini!!! Dan kau!!! Bagaimana kau bisa disini?!” Laura mendorongku hingga tak sedikit orang melihat kearah kami. Ternyata Laura tak sendiri. Sica juga datang. Aku hanya diam dan berusaha tak memperdulikan mereka. Laura lagi-lagi berteriak padaku tapi aku tetap diam. Semua terlihat semakin tertarik untuk melihatku.
“Kau!!! Apa kau pergi bersama Junsu Oppa???!!! Kau!! Kau tidak boleh bersamanya!!! Kau tak pantas…” kata-katanya berhenti saat Junsu berada disampingku.
“Kau jauh lebih tidak pantas. Jangan ganggu dia.” Junsu tiba-tiba menyelamatkanku dan untuk pertama kalinya aku senang melihatnya.
Laura dan Sica terlihat shock. Aku hampir tertawa tapi aku berusaha tenang. Junsu membawaku pergi dan kulihat keempat anggota DBSK dan beberapa wanita berdiri tak jauh dari kami.
“Wow! It`s so fantastic!” kata Micky Yoochun yang menyambut kami berdua. Yang lain terlihat penasaran menatapku dan aku malu banget sekarang. Aku berdiri di samping Junsu dan mereka menatapku senang.
“Ini Arisa. Kalian sudah tau kan, dia…”
“Pacarmu!” kata Yoochun lagi. Dan yang lain tertawa.
“Yah.., begitulah.” Katanya terlihat grogi. Aku bisa melihat ekspresinya terlihat aneh.
“Manis sekali.” Kata Hero Jaejoong dan aku membalas senyumannya. Ada seorang wanita disampingnya. Dia terlihat cantik sekali dengan gaun birunya.
“Arisa, kenalkan ini Yunho hyung, Jaejoong hyung, Yoochun hyung, dan… Kid!”
Semua tertawa lagi kecuali cewek manis yang berdiri disamping Changmin. Aku tau dia…, dia orang yang dimaksud Junsu. Ya.., bisa dibilang kami hampir mirip. Kami punya mata dan hidung yang sama. Hanya saja aku sedikit lebih tinggi darinya. Dia sangat manis dan kurasa ada sesuatu yang membuat Junsu tertarik padanya. Changmin menatapku dan tertawa.
“Kau mirip Yurika!” katanya.
Si cewek yang dari tadi berdiri disampingnya tersenyum. Cantiknya.., dia terlihat seperti malaikat. Gaunnya juga indah. Aku tak menyangka bahwa pendapat Changmin disetujui oleh yang lainnya. Semua tertawa dan aku merasa mereka menyukaiku. Setelah perkenalan singkat itu akhirnya aku tahu kalo dua wanita cantik itu bernama Yurika dan Erika. Yurika adalah kekasih Changmin, dan Erika adalah teman baik Jaejoong. Mereka terlihat sangat serasi. Aku senang melihatnya. Mereka juga sangat ramah dan aku cukup mudah membaur dengan mereka.
Tak lama dari itu pesta dimulai. Mereka berlima dipersilahkan membuka pesta dengan menyanyikan salah satu lagu mereka. Saat mereka berlima naik ke podium Yurika dan Erika mengajakku mendekat. Semua tamu mendekat, mereka sudah tak sabar mendengar lagu-lagu yang akan dinyanyikan penyanyi favorite mereka.
Ini pertama kalinya aku menghadiri pesta besar dan juga pertama kalinya melihat aksi panggung mereka secara live.
Pesta dibuka dengan lagu terbaru mereka yang up beat yaitu Take Your Hands. Dan semua tamu berteriak histeris. Aksi panggung yang hebat, tarian, dan suara indah mereka membuat suasana berubah. Aku bisa merasakan semangat mereka dan rasanya menyenangkan. Setelah lagu pertama usai lagu kedua mengalun merdu. Lagu mellow berjudul Tonight mengalun sangat harmonis. Kemampuan mereka benar-benar luar biasa dan aku terpesona akan suara Junsu yang terdengar sangat indah. Semua terlihat sempurna. Teriakan fans semakin membludak dan para paparazzi yang meliput berita segera mengambil gambar mereka.
Alunan itu akhirnya berhenti dan mereka berlima turun dari podium dan menghampiri kami bertiga. Jeritan semakin lama semakin mereda dan akhirnya pesta kembali dibuka oleh seorang pria dengan jas hitamnya yang sekarang berdiri di atas podium.
“Selamat malam para hadirin. Malam ini kami mengundang anda sekalian untuk melihat peresmian produk baru kami yang akan kami luncurkan mulai malam ini. Shin Enterprise mempersembahkan produk terbaru yaitu itu inovasi ponsel terbaru yang lebih modern dengan fitur-fitur spektakuler. Hadirin sekalian kita sambut produk kebanggaan kita…,Shin Mobile!!!!”
Tepuk riuh terdengar menggelegar. Para paparazzi segera mengabadikan saat-saat ini. Tepukan itu akhirnya mereda saat orator kembali bicara.
“Baiklah dengan begitu kita sambut Icon untuk produk terbaru kita, grup legendaries Dong Bang Shin Ki!!!! (God rising from the east).” Teriakan kembali memekakkan telinga. Mereka berlima kembali naik ke podium. Erika dan Yurika bertepuk keras dan aku mengikuti mereka. Bunyi kamera terdengar dimana-mana dan semuanya terlihat begitu sibuk mengambil gambar mereka berlima. Setelah semuanya selesai pesta kembali berjalan biasa. Semua hadirin sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Tengah malam pesta akhirnya usai. Aku duduk di mobil dan Junsu duduk disampingku. Kami lagi-lagi tak bicara apa pun. Sampai mobil berhenti di depan rumahku dan aku mengajaknya bicara.
“Akan ku kembalikan gaun ini nanti.” Aku hampir tutun saat dia bicara.
“Kau simpan saja. Dan terimakasih untuk hari ini. Aku akan menelponmu besok. Selamat malam.” Aku mengangguk dan menutup pintu. Setelah mobil itu pergi aku masuk kedalam rumahku.
Lampu ruang keluarga masih menyala, apa Ibu belum tidur?
Aku masuk dan menutup pintu dibelakangku. Kulihat ibu tertidur di kursi berlengan disudut ruangan. Aku mendekatinya dan dia terbangun.
“Kau sudah pulang? Kemana saja kau? Dan kenapa ini?” ibu terlihat kaget saat melihat penampilanku. Aku hanya tersenyum.
“Besok Risa cerita. Sekarang Ibu tidur ya.”
Ibu mengangguk dan berjalan menuju kamarnya. Aku naik ke lantai dua. Kamarku gelap dan aku menyalakan lampunya. Ku ganti gaunku dengan piyama dan tertidur lelap malam ini.
Chapter 6
Kubuka mataku dan matahari menyilaukan mataku hingga aku spontan kembali menutup mataku. Hari ini aku gak mau berangkat ke kampus! Aku gak tau gimana ntar! Laura dan Sica bisa membunuhku karena kejadian semalam! Oh tuhan kenapa semuanya terjadi begitu cepat.
Ibu membukakan gorden kamarku dan menyuruhku segera mandi. Kubasahi wajahku dengan air hangat dan kurasakan kesejukan dan kedamaian mengalir melalui aliran darahku. Aku pasrah. Aku gak tau apa yang bakalan terjadi hari ini. Junsu pasti akan menelponku dan menyuruhku melakukan sesuatu hal gila lainnya. Sejauh ini kami terlihat sebagai sepasang kekasih di depan lainnya. Junsu berakting sangat bagus. Dia memperlakukan diriku selayaknya seorang wanita yang dicintainya. Aku tau ini cuma pura-pura karena itu aku terkesan. Aku berusaha mengimbanginya tapi tetap berusaha untuk terlihat natural dan gak berlebihan.
Setelah mandi dan sarapan aku berangkat ke kampus. Hari ini aku gak ada kelas. Tapi aku ingin bertemu Arya. Jujur saja aku sangat merindukannya. Aku berangkat sebelum Ibu meminta penjelasanku atas kepulanganku semalam.
Kulihat Arya berdiri di depan barisan anak-anak berumur tak lebih dari lima tahun. Anak-anak itu berbaris rapi dan Arya terlihat sedang mengatur posisi mereka. Aku mendekat dan kulihat dia terlihat begitu bersemangat pagi ini. Dia melihatku dan tersenyum simpul. Anak-anak yang juga sudah mengenalku menyapaku dan aku tersenyum melihat semuanya. Dia mengajakku bergabung tapi aku memilih duduk didekat mereka dan memandangnya dari jauh.
Hari ini dia terlihat sangat keren. Kemeja hitam pekat terlihat menyatu dengan kulit putihnya. Aku masih memandanginya tapi si kembar Sema dan Bema menertawakanku. Mereka berdua adalah anak yang paling dekat denganku. Mereka lucu. Sema terlihat manis dengan seragamnya dan Bema terlihat lucu karena menggunakan topi bundar berpita besar. Mereka berdua terus melihat kearahku dan Arya. Aku berusaha bersikap santai tapi mereka makin tertawa.
“Ms. Arisa!” teriak Sema keras-keras. Dia melambaikan tangannya dan aku membalas lambaiannya. Arya tersenyum lagi dan aku tau muka ku pasti sudah berubah merah.
Arya mendekatiku dan duduk disampingku. Anak-anak bermain permainan yang ada. Dan kami hanya mengawasi mereka sekarang. Arya tiba-tiba menatap lurus ke mata ku. Aku bingung tapi dia masih terus menatapku.
“Do you know, you are beautiful.” Kata-kata itu menghujam tepat di urat nadi jantungku. Rasanya aku mau teriak tapi aku berusaha bersikap rileks. Dia masih terus menatapku.
“Hey…, what are you doing?” tanyaku sedikit panik. Dia masih terus memandangiku. Aku melambaikan tanganku didepan wajahnya dan akhirnya dia tersenyum.
“No. I just seen you.”
Aku tersenyum dan dia mulai mengambil perhatian ke anak-anak yang terlihat asyik bermain ayunan dan bermain seluncur.
“Jadi gossip itu benar? Kau bersama penyanyi itu?”
Aku kaget. Gak nyangka kalo dia bakal ngebahas hal itu sekarang. Aku bingung mau bilang apa tapi lagi-lagi dia ketawa.
“Kau menyukainya?” tanyanya lagi. Aku makin gak bisa jawab.
“Kulihat kalian nampak cocok. Aku sudah baca berita pagi ini, kau sangat cantik di pesta itu. Cocok dengannya.” Kata-kata itu kembali menghujamku. Waduh bisa gawat kalo dia berpikir aku menyukai Junsu!
“Mr.Arya!” teriak Bema yang sekarang mendekat ke arah kami berdua.
“Ada apa?” kata Arya yang menghampirinya. Aku juga mendekat dan Bema mendorongku hingga jatuh tepat di atas Arya yang jatuh tertimpa tubuhku. Semuanya tertawa. Bahkan para wali murid tertawa. Aku meringis, dan Arya menatapku. Aku panik dan langsung berdiri. Arya membersihkan bajunya dari pasir-pasir yang tertempel dan aku berusaha tidak melihat matanya. Nyonya Jhonson mendekat. Dia membantuku membersihkan pakaianku.
“Maaf. Maafkan putra saya. Maaf.” Katanya dan Arya hanya tersenyum.
“Hore!!! Mr.Arya pacaran sama Ms. Arisa!” teriak Bema dan diikuti oleh teman-temannya. Semua tertawa lagi dan kulihat Arya tersenyum. Jantungku berdetak cepat dan mukaku merah. Nyonya Jhonson melihatku lagi dan dia terlihat teratrik.
“Nona, maaf tapi kau yang sedang di gosipkan berpacaran dengan penyanyi itu kan?” katanya tiba-tiba. Aku kaget jelas. Arya langsung diam dan ibu-ibu lain segera mendekat untuk melihatku.
“Iya. Itu kau! Aku membaca berita itu. Oh tuhan bagaimana bisa kau bersamanya???? Sungguh berungtung.” Kata-kata itu terlihat aneh bagiku. Ibu-ibu disini terlihat takjub dan senang melihatku.
Aku cuma bisa senyum dan gak tahu mau ngapain lagi sekarang. Ponselku bergetar aku mencoba mengangkatnya dan kulihat Junsu yang menelponku.
“Ada apa?”
“Apa yang sedang kau lakukan!” tanyanya ketus.
Aku kaget dan Arya ngeliat ekspresiku yang berubah. Aku sedikit menjauh darinya tapi Arya masih memandangiku.
“Ada apa?” ku ulangi kata-kataku dengan nada biasa.
“Kau, lihat dibelakangmu.” Katanya lagi.
Aku berbalik dan kulihat mobilnya terparkir tak jauh dariku. Junsu membuka kaca mobilnya dan aku bisa melihatnya sekarang.
“Pergi denganku sekarang!” matanya masih melihat kearahku. Aku berbalik melihat ke Arya dan Arya melihat Junsu dari jauh.
“Tunggu sebentar.” Kataku lalu kumatikan ponselku. Aku berjalan kembali ke Arya dan dia terlihat menunggu penjelasan dariku.
“Maaf. Aku harus pergi.” Kata-kataku terlihat dipaksakan. Arya diam.
“Kau akan pergi bersamanya?”
“Ya.., aku pergi dulu.” Aku melambai pada anak-anak dan mereka membalasnya. Para ibu-ibu melihat kearah mobil yang terparkir. Aku segera masuk ke mobil itu dan kulihat mereka berteriak-teriak memanggil nama Junsu dibelakangku.
“Kau tenar juga.” kataku dan dia mulai senyum-senyum lagi.
“Jangan ge-er! aku gak muji!” kataku ketus dan dia mulai manyun lagi.
Perjalanan ini terasa begitu cepat. Kami sekarang duduk di salah satu café mewah yang tak jauh dari pantai. Aku masih belum bicara. Kulihat dia sedang menunggu seseorang. Cukup lama kami duduk disana hinggga akhirnya kulihat Changmin dan Yurika mendekat. Aku berdiri dan memberi salam, Junsu tetep duduk dan menyapa Yurika. Aku sebel nih orang apa coba maksudnya????
“Hai.” Yurika menyapaku dengan riang. Aku cuma bisa senyum. Changmin terlihat keren hari ini. Dia memakai pakaian casual dan terlihat sangat cocok untuk tubuhnya yang relative tinggi. Aku masih mengagumi dua sejoli ini. Sampai Junsu memukul kepalaku cukup keras hingga akhirnya menyadarkanku dari lamunan yang sempat menggelayutiku.
“Kau kenapa?” tanyanya. Aku cuma meringis dan Yurika mendelik ke arah Junsu.
“Kenapa kau memukulnya?!” kata Yurika protes! Dia bener-bener baik. Aku cuma senyum sebagai balasan atas pembelaannya. Junsu cuma diem aja. Changmin mulai mengajaknya bicara. Aku gak ngerti mereka ngomongin apa???? Kayaknya masih seputar pekerjaan mereka.
Yurika memandangiku cukup lama dan aku bingung kenapa coba dia ngeliatin aku????
“Ternyata selera Junsu oppa masih gak berubah!” kata Yurika tiba-tiba. Junsu dan Changmin menoleh kearah kami berdua.
“Maksudmu?” tanyaku bingung.
“Ya…, Junsu oppa suka cewek manis dan enerjik. Sepertimu.” Kata-kata itu spontan membuat mukaku merah padam. Jujur aja aku malu. Ini pertama kalinya seseorang memujiku. Dan aku dipuji oleh gadis sesempurna Yurika???
“Kau cantik dan manis. Kurasa Junsu Oppa tidak salah memilihmu.” Kata-katanya membuatku ingin tertawa. Bagaimana reaksinya kalau suatu saat dia tahu perjanjian di antara kami.
Aku lagi-lagi diem, gak mau berfikir macam-macam dulu. Aku dan Yurika mendengarkan pembicaraan Changmin dan Junsu lagi. Yurika terlihat bosan dan juju raja aku ngerasain hal yang sama.
“Ngomong-ngomong, kita kesini untuk mendengarkan kalian rapat atau berkencan. Oh ayolah, aku bosan disini.” Yurika bergelayut manja pada lengan Changmin yang kuat. Kuliha ekspresi Junsu yang tiba-tiba berubah. Aku tau nih orang pasti kesel banget. Tapi ekspresinya masih datar dan aku gak bisa tau isi hatinya.
Setelah Junsu dan Changmin selesai mendiskusikan jadwal mereka, kami pergi meninggalkan café itu dan masuk ke mobil masing-masing. Kami sepakat untuk pergi ke Seoul Grand Park. Seoul Grand Park luas totalnya 916.269 hektar (termasuk di dalamnya Seoul Land, danau dan lain-lain). Kami mengunjungi Seoul Zoo dan National Museum of Contemporary Art sebagai bagian dari Seoul Grand Park. Seoul Zoo ini menempati ranking ke-10 dalam hal kebun binatang terbesar di dunia dan terakreditasi oleh ISIS (International Species Information System) dan IUDZG-WZO (World Zoo Organization). Ada 360 spesies dan 3400 jumlah hewan dalam Seoul Zoo ini.
Di Seoul Zoo aku dan Yurika berfoto-foto ria dengan para penghuni kebun binatang ini. Disini cukup sepi, karena ini bukan hari libur. Junsu dan Changmin terlihat cukup menyukai tempat ini. Aku senang disini. Selain membuat hubungan Yurika dan aku semakin dekat kami juga bisa melihat hewan-hewan yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Seperti flamingo, white rhinoceros, dan ada banyak lagi lainnya. Hewan-hewan disini terlihat sehat. Aku bener-bener seneng. Yurika memaksa Changmin untuk berfoto dengan salah satu penghuni kebun binatang dan aku meyuruh Junsu untuk berfoto dengan harimau dari Siberia. Jelas Junsu menolak tapi Yurika dan aku terus memaksanya. Dan alhasil kami berhasil membuat Junsu berdiri di depan kandang si Harimau. Pengalaman yang menyenangkan. Semua begitu menikmati suasana ini dan aku udah mulai enjoy dengan status baruku. Dan kuharap ini akan terus berlanjut.
Chapter 7
Hari ini Junsu tiba-tiba datang dan mengagetkanku. Aku sedang asyik bermain dengan Arya dan siswa-siswa lainnya di sekolah. Kehadiran Junsu bukan hanya mengagetkanku tapi juga mengagetkan semua orang yang ada disana. Terutama ibu-ibu yang asyik bergosip ria di taman.
“Kau sedang apa!” teriaknya padaku. Aku kaget jelas. Tapi aku berusaha tidak memperdulikannya dan terus bermain bersama anak-anak. Arya terlihat canggung tapi aku berusaha meyakinkannya untuk tidak perlu memperdulikan kehadiran sang tamu yang tak di undang.
“Kau sedang apa disini! Aku menelponmu sampai 15 kali dan kau tidak menerimanya!” aku sadar aku melupakan posel yang ku silent. Aku membuka tasku dan melihat ada 15 kali panggilan tak terjawab dan semuanya dari Junsu.
“Maaf aku lupa mengaktifkan suaranya. Apa maumu?” kataku malas.
“Ikut denganku sekarang! Aku butuh kau! Sebentar lagi Yurika akan mengamuk kalau kita tidak datang ke ulangtahunnya.”
“Pesta lagi?” kataku kaget.
“Tidak. Dia hanya mengundang kita untuk makan bersama. Semua sudah berkumpul dan kau sedang asyik bermain dengan mereka! Kau ingat kan kata-kataku!” Junsu terlihat sangat marah. Aku berusaha tenang dan tidak emosi untuk membalas semua kata-katanya nih orang kenapa sih! Dari tadi kerjaannya marah-marah mulu!
“Arya, aku harus pergi.” Kataku sambil melepaskan pegangan tangan anak-anak yang bergerombol mendekatiku.
Arya menhanku. Tepat saat Junsu menarik tanganku. Arya menarik tangaku yang satunya dan sekarang tanganku terasa berdenyut saat mereka berdua menariknya dengan keras. “Apa maumu?” Tanya Arya tiba-tiba. Junsu terlihat marah tapi tetap menatapku tajam. Aku tau ini salah. Aku tau ini salahku. Harusnya aku datang saat dia memanggilku.
“Dia tak harus pergi kalau dia tak mau.” Kata-kata Arya membuatku terpesona. Aku tau sekarang dia sedang melindungiku. Dan jujur saja aku senang bahkan sangat!
“Arisa…,” kata Junsu tiba-tiba. Pandanganku teralih dari Arya kearahnya. “Apa temanmu ini tidak tau kalau kau milikku.” Waduh! Nih orang kok bisa-bisanya ngomong begitu di depan Arya. Bisa mati berdiri nih!
“Apa kau pikir aku tidak tau permainan yang kalian lakukan. Dia bukan milikmu! Dan tidak akan jadi milik mu! Kau ingat itu!”
Junsu kaget saat dia sadar kalau Arya tau hubungan kami yang sebenernya. Sebenernya bukan cuma dia, aku juga kaget banget. How can?
“Bagaimana kau tahu? Apa dia memberitahu mu?” kata Junsu makin galak. Aku meringis saat pegangan Junsu makin kuat di lengan kananku yang memerah. “Apa kau yang memberitahunya?”
Aku menggeleng-geleng bego. Aku jelas gak tau!
“Jangan salahkan dia. Kau pikir semua orang bisa kau tipu. Aku bisa liat kalau kau hanya memanfaatkan Arisa.”
Aku dan Junsu menatap Arya bersamaan. Semua ini membuatku bingung. Aku tau sudah waktunya ini diakhiri. Aku berusaha melepaskan cengkraman Arya pada tangan kiriku.
“Sudahlah, aku harus ikut dia. Aku akan baik-baik saja. Ok!” kataku meyakinkan Arya yang sedikit cemas.
“Kau yakin?” aku hanya tersenyum dan Junsu menarikku masuk ke mobilnya.
“Kau mau mematahkan tanganku!!” teriakku padanya.
“Sudahlah. Aku akan melupakan semua kejadian hari ini. Kau ingat lain kali kau harus menerima panggilanku! Yurika pasti akan memarahiku karena kau!”
Aku diam lagi dan sedikit memutar-mutar pergelangan tanganku yang nyut-nyutan. Dia bener-bener dah udah mau patah nih! Sakit lagi!
Ternyata benar, anak-anak lain sedang menunggu kami. Kulihat tak ada Erika disana dan kulihar Hero oppa terlihat kesal.
“Ada apa?” kataku saat Yurika terlihat tak bersemangat seperti biasanya. “Erika tak bisa datang. Dia masih di Amerika. Sedang kuliah. Dan Jaejoong oppa terlihat jengkel.” Yurika menunjuknya dan dia mulai berkilah lagi. “Siapa yang jengkel. Aku hanya…”
“Memangnya mereka sudah berhubungan?” tanyaku pada Yurika.
“Tidak, mereka tidak berkembang. Erika sibuk kuliah disana dan Jaejoong oppa sibuk disini. Sekarang mereka hanya berteman tapi kami tau mereka saling suka.”
Junsu tiba-tiba menarik tanganku yang merah.
“Sudah tidak apa-apa?” aku kaget, kok nih orang tiba-tiba sok peduli.
“Tanganmu kenapa?” Tanya Changmin oppa yang kaget melihat tanganku yang semerah apel!
“Tidak…, hanya..” aku menatap Junsu yang sedang mengolesi obat pada tanganku yang sedikit lebam.
“Sudahlah.., aku tidak apa-apa.”
Semua mulai tenang dan berangsur melupakan lukaku. Kecuali Junsu yang kulihat matanya terus tertuju pada lenganku. Aku tau dia merasa bersalah, dan itu memang harus!
Acara makan-makan itu tidak lama tapi cukup menyenangkan. Semua makan dengan senang sambil sedikit bercerita tentang aktifitas mereka.
Tiba-tiba aku ingin pulang. Lebih tepatnya aku ingin ke sekolah dan menjelaskan semuanya pada Arya dan aku tak tau harus bilang apa pada yang lainnya.
“Kau kenapa diam saja?” kata junsu tiba-tiba.
“Boleh aku pulang?” yang lain langsung memberi perhatian padaku. “Kau kenapa? Apa masih sakit?” junsu melihat tanganklu yang sedikit membaik.
“Tidak…., aku hanya lelah dan ingin pulang.”
“Aku akan mengantarmu.” Kata Junsu yang sudah berdiri.
“Aku bisa pulang sendiri.” Aku mengambil mantel yang ku kaitkan di kursiku. Yang lain hanya menoleh kearahku sampai aku menghilang.
Aku berlari dari restaurant ini dan mencari taksi.

Chapter 8
Kulihat Arya duduk di danau sekolah. Dia terus menatap genangan air yang tenang di hadapannya. Aku mendekat dan duduk disampingnya.
“Kau ok?” katanya. Aku diam dan tertawa.
“Aku baik-baik saja. Kau kenapa?”
Arya menatapku tajam dan jantungku lagi-lagi gak bias ditawar.
“Apa dia selalu begitu?”
“Maksudmu?”
“Apa dia selalu bersikap seenaknya padamu?” kata-kata Arya membuatku tertawa.
“Tentu saja tidak. Dia baik, bahkan sangat baik padaku. Hanya aku juga gak ngerti kenapa hari ini dia berubah. Terlihat sangat aneh. Tapi di Pesta dia terlihat sangat baik.”
“Kenapa kau mau bersamanya…, maksudku kenapa kau mau memainkan permainan ini?”
Aku diam dan teringat akan semua kontrak ku dan Junsu.
“Dia menolongku, dan aku hanya balik menolongnya. Hanya itu.”
Arya sedikit tak percaya. Tapi dia mulai tersenyum. “Kalau dia begitu lagi padamu, katakan padaku. Dia harus diberi pelajaran.”
Aku tertawa keras-keras, tak menyangka Arya memperhatikanku. Tiba-tiba hujan turun dan sudah waktunya aku pulang.
“Aku harus pulang.”
“Akan ku antar.”
“Tidak. Aku bisa pulang sendiri. Bye.” Aku berlari meninggalkannya di tepi danau dan berlari menuju jalanan. Sedikit berlari-lari kecil dibawah rintikan air hujan. Aku senang hari ini banyak yang terjadi. Aku berlari sambil terus tersenyum sampai mobil hitam itu hampir menabrakku.
TRIIIT!!!!
Kulihat mobil itu berhenti tepat di depanku dan aku tau itu mobilnya.
Dia keluar sambil membawa payung untukku.
“Apa kau gila! Ayo masuk!” teriaknya. Aku menurutinya. Walau dalam keadaan basah aku tetap masuk dalam mobil mewah itu.
“Sudah kutebak kau akan kesana.” Aku hanya diam. Tapi sambil tersenyum.
“Kau ikut ke apartemenku.” Katanya. Mobil menjejak dan akhirnya kami tiba di apartemennya.
“Cepat mandi! Dan ambil baju di kamar itu! Kalau kau sakit aku yang susah!” katanya dan aku menurut. Selagi aku mandi dia membuatkan segelas coklat panas untukku. Aku senang sikap baiknya kembali lagi.
Semakin hari semakin aku bisa beradabtasi dengan lingkungannya. Selain mengenal sang menejer aku juga mulai mengenal banyak artis lain yang berada di agency yang sama dengannya. Dan ibu yang terkaget-kaget akan berita-berita di Koran atau pun televisi akhirnya bisa mengerti saat aku menjelaskan semuanya. Aku senang situasi ini. Selain tidak ada lagi penagih hutang yang datang mengganggu kehidupan kami, aku juga bisa serius belajar tanpa harus kerja part time. Semua berkat Junsu. Dia juga sedikit lebih baik sekarang. Kami seperti teman, dan dia tidak akan malu untuk mengkritikku lagi. Dan aku juga begitu. Tidak terasa sebulan berlalu dengan cepat, itu berarti kontrakku dengannya hanya tinggal 2 bulan lagi. Aku dan Arya juga semakin dekat. Tanpa kusadari ternyata Arya tahu kalau aku gak bener-bener pacaran dengan Junsu. Sejak saat itu kami semakin dekat. Dan sekarang aku semakin mencintai Arya. Hari-hari yang tidak kuhabiskan untuk Junsu selalu kuhabiskan dengannya. Mulai dari di sekolah, dan di danau kampus. Aku bahagia tiap kali melihatnya. Dan besok adalah hari ulang tahun Arya ke 25 tahun. Aku ingin memberikan sesuatu untuknya. Tapi aku harus bicara dengan Junsu sebelumnya.
Disini saat Junsu asyik bermain game dan aku duduk disampingnya. Aku masih berpikir, kalau terus begini aku akan kehilangan kesempatan untuk menyatakan cinta pada Arya. Junsu sama sekali gak perduli dengan kerisauanku. Dia masih bener-bener asyik bermain game sekarang.
“Oppa…,” kata-kataku tertahan lagi.
“Kenapa?” katanya jutek.
“Bisa tidak kau berhenti memainkan itu!” aku menunjuk playstationnya. Junsu berpaling dari gamenya ke arahku.
“Ok. Apa?” katanya sedikit terganggu.
“Kau tau kan kalo Arya tau tentang hubungan kita?? Mm… jadi..”
“Jadi kenapa?”
“Aku ingin menyatakan cinta padanya besok. Besok hari ulangtahunnya. Dan aku ingin mengatakan tentang perasaanku padanya.”
Junsu kaget, tapi dia kembali melihat gamenya. “Kau ingat perjanjian kita?”
“Aku tau, tapi ini beda. Dia tahu kalau kita hanya berteman, dan dia juga menjaga rahasia kita dari orang-orang. Jadi…, kumohon izinkan aku..”
“Huh. Kau tau ini bener-bener berat. Kalau sampai paparazzi tau bagaimana aku bisa menjelaskannya?!”
“Kumohon…,”
Junsu menarik nafas panjang dan terlihat berfikir. Aku tau ini sangat beresiko tapi aku gak bisa begini terus.
“Apa kau yakin dia akan menerimamu? Kalau kulihat dia tidak terlihat menyukaimu.” Kata-kata itu membuatku spontan memukulnya.
“Tentu saja dia menyukaiku!” Junsu terlihat meringis saat aku memukul kepalanya. Habis! Bisa-bisanya dia bilang soal itu!
“Ok! Asal kau masih menuruti isi perjanjian kita yang lain. Aku akan mengantarmu besok pagi. Sekarang pergilah dari sini! Aku bosan melihatmu!” sekarang untuk pertama kalinya Junsu melemparku dengan bantal tangan yang dari tadi dipeluknya.
Aku pergi dengan hati lega. Aku harus segera pulang dan membuat kue yang enak untuknya. Jadi gak sabar nih. Besok aku harus bertemu Arya dan mengatakan perasaanku padanya.
Malam ini aku membuat kue coklat dengan sepenuh hati. Kubuat kue itu sesuai dengan petunjuk dari Jaejoong oppa. Aku yakin kuenya pasti enak. Resep ini ditulis Jaejoong oppa secara khusus, aku memohon padanya sampai akhirnya dia mau membagikan ilmunya padaku.
Dalam waktu satu jam kue itu sudah matang dan aku menghiasnya dengan kepingan coklat dan parutan keju. Serta kuletakkan banyak ceri diatasnya. Terlihat cantik. Dan aku cukup puas dengan hasilnya.
Chapter 9
Pagi ini terlihat sedikit mendung. Kuharap tidak akan hujan. Aku membawa kue itu dan masuk ke mobil milik Junsu yang terpakir di depan rumahku. Mobil melaju dengan cepat dan aku semakin deg-degan. Aku takut, ada sesuatu menggangguku. Junsu terlihat santai. Dia menyalakan lagu milik mereka sendiri dari audio di mobilnya. Tapi lagu-lagu itu malah ngebuat aku makin gak karuan.
Akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan sekolah. Kulihat Arya sedang duduk di kantornya. Aku berjalan mendekat dan Junsu mengikutiku dari belakang. Ada yang aneh, kulihat Arya sedang bertengkar dengan seseorang. Dan aku tak bisa melihat orang itu karena dia tersembunyi di balik tirai. Junsu melihat kearahku. Dan aku makin khawatir. Entahlah, perasaanku semakin gak karuan.
“Kau yakin ingin menyatakan perasaanmu sekarang? Kulihat situasinya sedang kurang pas.” Junsu benar tapi aku harus masuk. Kudengar bunyi guruh menandakan hujan akan turun. Dan kulihat langit semakin gelap. Lagi-lagi terdengar teriakan wanita dari dalam kantornya. Aku semakin takut. Aku harus masuk!
Tepat saat aku akan melangkahkan kakiku kulihat Arya mencium wanita itu. Walaupun sekarang terlihat tidak begitu jelas, tapi aku bisa melihatnya. Junsu kaget dan kue yang kupegang terjatuh. Hujan tiba-tiba mengguyurku. Aku tak percaya dengan semua yang kulihat. Ini…., ini…, apa maksudnya??? Kenapa???? Junsu terlihat ingin memelukku saat aku hampir jatuh. Air mataku tiba-tiba mengalir. Ada rasa sakit yang luar biasa di hatiku. Aku gak kuat. Junsu memelukku, dan berusaha menenangkanku. Tapi aku….,
Aku berlari meninggalkan Junsu dibelakangku. Aku berlari sekuat yang kubisa. Hujan terus mengguyurku. Dan kakiku membawaku ke danau sekolah. Dan aku menangis disana. Kudengar langkah kaki Junsu mendekat. Tapi aku gak perduli.
“Kenapa??!!! Kenapa aku begitu sial!!! Kenapa dia???!!! Aku mencintainya!!!” teriakanku bergema. Ingatan akan masa-masa yang kuhabiskan di danau ini bersama Arya terus mengejarku. Senyum itu, senyum yang selalu ada untukku ternyata bukan milikku. Apa yang terjadi benar-benar membunuhku. Aku bener-bener udah gak tau lagi mau bilang apa. Semuanya berhimpitan masuk ke otakku dan ini membuatku gila. Aku..., aku cinta dia......
Junsu terlihat begitu ingin menghiburku. Walaupun dia hanya berdiri disampingku. Aku tahu karena makin lama dia makin mendekat. Dia memelukku dan tiba-tiba menciumku. Aku tau ini cuma untuk menghiburku tapi aku senang. Hujan makin deras tapi makin lama aku semakin hangat semuanya seperti luntur dibalut oleh tiap tetes air hujan yang mengguyurku. aku berharap ini semua cuma mimpi. semoga ini benar-benar cuma mimpi. aku takut. bener-bener gak mau percaya kalo aku melihatnya bersama...., sudahlah bukankah ini sudah jelas! kau bodoh kalau kau masih terus mengharapkannya! kau ingat! kau masih punya janji pada Junsu untuk membantunya!
Chapter 10
esoknya semua berjalan seperti biasa. Junsu menjemputku dirumah. semalaman dia menemaniku di danau hingga kulihat pagi ini dia pucat. kurasa dia sakit karena terus menemaniku disana.
"Oppa.., kau baik-baik saja?" tanyaku kaku. kalau diingat-ingat kejadian semalem sangat memalukan. aku dan dia..., oh tuhan tidak! Junsu hanya menghiburku! tidak mungkin lebih dari itu! ayo Arisa sadarlah!
Junsu memperhatikanku lagi dan aku melempar pandangan keluar. aku gak mau dia berfikir macam-macam tentangku. Aku takut dia merasa bersalah atau apa pun itu. Sekarang aku harus ngelupain Arya. Yah…, itulah yang terpenting sekarang. Aku harus lupain dia.
Junsu terus melihatku dan aku bener-bener risih sekarang. “ Oppa please. Jangan liat aku terus? Aku gak kenapa-kenapa jadi cukup melihatku seperti itu! Aku gak suka!”
Dia diam lalu mengalihkan pandangannya padaku. Mobil terus melintasi jalan-jalan yang kini cukup padat. Aku masih diam, berusaha mengartikan perasaan yang kini tiba-tiba menggelayutiku. Aku teringat saat Junsu menciumku semalam. Aku tahu itu hanya untuk menenangkanku. Yah.., aku tau itu tapi aku senang. Entah kenapa tiap kali kuingat hal itu jantungku berdebar gak karuan. Aku takut perasaan ini muncul. Perasaan yang harusnya tidak ada.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah yang aku gak tau ini rumah siapa. Ukurannya berkali-kali lipat dari rumahku. Dan semua sudut di kelilingi para penjaga dengan jas hitam-hitam mereka.
Aku masuk dan Junsu berdiri disampingku. Kami berjalan melewati lorong-lorong dan kulihat para penjaga selalu memberi salam padaku dan Junsu. Sangat ramah, mereka sama sekali tidak sesuai dengan penampilan mereka sekarang.
Akhirnya kami berhenti di depan sebuah pintu mewah yang terbuka. Junsu yang masuk terlebih dahulu lalu aku mengikutinya. Aku terkejut saat kulihat Yurika sedang asyik mengobrol dengan Erika, Hero, Yoochun, dan Yunho.
“Hai,” sapa ku. Mereka menyuruhku duduk. Dan aku duduk disamping junsu.
“Mana Changmin oppa?” tanyaku melihat sepertinya ada yang kurang.
“Dia sedang memesan kue ke dapur. Kau tau kan dia selalu lapar jam segini.” Yurika tertawa dan yang lain ikut tertawa. Aku merasa sedikit canggung.
“Kau kenapa?” Tanya Yurika yang tiba-tiba ambil perhatian padaku. “Matamu bengkak? Apa yang terjadi? Kau pasti menangis semalaman. Apa Junsu oppa melakukan sesuatu padamu?” dia bertanya sambil melempar pandangan menuduh pada Junsu. Aku diam dan cuma menggelengkan kepala. Sedikit pusing itulah yang kurasakan sekarang. Bagaimana tidak, aku menangis semalaman dan hanya tidur beberapa jam saja. Semua kejadian itu terus membangunkanku bagaikan mimpi buruk.

Pertemuan dengan semua teman-teman junsu hari ini terasa cepat. Aku tau Junsu sengaja mempercepat semuanya agar aku bisa pulang dan tidur. Sepulangnya junsu menemaniku ke danau untuk rileks. Aku duduk dalam diam, dan kulihat Junsu hanya melempar-lempar batu ke danau yang terbentang di depan kami. Tanpa bicara, tanpa kata-kata. Aku tau dia menghawatirkanku tapi aku tak mau terlihat begitu menyedihkan di depannya. Lagi pula ada yang kini sedang kupikirkan…..
Aku.., sejak semalam terus teringat kejadian itu. Saat Junsu menciumku. Aku tau itu hanya untuk menghiburku tapi…, jantungku tak bisa berhenti sejak saat itu. Jantungku terus berdetak jauh lebih cepat dari pada biasanya tiap kali Junsu menatapku. Aku tau ini gila dan ini salah! Mana mungkin aku jatuh cinta padanya. Lagi pula aku baru saja disakiti oleh Arya. Apa ini hanya pelampiasan atau pelarian perasaanku? Tidak…, ini tidak. Aku merasakan hal lain disini. Dengan Arya aku merasa aman, tapi disamping Junsu aku merasakan gejolak yang jauh berbeda dari kata ketenangan. Entah mungkin aku sudah gila. Tapi kurasa ada yang berubah dari perasaanku padanya.
Tapi apa iya???????????
Pertanyaan itu terus berulang dalam benakku, hingga kusadari jam sudah menunjukan pukul empat sore. Sudah waktunya aku pulang. Junsu membantuku berdiri. Kakiku keram karena sudah duduk berjam-jam disini. Dia memapahku dan kami berjalan menjauhi danau. Pelan-pelan dia memapahku dan kurasakan jantungku hampir berhenti saat kutatap lekat-lekat wajahnya. Dia…, tampan. Bahkan sangat tampan! Oh tuhan kemana saja aku selama ini!!!!!!!!!!
Tiba-tiba orang yang paling tidak ingin kulihat mendekati kami berdua sambil berlari. Arya berlari sambil membawa mantel ditangannya. Aku memegang erat lengan Junsu dan Junsu tau apa yang harus dilakukannya.
“Mau apa kau?” Tanya Junsu galak.
“Bukan urusanmu! Arisa, kau kemana saja. Aku mencarimu di kampus tapi mereka bilang kau bolos kelas hari ini. Ada apa denganmu? Tak biasanya kau…” kata-katanya terhenti saat melihat mataku yang sudah hitam dan bengkak. “Kau baik-baik saja?” sambungnya.
“Lupakan Arya. Jangan sok memperdulikanku. Tolong, aku ingin pulang.” Junsu menatapnya galak, dan Arya tertegun mendengar perkataanku. Aku masuk ke dalam mobilnya dan Junsu membawaku pulang.

Chapter 11
Matahari yang hari ini cukup bersahabat menyinari mataku, dan dengan enggan aku bangun dari tidur nyenyakku. Hari ini aku bangun dengan semangat. Dan bahkan aku sendiri kaget kalau aku bisa sesemangat ini untuk bertemu Junsu. Ada apa denganku! Aku bingung tapi aku senang. Ini hal yang sulit untuk kujelaskan. Tapi aku benar-benar ingin bersamanya hari ini.
Setelah menyiapkan sarapan untuk ibu dan kedua adikku aku pergi ke kampus untuk masuk kelas pagi ini. Junsu tidak menelponku. “Mungkin dia sibuk,” kataku pada hatiku. Atau jangan-jangan dia tidak membutuhkanku??? Kurasa jawaban kedua yang benar. Dia tidak membutuhkanku hari ini.
Kelas pagi ini terasa biasa-biasa saja. Sebentar-sebentar aku melihat ke ponselku, apa Junsu menghubungiku.., ternyata tidak. Tak ada satupun panggilan masuk. Jam makan siang terasa begitu cepat. Aku berjalan menuju kantin dan kulihat Arya mengejarku. Aku ingin lari tapi percuma. Sama sekali gak ada gunanya kalo aku lari dari dia. Lagipula kenapa aku harus lari, toh aku sudah baik-baik saja.
“Arisa..” panggilnya.
Aku tersenyum simpul tapi tiba-tiba dia memelukku. “Kau baik? Aku khawatir? Apa yang terjadi? Kenapa kau marah padaku?”
Setelah melepaskan pelukannya aku tersenyum lagi tapi entah kenapa pandanganku atas Arya kini berubah. Dia bagaikan seseorang yang bisa dibilang oppaku. Kurasa perasaan cintaku luntur seiring air hujan yang saat itu mengguyurku dan cinta itu telah digantikan olehnya…, ya… aku jatuh cinta padanya! Aku jatuh cinta pada Junsu tepat saat pertama kalinya dia menciumku.
Arya kaget melihat ekspresiku yang tiba-tiba berubah. Dengan sigap aku berlari darinya menuju lorong-lorong kampus. “Hei! Kau mau kemana?” teriak Arya dari kejauhan.
“Ada yang harus kulakukan! Kau jangan khawatir! Aku baik-baik saja! Sampai nanti!” teriakku sambil melambai padanya. Lariku kini semakin cepat dan kini aku melewati gerbang kampus yang kini ramai.
Aku memanggil taksi yang kini melintas, naik ke dalamnya dan segera meluncur ke apartemen mewah milik Junsu. Entah apa yang sedang kupikirkan hanya saja aku ingin bertemu dengannya dan memastikan perasaanku. Mobil ini cukup cepat hingga dalam waktu sepuluh menit aku sudah berlari masuk ke apartemennya yang ada dilantai tujuh. Aku berlari menuju lift, masuk dan menekan angka tujuh. Lift ini bergerak cepat menuju lantai tujuh. Setelah pintu terbuka aku keluar dan berlari dan tepat saat kulihat pintu apartemennya terbuka kulihat Junsu sedang bersama………, YURIKA!???!!
Oh tidak! Yurika sedang menangis dan Junsu terus memeluknya. Apa ini? Bukankah Yurika sangat mencintai Changmin oppa… tapi???? Kenapa ini??? Aku berjalan mendekat. Kudengar isakan tangis Yurika semakin dalam dan Junsu melihatku. Dia kaget dan Yurika akhirnya sadar akan kehadiranku. Aku berusaha bersikap biasa walau kutahu wajahku sudah merah padam. Jantungku terasa berhenti berdetak tapi aku harus berusaha bersikap biasa!
“Ada apa ini?” tanyaku berusaha tenang.
“A.. Arisa.., maaf tapi ini tidak seperti yang kau…”
“Tidak seperti apa? Hahaha… apa kau pikir aku berpikir kalau kalian menyembunyikan sesuatu dariku??? Tidak.., kau tenang saja. Kurasa aku datang di waktu yang salah.” Kataku kagok. Yurika berusaha menjelaskan tapi aku tidak mendengarkannya. Aku terus menatap mata junsu dan aku tak mengerti apa arti tatapannya.
“Sebaiknya aku pergi. Aku lupa membeli sesuatu…, aku akan kembali lagi nanti. Permisi.” Aku berlari meninggalkan mereka dan air mataku makin tak bisa dibendung. Aku tau Junsu tak akan mungkin mengejarku. Oh tuhan betapa bodohnya aku! Harusnya aku tau isi perjanjian diantara kami! Lagi pula Yurika lah orang yang terus di cintai junsu. Aku…, aku hanya orang yang dibayar olehnya!
Aku berlari keluar dari gedung apartemen itu dan memasuki taman kota. Disini cukup sepi. Aku tak bisa menghentikan tangisanku lagi. Dan tanpa sadar aku terjatuh di lingkarang pasir tempat anak-anak kecil membuat rumah pasir. Aku menangis disana dan kurasakan hatiku jauh lebih sakit dari waktu itu. Aku…, terluka lagi…
Aku menangis tanpa perduli tanggapan orang lain yang melihatku.., aku, aku hanya ingin menangis. Hanya itu…, aku gak tau mesti bilang apa lagi, rasa kehilangan itu begitu besar. Dan kejadian ini benar-benar menyadarkanku bahwa aku hanya orang yang dibayar olehnya dan bukan siapa-siapanya.
Tiap kali kenyataan itu kusadari tiap kali juga aku ingin berteriak dan marah pada diriku. Kenapa aku bodoh! Aku bodoh! Seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang. Dia membuatku tenang. Ada sedikit ketenangan yang diberikannya padaku. Aku tak tau siapa dia tapi aku…, aku berbalik kearahnya, berusaha melihat sosok yang membuatku sedikit lebih tenang. Dan…, “kau?”
“Kenapa kau menangis disini?” Tanya Arya membantuku berdiri. Aku diam dan sama sekali tak percaya dengan yang ku lihat. Dia?? Kenapa dia lagi?!
“Apa dia yang membuatmu begini?”
Aku tak berani menatap matanya tapi aku berusaha berbohong. “Tidak.., aku baik-baik saja. Apa kau bisa mengantarku pulang?”
Arya mengangguk dan membawaku pergi dari taman. Kami menaiki bus yang berhenti di halte yang tak jauh dari taman. Bus ini ramai. Aku duduk disudut bersama Arya terus menatapku. Aku tau dia khawatir tapi kumohon tolong jangan membuat hatiku makin bingung. Kini aku sadar kalau aku benar-benar jatuh cinta pada Junsu. Yah.., aku tau aku sudah melanggar perjanjian itu tapi… aku mencintainya!
Bus itu berhenti di halte yang tak jauh dari rumahku. Arya terus menemaniku berjalan di bawah penerangan lampu jalan yang kini menyala, menandakan malam telah datang menyambutku. Arya terus mendesakku untuk bicara sampai tiba di depan rumahku aku berusaha meyakinkannya. “Aku baik. Dan tentang masalah ini, ini murni masalah pribadiku. Tolong tenanglah, aku akan baik ok!” kataku. Arya hanya diam lalu pergi. Aku masuk kerumah dan kulihat ibu sedang menonton tv di ruang keluarga. “Kau sudah pulang?” katanya.
“Aku pulang bu, oh ya aku mau tidur, tolong bilang pada Joon untuk mematikan stereo dikamarnya malam ini.”
Aku menaiki tangga rumahku dan tiba dikamarku. Menutup pintu dibelakangku dan tertidur seketika.

Chapter 12
“Kau sebaiknya tidak datang ke apartemenku kalau aku tidak menyuruhmu untuk datang, mengerti?” kata junsu tiba-tiba. Aku diam dan gak tau mesti bilang apa. Junsu terlihat marah tapi dia…, dia berusaha memaafkan kejadian kemarin. “Kau tau Yurika berfikir kalau kau cemburu melihat kami..”
“Kalau iya kenapa?” kataku tiba-tiba. Junsu menatapku tajam dan tertawa. “Jangan gila! Sudahlah, kita akan berkuda sore ini. Yurika mengajak kita semua ke vilanya. Kurasa kita akan menginap. Jadi kau bilanglah pada ibumu.” Dia meminum air mineral yang dari tadi dituangnya dan pergi meninggalkanku. Aku masih berdiri di tengah-tengah dapurnya. Vila? Apa aku akan pergi bersama mereka ke Vila???
Aku berusaha menyadarkan diriku yang kini masih terpaku di tempatku berdiri. Aku mengambil ponselku dan menelpon ke rumah, “Yeoboseyo, eomma? Ini Arisa, aku akan menginap di Villa temanku malam ini. Jadi eomma tidak usah menungguku untuk makan malam.” Terdengar suara eomma diseberang sana dan aku menutup telponku.
Sorenya….,
Kami sudah duduk di mobil yang akan membawa kami menuju salah satu Villa milik keluarga Yurika yang ada di Busan. Aku duduk di mobil yang sama dengan Hero, Junsu, dan Yunho. Sedangkan Max, Yurika, dan Yoochun duduk di mobil satunya. Kami berangkat dengan senang dan aku sedikit melupakan kejadian kemarin. Kurasa ada yang terjadi hingga Yurika bersikap seperti itu. Sudahlah, lagi pula aku tak mungkin bersamanya.
Di perjalanan yang cukup makan waktu beberapa jam aku hanya duduk sambil melihat pemandangan yang terbentang. Junsu sering mengeluarkan lelucon-lelucon bersama Hero oppa dan Yunho sering marah karena lelucon mereka terdengar sangat garing.
Akhirnya kami tiba di Busan. Ini kota wisata yang cukup besar. kami tiba di Villa milik Yurika hampir tengah malam. Semua langsung ke kamar masing-masing dan aku bersama Yurika masuk ke kamar kami berdua.
Sedikit canggung tapi Yurika berusaha bersikap biasa.
“Maaf soal kemarin, aku..” kata Yurika
“Sudahlah. Aku baik-baik saja. Lagi pula apa yang harus di salahkan?” kataku berbohong. Yurika tersenyum dan duduk di kasur bersamaku. Kami berbaring dan menatap langit-langit ruangan. “Apa kau pernah berpikir kalau Junsu oppa menyanyangimu?” kata-kataku keluar begitu saja hingga tanpa sadar aku mengatakannya.
“Yah…, aku tau itu.” Jawaban Yurika membuatku mati rasa. “Dia menyayangiku bagaikan seorang oppa bagiku. Dia menjagaku sejak aku bertemu dengannya. Kau tau ini sulit tapi Junsu lah yang akhirnya membuatku bersatu dengan Max.”
“Oh ya?” kataku tak percaya. Bagaimana mungkin Junsu yang melepaskan sendiri cintanya.
“Aku senang kau bersamanya…, aku tau kau bisa membuatnya bahagia.” Kata Yurika yang membuatku ingin menangis. Tidak, Yurika, kau salah. Hanya kau yang dicintainya. Hanya kau yang bisa membuatnya bahagia, bukan aku.

Chapter 13
Pagi ini saatnya kami berkuda. Aku dan yang lainnya sudah siap dengan pakain berkuda yang dibeli oleh Yunho oppa. Aku dan Yurika memakai bot dan beberapa peralatan lai sedangkan anak laki-laki sama sekali tidak memakai apapun. Aku yang tidak pernah naik kuda sama sekali tidak berani naik tapi Junsu membantuku untuk naik dan menuntunku. Anak-anak lain telihat mahir, apalagi Yurika dan Changmin oppa yang sudah jauh di depan kami. Junsu terus disampingku sampai aku bosan.
“Sudahlah. Aku malas.” Kataku. Aku turun dibantu oleh sang pemilik kuda. Junsu diam saja dan memilih mengejar yang lainnya. Aku duduk diam di bawah pepohonan yang rindang. Tempat ini cukup indah. Padang rumput yang luas dan hijau membuat perasaan jadi lebih nyaman. Aku meminum air mineral yang kubawa dan terus menikmati pemandangan disini. Sampai mereka semua kembali dan terlihat sangat senang. “Kenapa kau tidak ikut dengan kami?” Tanya Yurika yang telah membuka helmnya. Aku hanya menggeleng dan ku dengar Hero dan Yoochun oppa berteriak, “Wow!!!!!!!! Sudah lama tidak berkuda!”
Yunho oppa tertawa melihat yang lainnya sudah berkeringat. Kami semua capek, itu sudah jelas. Yurika duduk disampingku dan meminum air yang kubawa. “Aku dulu jatuh dari kuda tapi Junsu oppa menangkapku. Sejak saat itu aku terus berlatih.” Katanya. Aku hanya tertawa hambar dan rasa sakit tiap kali ia mengatakan hal-hal tentang Junsu muncul lagi. “Pantas kau hebat.”
YUrika tertawa dan kudengar ponselnya berbunyi. YUrika mengambilnya dari kantong pants nya, “Erika…” katanya sebelum menerima panggilan itu. Hero oppa tiba-tiba bersemangat dan yang lain tertawa.
“Hallo, Erika kemana saja kau! Aku menelponmu kemarin. Kami sedang di Busan. Kami baru saja berkuda. Oh ya, kau mau bicara dengan Jaejoong oppa?” kata Yurika cepat. Tiba-tiba ekspresi Yurika berubah menegang. Aku tak tau apa yang terjadi tapi aku yakin ada hal buruk yang terjadi. Yurika menutup telponnya dan terlihat panik.
“Jaejoong oppa, Erika akan bertunangan malam ini di Amerika.” Kata-katanya membuat bukan hanya Hero oppa yang terkejut tapi semua orang. Yurika hampir menangis dan dia mendekati Jaejoong oppa. “Kau harus mencegahnya. Kumohon oppa, aku tau kalian saling menyukai. Erika mencintaimu. Dia gak boleh dengan laki-laki manapun. Oppa..”
Jaejoong oppa masih diam dan sedikit berfikir. Dia diam lalu meninggalkan kami. Kami menyusulnya kembali ke Villa. Jaejoong oppa masuk dan duduk di ruang keluarga. Kami kaget karena ternyata dia tidak bergegas pergi melainkan duduk beristirahat.
“Oppa, apa yang kau…” kata yUrika marah.
“Percuma.., aku bahkan tak yakin dia menyukaiku.” Kata Hero oppa. Aku kaget jelas. Bisa kulihat kalau mereka saling menyukai. Jadi apa maksudnya ini????
“Sudahlah…, jangan pikirkan aku.” Kata Hero oppa yang beranjak pergi.
“Jangan bohong lagi!” teriak Yunho oppa.
“Aku tau kau menyukainya! Cepat pergi sebelum terlambat!”
Hero oppa masih tak perduli.
“Jaejoong hyung, pergilah.” Kata Junsu tiba-tiba Hero menatapnya. “Aku bisa membaca pikiranmu hyung. Pergilah.” Kata Junsu lagi.
Hero oppa terlihat sangsi tapi tiba-tiba dia mengambil kunci mobil dan pergi begitu saja. Aku ingin tertawa tapi ini bukan saat nya. Aku hanya tak percaya kata-kata Junsu membuatnya sadar begitu cepat. Yurika menangis lagi dan kulihat Changmin terus mendekapnya. Aku melihat kea arah Junsu yang terlihat sekali kalau dia cemburu dan marah dan ini semakin menjelaskan bahwa aku tidak seharusnya menyukainya. Karena cintanya hanya untuk Yurika.
Sore harinya kami pulang dengan satu mobil saja. Yunho menyetir mobilnya dan Junsu berada disampingnya, aku, Yurika , Yoochun oppa dan Changmin duduk di kursi belakang. Yurika masih terlihat khawatir karena Hero oppa belum memberi kabar. Semua hanya diam sampai Junsu bernyanyi. Dia menyanyikan lagu forever love dengan sangat merdu. Awalnya Yoochun melemparnya dengan kacang tapi lama kelamaan mereka ikut bernyanyi bersama.
Perjalanan terasa lama dan malam semakin larut. Kami tidur bergantian hingga tiba di rumah masing-masing.

Chapter 14
Pagi harinya semua berkumpul di basecamp tvxq dan terlihat cemas. Kami menunggu kabar dari hero oppa yang sampai sekarang sama sekali belum ada kabarnya. Semua panik terutama YUrika.
“Apa yang kalian lakukan?” teriak Hero oppa tiba-tiba.
“Hyung??” kata mereka semua bersamaan. Yurika diam saja tapi dia kaget sekaget-kagetnya.
“Dimana Erika?” tanyanya.
“Mmm..,” kata Hero oppa berpikir.
“Kau membiarkanku membawa semuanya sendiri… bantu aku dong!” teriak wanita dibelakangnya.
“Erika?” pikik YUrika. Dia langsung memeluk sahabatnya itu. Hamper menangis tapi ditahannya air mata yang hamper menetes lagi.
“Apa maksudnya ini?” Tanya Yoochun oppa kaget. “Bagaimana mungkin kalian kembali secepat ini? Butuh waktu berjam-jam dari Amerika.”
“Amerika? Siapa yang dari Amerika?” kata Hero pura-pura bego.
“Lho?”
“Erika hanya mempermainkan kalian! Mana ada acara tunangan. Dia marah padaku karena aku lupa memberitahunya kalau kita akan berlibur jadi dia datang dari Amerika saat kita berangkat. Dia sengaja membohongimu karena dia marah.” Kata Hero oppa panjang lebar. Yurika memeluk Erika erat-erat dan aku tertawa.
“Kau keterlaluan!” kata Yurika.
“Sudah.., sudah maafkan aku. Ayo kita makan. Aku bawa banyak makanan dari amerika.”
Saat semua orang asyik makan makanan oleh-oleh dari Erika aku mengajak Junsu keluar dari runagan dan bicara. Entah kenapa aku ingin mengatakan kalau aku mencintainya hari ini. Aku tau ini gila tapi…, waktuku bersamanya hanya tinggal dua minggu lagi. Aku harus mengatakannya.
“Ada yang mau ku katakana.” Kataku tiba-tiba Junsu oppa tidak melihatku. Kini kami berdiri di ruangan yang terpisah. Junsu melihat keluar dan aku terus menatapnya.
“Aku menyukaimu, sungguh.” Kata-kataku meluncur cepat.
Junsu hanya diam, dan aku mengulanginya lagi, “Aku menyukaimu.”
“Sudahlah…,” tiba-tiba dia menjawab ringan. “Lupakanlah. Aku tak akan mendengarnya. Lebih baik kita kembali ke dalam.” Saat dia berbalik aku gak tau harus gimana lagi tapi.., “Aku serius. Coba lihat aku! Kumohon!” junsu tetap tak perduli dan dia meniggalkanku.
Saat pulang kami hanya diam. Dia mengantarku sampai kerumah dan sesuatu tiba-tiba menarik perhatianku. Hyun adikku sedang di keroyok teman-temannya. Sayup-sayup kudengar mereka menertawakannya. “Hyun, anak pungut! Hahaha kau hanya anak pungut! Sudah kuduga! Ibuku bilang kalau ibumu punya satu anak pungut dan itu pasti kau!” teriak salah satu dari mereka. Aku berlari mendekat dan kata-kata Hyun membuatku terkejut. “Nuna kulah yang anak pungut! Bukan aku! Kalian salah!” teriaknya. Aku menjatuhkan barang-barang yang kubawa. Junsu berdiri disampingku. Ternyata kehadiranku disadari oleh mereka dan mereka berlari saat melihatku. Hyun terkejut melihatku. Aku terus menatapnya dan meminta penjelasan dengan apa yang telah ia katakan. Aku masuk ke rumahku disusul Junsu dan Hyun adikku. Ibu sedang menonton siaran televisi saat aku tiba-tiba masuk dengan emosi yang tak lagi bisa kusembunyikan.
“APa itu benar bu? Apa yang dikatakan Hyun itu benar?”
Ibu ku tiba-tiba kaget karena melihatku emosi. “Apa yang terjadi nak?”
“Katakan apa aku bukan anak ibu? Katakan?!”
Ibu terlihat bingung. Aku masih menunggu jawabanya tapi dia terus diam. “Katakan bu!”
“Kau tentu saja anakku.., apa yang.”
“Ibu jangan bohong lagi, biarkan nuna tau.” Joon tiba-tiba muncul dari kamarnya.
“Joon, katakan pada nuna apa yang kamu tau!”
Ibu terlihat panic. Tapi aku tetap tak perduli. Junsu berusaha menenangkanku tapi aku menepisnya. “Cukup! Ibu tau harusnya ibu beritahukan hal ini padamu sejak dulu. Tapi arisa…, walau bagaimanapun kau anak ku.”
“Apa maksud ibu?”
“18 tahun lalu ibu menemukanmu yang sedang menangis di jalan. Saat itu ibu tidak tau harus membawamu kemana, jadi ayah dan ibu sepakat membawamu kembali kerumah kami.”
“Jadi itu bener? Aku emang anak pungut! Aku…, apa ibu tau siapa orangtuaku???” kataku makin emosi.
“Ibu tidak yakin nak. Beberapa tahun lalu ayahmu sempat mencari keberadaan mereka tapi…, kami tak tahu dimana mereka. Yang ibu tau hanyalah kalau kau bukan anak yang dibuang. Orangtuamu sempat mencarimu tapi saat itu kita sudah pindah.”
“Jadi dimana mereka?”
“Ibu hanya tau mereka tinggal di Busan.”
“Busan?” kata Junsu kaget. “Aku akan membantumu mencarinya. Aku sangat mengenal daerah Busan kau jangan takut.” Kata-katanya malah membuatku semkain marah. “Pergi! Aku gak mau kamu disini! Pergi!” teriakku.
Junsu pergi Karen aibu menyuruhnya pergi secra baik-baik. Aku masih menangis dan aku masih tak bisa menerima semua ini.

Chapter 15

Pagi ini. Aku Cuma diam saat Junsu berulang kali menawarkan bantuan padaku. “Aku akan membawamu kesana..”
“Gak.., aku gak mau. Mereka tidak mencariku jadi buat apa aku mencari mereka.” Sudahlah.., Junsu shi…”
“Panggil aku oppa!”
“Junsu oppa…, tolong jangan terlalu baik padaku. Aku takut berharap lebih. Waktuku menemanimu tinggal 10 hari lagi. Setelah ini kontrak kita habis dan aku harus pergi darimu.” Kataku hamper menangis.
“Jangan bicarakan masalah kontrak itu sekarang. Aku ingin membantumu.”
“Cukup, oppa! Tolong jangan bersikap baik padaku…,”
“Lalu apa! Apa aku harus tidak peduli padamu! Aku gak bisa! Aku gak mungkin pura-pura tak peduli padamu!”
Junsu marah dan dia meninggalkanku di danau sendiri. Tiap kali kuingat bahwa waktu kami hanya tinggal sedikit semakin aku ingin menjauh darinya. Aku tau dan aku sadar siapa aku!
Ponselku berbunyi dan kulihat Junsu yang menelponku.
“Ada apa?”
“Kau harus dating ke taman sekarang!”
Aku membanting ponselku dan sama sekali gak ngerti1 nih orang gak punya hati banget!
Aku berlari ke taman yang tak jauh dari kampusku. Ternyata ada Changmin oppa dan Yurika disana, mereka sudah bersiap dengan sepeda mereka masing-masing. Junsu berdiri dengan dua sepeda disampingnya. Apa maksudnya nih???
“Cepat! Kau mau kami tinggal!” teriak Junsu. Aku berlari dan mengambil sepeda darinya. Jujur saja aku gak bisa main sepeda. Bisa sih tapi tidak sepandai mereka. Mereka sudah menjejak didepanku dan aku mau gak mau harus mengayuh sepedaku. Jujur aja aku bingung, saat ini aku mau sendiri tapi Junsu malah menyuruhku bermain sepeda. Apa dia benar-benar membenciku!
Aku menayuh pelan-pelan dan jauh tertinggal dari mereka. Aku tak bisa mengendalikan sepedaku dengan benar hingga akhirnya terjatuh. Junsu tertawa melihatku jatuh. “Dasar bodoh! Cepat susul aku!” teriaknya sambil tertawa. Aku kesel! Gimana gak! Nih orang bukannya bantuin! Aku bangun lagi dan tepat saat itu Yurika dan sepedanya terjatuh. Dia berteriak, dan Junsu berlari mendekatinya. Aku melihatnya! Yah aku melihatnya! Aku melihat cinta Junsu lagi! Tapi bukan untukku! Yurika berteriak karena dia terluka. “Aku akan membawamu,” kata Junsu saat akan menggendongnya. Changmin menepis tangan Junsu yang bersiap. “Biar aku saja.” Kata Changmin dingin. Changmin menggendongnya dan segera membawanya pulang untuk diobati. Aku heran, kenapa Junsu bisa sepanik itu kalau Yurika hanya jatuh! Hanya jatuh dari sepeda! Luka sebesar apakah yang bisa dihasilkan jika jatuh dari sepeda! Apa perlu dia sepanik itu! Lagi pula sekilas aku bisa liat kalo Changmin cemburu! Kenapa sih dengan mereka berdua!
“Kenapa kau sepanik itu? Dia hanya jatuh!” jutekku.
“Itu bahaya untuknya! Kesehatannya kembali menurun dan aku tak mau terjadi hal buruk padanya lagi!!!!”
“Apa urusanmu! Dia sudah punya Changmin! Kau tidak harus terus begini! Yang dicintai Yurika itu Changmin! Bukan kau!” teriakku kesal. Entahlah, tapi aku kesal tiap kali ngeliat junsu terlihat bodoh saat menghadapi perasaannya. Lagi pula hal buruk apa? Apa yang aku gak tau selama ini! Mereka menyembunyikan apa dariku!
“Apa yang terjadi?” kataku.
“Yurika pernah hampir meninggal dunia karena penyakit kankernya. Pencangkokan tulang sumsum itu memang berhasil, tapi itu tidak menjamin kalau dia bisa sesehat kita! Dia lemah! Sama lemahnya dengan keadaanya dulu!”
Yurika??? Kanker??? Oh tuhan…
“Saat kau tiba-tiba datang ke apartemenku dia senang menangis karena dokter mengatakan kondisinya semakin menurun dan dia gak berani mengatakan smeuanya pada Changmin! Karena itu dia datang pada ku!” junsu terlihat khawatir dan emosi. Aku malu…, aku malu karena sudah berpikir yang bukan-bukan tapi…. Bisakah kau tidak begitu di depanku???

Chapter 16
Hari-hari berlalu lebih cepat dari biasanya. Tak terasa waktuku bersama dnegan Junsu akan berakhir besok. Semua yang terjadi dalam 3 bulan terakhir membuatku gila! Kenyataan akan keluarga dan semuanya membuatku semakin dewasa. Besok adalah hari perpisahanku dan hari ulangtahunku. Aku ingin hari itu menjadi hari terbaik bagiku, tapi apa bisa?
Malam ini aku tidur lebih cepat dari biasanya dan berusaha untuk memimpikan hal-hal indah yangmungkin terjadi besok. Dalam tidur pun aku ingin terus bersamanya.
Paginya….
Aku mengirim pesan singkat ke ponselnya Junsu yang berisi,
Oppa.., hari ini hari terakhir kontrak kita. Aku senang karena telah mengenalmu dan aku mau hari terakhir ini kau bersamaku. Apa bisa? Apa bisa kau bersamaku dimalam ulang tahunku malam ini? Aku tunggu di tempat pertama kali kita bertemu jam tujuh tepat. Aku ingin kau datang…,
Aku mengirimkan pesan singkat itu padanya. Aku tau ini sedikit naïf tapi aku hanya ingin dia menjadi kado terbaik di hari ulangtahunku.
Dari pagi hingga sore Junsu tidak lagi menghubungiku. Entahlah aku bener-bener gak tau kenapa. Apa dia marah karena aku memintanya untuk bersamaku atau apa aku sama sekali gak tau! Aku tau ini bodoh tapi….,
Sore berganti malam dan kini aku berdiri di depan sebuah café tempat pertama kali kami bertemu. Aku tau mungkin dia gak akan pernah datang tapi aku ingin berharap. Aku ingin dia datang…., apa salah aku berharap? Apa salah aku meminta hal ini padanya?
Tepat pukul tujuh sekarang tapi tak ada tanda-tanda kedatangannya. Berkali-kali aku melihat jam ditanganku. Pukul tujuh lewat lima belas menit sekarang, dan Junsu tetap belum datang.dia pasti terjebak macet atau apa! Ya… dia pasti datang!
Aku terus meyakinkan diriku dan terus berharap. Pukul delapan sekarang. Waktu lebih cepat berlalu sekarang dan aku masih duduk di depan sebuah café yang malam ini tutup lebih awal dari biasanya.detik demi detik terasa jauh lebih cepat hingga tanpa terasa sudah tiga jam aku berdiri disini. Pukul sepuluh sudah sekarang. Aku ingin menyerah tapi…., hatiku tetap percaya kalau dia akan datang. Dia pasti datang.
Pukul sebelas tepat akhirnya aku hampir meneyrah tepat saat hujan mengguyurku. Dimalam yang dingin aku masih terus menunggunya walau hujan terus mengguyurku aku masih berharap dia akan datang. Puluhan taksi berhenti di depanku dan menawarkan jasanya tapi aku terus berkata tidak. Aku ingin disini. Aku ingin menunggunya disini. Semua harapanku semakin lama-semakin luntur karena hujan semakin deras. Ada suatu kenyataan yang membuatku sekarang menangis disini. Suatu kenyataan yang menyadarkanku kalau dia memang bukan milikku.
Ponselku tiba-tba berbunyi dan aku segera menerima panggilan itu. “Yeboseyo..,” kataku menggigil.
“Kau dimana?! Aku mencarimu dari tadi. Aku sudah membaca pesanmu. Kau dimana?!” teriak Junsu marah padaku. Aku hampir menangis karena bahagia dan sedih. Ternyata Junsu melupakan tempat ini. Tempat dimana dia pertama kali menarikku dalam masalahnya. Dia lupa…
“Katakan dimana kau!” teriaknya khawatir. Tapi aku terus menangis. Aku hanya diam sampai akhirnya aku marah padanya. “Apa kau lupa saat pertama kali kita bertemu! Saat kau menarikku dalam semua masalahmu! Aku menunggumu disini berjam-jam yang lalu dank au tidak datang! Kau harus menemukanku sekarang atau aku tidak akan memaafkanmu!”
Aku menutup ponselku dan menyimpannya lagi.
Air hujan terus mengguyurku dan kini aku kembali bersemangat. Aku tau Junsu pasti akan mencariku!
Bermenit-menit berlalu aku menunggu tapi dia masih belum terlihat! Dasar bodoh! Apa dia mau aku mati kedinginan disini!
Aku hampir menangis lagi saat kulihat dia berlari kearahku. Dia berlari dnegan cepat dan langsung memelukku erat. Aku diam, kaget dan gak tau harus bilang apa. Junsu memelukku??? Hangat itu yang kurasakan sekarang!
“Kemana saja kau!” teriakku padanya.
“Dasar bodoh!” Junsu terus memelukku sambil terus mengatakan aku bodoh!
“Oppa…., saranghae…, saranghaeyo…, oppa…” kata-kataku terhenti saat Junsu menciumku lagi. Untuk kedua kalinya. Disaat hujan yang turun mengguyur kami berdua. Lagi-lagi dia menciumku dan membuatku jauh lebih tenang dari pada kapan pun.
“Jangan lakukan hal bodoh ini lagi!” kata junsu padaku.

Chapter 17
Kami berdua masuk ke apartemennya dengan keadaan basah kuyup. Dia menyuruhku untuk mandi dan berganti pakaian dan dia akan menyiapkan minuman hangat untuk kami berdua. Aku mengambil handuk yang diberikannya untukku. Dan masuk ke kamar mandinya untuk kedua kalinya. Disini semuanya barang milik Junsu. Semua peralatan mandinya terlihat tertata rapid dan tanpa membuang waktu lagi aku pergi mandi.
Setelah mandi Junsu menyuruhku meminum tah hangat yang dibuatnya untukku. Kini aku yang menunggunya mandi. Cukup lama dan aku tertawa tiap kali melihat pantulanku dicermin. Aku memakai kemeja milik junsu dan aku terlihat sangat kecil. Kemeja ini sangat besar untukku tapi terasa hangat. Wangi tubuh Junsu terasa sekali dan aku samakin menyukai ini.
Setelah mandi Junsu terlihat jauh lebih tampan dari biasanya. Aku melihat rambutnya yang basah dan berantakan dan wow…. Dia terlihat sangat…….. *bayangkan sendiri ya*
“Minumlah.” Kata Junsu yang melihat tehku masih sangat banyak. “Kau harus minum untuk menghangatkan tubuhmu.”
Aku menurut dan dia duduk di depanku. Kmai duduk di meja coffee yang berada di depan kamarnya. Sedikit canggung memang, tapi junsu berusaha santai.
“Maaf membuatmu lama menunggu.” Katanya canggung dan aku hanya mengangguk pelan.
“Tutup matamu.” Pintanya dan aku menutupnya. Kurasakan Junsu mendekat kearahku dan memakaikan sesuatu di leherku. Aku membuka mataku saat dia memintanya dan kulihat kalung berbentuk meteor tersemat di leherku.
“Kau suka?” katanya. Dan aku mengangguk senang. Semua berjalan makin hangat. Junsu mengajakku untuk makan bersama. Saat kami memasak ramen bersama bisa kurasakan kalau junsu menyukaiku tapi sampai saat ini dia tidak mengataknnya juga. Aku bingung, apa yangharus kulakukan.
Saat akan menyantap makanan kami tiba-tiba ponsel Junsu berbunyi. Junsu menerima panggilan itu. Ekspresinya berubah dan terlihat panik. Setelah menutup telponnya dia menarik Jaket yang ada didekatnya dan bergegas pergi.
“Kau mau kemana?!” teriakku.
“YUrika memanggilku, aku harus kesana. Aku pergi sebentar. Kau tunggu aku!” pintanya sambil akan menutup pintu dibelakangnya.
“KAlau kau pergi aku tidak akan memaafkanmu! Kalau kau pergi aku tak akan mau melihatmu lagi!” ancamku. Junsu berhenti berjalan. Dia menatapku tajam seraya memikirkan kata-kataku.
“Kalau kau pergi…, itu artinya kau akan kehilanganku. Kalau kau pergi itu artinya kau memilih Yurika!” teriakku lagi.
“Kau tunggu disini! Jangan kemana-mana! Aku akan kembali.” Junsu memakai sepatunya dan menutup pintu dibelakangnya.
Aku terpaku sejenak, dan air mataku mengalir lagi. Kenapa? Kenapa dia masih memilih Yuika dibandingkan aku! Yurika sudah punya Changmin! Kenapa dia!!!!!!!!!!!! Aku mengambil pakaianku dan pergi meninggalkan apartemennya.

Chapter 18
Semalam akumenghabiskan waktuku untuk menuggunya dan pada akhirnya dia meninggalkanku begitu saja. Kini aku berusaha bangun dari tempat tidurku dan aku sadar akalu aku masih memakai kemejanya.
Kudengar suara-suara dibawah terdengar kurang biasa. Aku menarik mantelku dan berlari meunju ruang keluarga.
“Ibu ada apa?” kataku dan terkejut saat kulihat ada paling tidak empat orang berjas dan Arya duduk disamping ibu.
“Ada apa ini? Arya kenapa kau??” kataku bingung.
“Selamat pagi nona.” Kata salah satu dari mereka.
Nona? Maksudnya apa sih mereka?
“Arya apa yang terjadi?”
“Ternyata nona sudah menganal tuan Arya?” katanya senang. Laki-laki tua ini terlihat ramah tapi aku tetap bersikap tak peduli padanya.
“Apa nona tau kalau tuan muda Arya adalah saudara nona satu-satunya?”
Ha?? Arya??? Apa maksud laki-laki ini.
“Sudahlah, aku bener-bener gak ngerti. Tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?”
“Nona dan Tuan Arya adalah anak dari majikan kami. Kalian berdua adalah anak yang dulu sempat diculik oleh para mafia di Jepang. Kami sudah lama mencari tuan dan nona Arisa. Kami berhasil menemukan tuan muda Arya dua tahun lalu. Dan kini kami berhasil menemukan Nona Arisa. Tuan dan Nyonya pasti akan senang. Kalau saja mereka…” kata-kata itu terhenti
“Apa maksud anda tuan? Jadi aku dan Arya??? Kami saudara? Itu maksud anda? Dan… dan kenapa dengan orangtua kami???” kataku mnuntut.
Arya berdiri dan mulai menenangkanku saat aku mulai emosi lagi. “Orangtua kita meninggal dunia 18 tahun lalu saat mencarimu. Mereka mendapat kabar kalau kau ada disini dan mereka mengalami kecelakaan. Arisa kau harus dengarkan aku, aku oppa mu dan …”
“Gak! Gak mungkin mana mungkin ini bisa terjadi! Kalian pasti salah!” teriakku.
“Kmai memiliki bukti ini nona, kata salah satu dari mereka lagi. Dan kami yakin kaulah Nona Arisa yang kami cari.”
Arya menghapus air mataku yang kini mengalir. Dia terus menenangkanku tapi aku tetap tak bisa tenang!
“Arya… ap aini benar?”
Arya hanya mengangguk dan aku memeluknya. “Kenapa kau tidak mencari dari dulu!” teriakku marah. Ibu tersenyum dan menangis melihatku. Aku terus memeluk Arya. Ternyata perasaan nyaman yang selama ini kurasakan padanya Karena dia adalah Oppa ku.
“Kau akan ikut dneganku pulang ke Jepang. Ibumu telah mengizinkanku membawamu pulang.”
Aku melihat kearah ibu yang tersenyum. Aku menangis lagi dan lagi dalam pelukan oppaku.
Saat Arya dan lainnya pulang aku langsung berlari ke kamarku. Mereka akan menjemputku sore ini. Kami akan pergi ke Jepang. Yah.., aku akan ke Jepang! Aku akan meninggalkan semua kenanganku disini, terutama akan Junsu!
Saat aku merapikan barang-barangku, Ibu memelukku tiba-tiba dan menangis. “Maafkan Ibu…, selama ini kau lah yang menanggung beban keluarga. Sekarang kau harus bisa hidup bahagia.”
Aku memeluk ibu ku lagi. Aku tau ini berat tapi aku harus pergi. “Aku sayang ibu. Aku janji kalau aku akan sering pulang.” Kataku.
Sore harinya aku dibawa ke bandara. Arya duduk disampingku dan terus memegang tanganku. Saat kami melewati danau sekolah aku ingin turun. Arya menizinkanku turun untuk bberapa menit. Lama kulihat air danau yang tenang sampai kulihat seseorang mendekat kearah kami.
“Kemana kau semalam!” kata Junsu. Dia menarikku tapi aku melepaskan peganngannya.
“Jangan ganggu dia.” Kat aArya tenang.
“Apa urusanmu!” kata Junsu tak perduli dia terus menatapku.
“Aku oppa nya! Jadi aku berhak melarangmu mendekati adikku!” tegas Arya lagi. Junsu kaget mendengarnya tapi sebelum dia menarikku aku memukulnya sekeras yang kubisa. Melampiaskan rasa sakitku lagi. “Kau pergilah! Aku tidak akan mengganggumu lagi1 perjanjian kontrak kita berakhir dan kau lah yang memilihnya! Pergilah!” teriakku. Dan aku menarik Arya bersamaku. Kami menaiki mobil dan berangkat menuju bandara.
Setelah check in semua terasa berbeda. Ada rasa lega melanda hatiku. Akhirnya aku bisa pergi. Aku bisa melupakan semuanya. Semua yang terjadi perlahan-lahan akan kulupakan. Terutama dia….
Aku duduk disamping Arya oppa yang terus memegang tanganku. Berusaha menguatkan meyakinkanku akan keputusanku ikut dengannya. Aku masih terus melihat daratan korea yang luas dari atas sini. Terasa berbeda dan sangat jauh dari diriku sekarang. Junsu.., kuharap kau bisa bahagia…, aku akan melupakanmu. Aku janji! Tanpa snegaja air mataku mengalir lagi dan Arya oppa segera menghapusnya. “Lupakan dia.” Pintanya padaku. Aku hanya mengangguk dan Arya benar. Aku harus melupakannya karena itulah yang terbaik.

Chapter 19
Malam ini malam yang jauh berbeda dengan malam-malam yang biasanya kulewatkan di Korea. Kini aku berdiri di kamar baruku. Aku tau Jepang memang jauh berbeda dengan Korea. Tapi….
Kenyataan bahwa Arya dan aku adalah saudara dan kenyataan bahwa aku adalah salah satu dari anak pengusaha terkenal di Jepang membuatku gila. Benar saja! Selama ini aku hanya tau bagaimana caranya agar aku bisa membayar hutang-hutang ayahku.
Aku sekarang berdiri dikamar yang mungkin pernah kutempati bertahun-tahun lalu. Kulihat foto-foto masa kecilku dengan Arya dan kedua orangtuaku. Aku ingin menangis, sungguh. Kurasa kembali ke kehidupanku inilah jalan yang paling baik agar aku bisa melupakannya. Dia…, akan kulupakan. Harus.
Esoknya…
“Kau akan kuliah pagi ini,” kata Arya oppa mengagetkanku saat sarapan pagi.
“Maksud oppa?”
“Aku sudah mendaftarkanmu di salah satu Universitas bagus di Jepang. Kau mungkin akan kesulitan berbicara dengan orang-orang disana tapi oppa telah mengghunbungi teman lama yang juga akan satu kampus denganmu. Dia orang korea. Jadi dia bisa membantumu disana.”
Aku diam saja, berharap semua akan berjalan lancer pagi ini.
“Baik, aku harus pergi ke kantor. Pengacara Lee sudah menyiapkan penyambutan untukku di perusahaan. Kau akan diantar sopir pribadimu. Bersiaplah. Dan oppa minta jangan sia-siakan masa kuliahmu dnegan memikirkan laki-laki itu lagi!” dia mencium pipiku dan mengusap kepalaku. Aku hanya mengangguk. Agak canggung karena aku sadar sebelumnya aku pernah menyukainya.
Aku mengambil tasku dan berlari menuju mobil yang akan mengantarku ke kampus baruku. Aku masuk dan mobil menjejak dengan cepat. Sepanjang jalan aku bisa merasakan suasana yang jauh berbeda. Ini hari pertama aku kuliah lagi dan kuharap semua lancar.
Mobil berhenti di depan sebuah kampus terbesar yang pernah kulihat. Seseorang membukakan pintuku. Dia tersenyum dan aku hanya membalasnya. Laki-laki ini tampan. Dia tinggi dan terlihat baik. Apa dia oang yang dimaksud oppa?
“Aku Dios. Arya sudah bercerita banyak tentangmu.” Katanya ramah. Aku terpesona pada gayanya yang maskulin dan begitu berbeda dengan laki-laki lainnya.
“Aku akan membantumu selama kau disini. Jadi.., kita berteman?” katanya sambil mengulurkan tangannya. Aku menyambutnya sambil tersenyum. Dios baik, itulah kesan pertamaku padanya. Dia tampan dan tinggi. Seperti...., kata-kataku terhenti lagi saat tiba-tiba terlintas bayangan Junsu di otakku. Spontan aku memukul kepalaku dan Dios kaget. “Kau kenapa?” katanya khawatir.
“Ha? Mm... aku gak kenapa-napa.” Aku tersenyum dan Dios membalas senyumanku dengan manis. Yah..., semua masa laluku perlahan-lahan mulai kulupakan seiring berjalannya waktu yang kulalui bersama Dios. Sejak pertemuan ini kami jadi lebih akrab. Setiap hari kami bertemu di kampus dan menghabiskan waktu berdua. Semua mahasiswa dan mahasiswi di kampusku cukup ramah. Mereka sangat jauh berbeda dengan teman-temanku dulu. Tapi aku merasa betah. Sedikit demi sedikit aku merasa semakin nyaman berada di samping Dios. Arya oppa senang melihat kami jadi sahabat dan terkadang oppa ku itu sering membahas hubunganku dan Dios dan pada saat itu juga selalu ku tekankan bahwa kami hanya berteman.
Oppa ku ini sangat berharap aku bisa bersama dengan Dios, tapi itu gak mungkin. Dan tak kan pernah mungkin. Sejauh ini kami hanya berteman tidak lebih. Semua berjalan mulus sesuai yang kuharapkan.
Dua bulan sudah aku menetap di Jepang dan tanpa pernah tahu kabar Junsu dan yang lainnya. Terkadang aku hanya membaca artikel mereka di Majalah. Aku tahu sedikit dmei sedikit bayangan Junsu perlahan-lahan menghilang dari bayanganku. Dan Dios pun perlahan-lahan semakin dekat denganku.
Dan saat ini sambil ditemani segelas coklat panas aku menunggunya. Dios mengajak ku jalan-jalan hari ini. Yah, sedikit aneh tapi sudah lama aku tidak rekreasi. Jadi kenapa aku harus menolak. Cukup lama aku menunggu hingga akhirnya kulihat dia melambai padaku dari kejauhan. Aku membayar bill coklat panasku dan berlari ke arahnya. Angin musim dingin berhembus ke arahku tapi aku tetap merasa hangat karena mantel ini melindungiku. Dia merapikan rambutku yang sedikit basah karena titikan salju dan tertawa. Hangat. Tiap kali dia tersenyum padaku. Itulah yang selalu kurasakan. Dia merangkul tanganku dan membawaku pergi.
Siang ini kami pergi ke Fujimi untuk bermain ski. Fujimi tepatnya di Nagano, kami pergi ke Fujimi station, dari situ ada bus yang menghantarkan kami ke area ski gratis, tapi jam tertentu, sebelum jam 10 saat berangkat. Dan pulang juga ada bus gratis jam 3 lebih 10 menit. Hanya sekitar 2 bus saat berangkat dan pulang ke fujimi station. Permainan ini paling di gandrungi dan aku yakin hari ini pasti akan sangat ramai. Setibanya disana. Dios memberiku peralatan ski. Awalnya aku sangsi tapi dia terus mendesakku hingga akhirnya aku berdiri di atas papan ski dengan kaca mata ski yang menutupi mataku. Dios berski ria di hadapanku aku berusaha mencoba dan ternyata tidak sesulit yang kuduga. Ini cukup mudah dan tentu saja mengasyikkan. Sempat beberapa kali aku terjatuh tapi ini tak masalah. Aku senang dan Dios terlihat jauh lebih riang dari biasanya. Nuansa tempat ini berbeda dari tempat-tempat lainnya. Banyak orang yang bahagia dan terhibur disini. Smeua tertawa gembira dan bisa kurasakan kehangatan kebahagiaan yang terpancar dari tiap air muka mereka. Senang itulah gambaran yang bisa terlihat dari air mukaku. Semua ini tak pernah kubayangkan sebelumnya. Yah..., inilah jalan yang tuhan berikan untukku. Junsu adalah seseorang yang selalu ada dihatiku tapi bukan berarti aku harus berlarut-larut memikirkannya.
Dios ada disini. Kami teman, teman yang baik tentunya. Aku banyak bercerita tentang diriku padanya terutama seseorang yang selalu kucintai hingga detik ini. Dios tau aku mencintai seseorang. Tiap kali Dios menanyakan siapa orang yang telah merebut hatiku aku hanya bisa tersenyum tanpa menjawab apa pun padanya. Jika Dios tahui aku mencintai seorang artis terkenal dia hanya akan menertawakanku. Jadi lebih baik aku diam.
Aku lelah. Dan berusaha menepi dari keramaian. Kulihat Dios menghilang. Aku tahu dia kemana, paling-paling asyik main bersama anak-anak yang berkumpul diujung sana. Aku duduk di tepi dan melepaskan kaca mata skiku. Berusaha menarik nafas dalam-dalam dan sesuatu mengagetkanku.

Chapter 20
Dios sudah berdiri di depanku dengan sebuket bunga berwarna-warni. Aku kaget pastinya tapi dia segera menghapus kekagetan pertamaku dengan kekagetan kedua yang kudapatkan. “Kau..., mau kah kau bersamaku? Aku menyukaimu. Sangat menyukaimu.”
Kata-katanya membuatku diam sejenak. Sedikit berpikir dan mulai mencerna semuanya. Aku tutup mataku perlahan dan Dios tertawa melihat ekspresiku.......
“Tak perlu menjawabnya sekarang.” Katanya sambil tertawa riang. “Akan kutagih jawabanmu nanti, sekarang kau harus menemaniku menjemput teman-teman lamaku. Mereka pasti hampir tiba di bandara. Kita harus cepat.”
Aku duduk di jok belakang bersama Dios yang tak henti-hantinya melihat ke arah jam tangannya. Siapa sih orang yang begitu penting ini? Aku bingung. Selama ini Dios tak pernah terlihat begitu semangat seperti sekarang. Apa orang ini special? Apa sangat special dimatanya??? Aku gak tau tapi yang jelas orang ini bukan orang biasa.
Mobil dengan segera berhenti di depan bandara. Dios berlari dan terus memegang tanganku. Kami berlari ke dalam dan sesuatu yang tak kuharapkan terjadi. Aku berhenti berlari seketika saat Dios berteriak memanggil namanya. Aku diam. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Mereka sudah saling berbicara saat salah satu dari mereka terkejut melihatku.
“Arisa!” teriak gadis itu melihatku. Aku hampir pingsan saat kulihat gadis itu sadar akan kedatanganku.
“Yurika.....” kata-kataku terhenti. Ada Hero, Max, Micky, YUnho, Erika, dan juga JUnsu disana. Mereka kaget melihatku, terutama Junsu yang terlihat paling shock dibanding yang lainnya. Dios tertawa mel.ihat ekspresi kami semua. Suasana tiba-tiba berubah aku bingung. Aku ingin berlari tapi tak bisa. Aku ingin berlari dan memeluk Junsu yang berdirti tak jauh dari tempatku. Sudah lama. Sudah lama aku tidak melihatnya dan sekarang dia berdiri terpaku di depanku. Aku diam dan Dios mendekat ke arahku.
“Arisa...” kata-kata Junsu seakan tergantung. Dios merangkulkan tangannya di bahuku. Aku berusaha tersenyum tapi tak bisa. Semuanya begitu sulit untukku.
“Kalian sudah saling kenal ternyata. Arisa ini teman-teman terbaikku. Kau pasti kenal mereka.” Aku hanya mengangguk. Semua masih kaget saat Dios bertanya lagi.
“Bagaimana kalian bisa mengenal Arisa?” tanyanya bego.
“Kami teman lama.” Kata Yurika yang seakan mengerti situasi ini. Semua tertawa dan mulai kembali ke mobil yang tadi mengantar kami ke bandara. Dios bilang mereka akan menginap dirumahnya untuk beberapa hari. Dan ini artinya Junsu akan sering bertemu denganku beberapa hari ini. Aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan? Semua ini begitu tiba-tiba. Aku gak tau mesti gimana lagi sekarang?
Esoknya.....
“Kau baik-baik saja?” tanya Dios yang tiba-tiba menghampiriku. “kau pucat.”
“Aku baik. Jangan khawatir. Hanya saja aku...”
“Sudahlah. Kalau kau tidak sehat aku akan mengantarmu pulang.” Dios sudah mengambil tasnya dari atas meja saat aku menghentikannya. “Aku bisa pulang sendiri.” Kataku. Aku mengambil tasku dan meninggalkannya di kelas yang kini ramai oleh para mahasiswa yang bercerita tentang liburan mereka. Aku berlari melewati koridor. Berjalan cepat di kurumunan orang yang berlalu lalang, dan akhirnya aku memasuki lingkungan taman belakang kampusku.
“Kami mencarimu,” kata seseorang yang tiba-tiba menepuk pundakku. Yurika dan Erika berdiri di belakangku. Aku menoleh kearah mereka dan Yurika langsung memelukku.
“Apa yang kau lakukan! Kenapa kau pergi begitu saja. Kau tau bagaimana kedaan Junsu Oppa saat kau pergi.”
Dengan pelan kulepaskan pelukkannya dan kutatapi Yurika dengan serius.
“Kau tau, aku dan Junsu bukan....”
“Aku tau. Kami tau semuanya. Junsu oppa menceritakan semuanya saat kau pergi. Kau tau kami benar-benar tak percaya saat itu.”
“Ok. Baguslah kalau kalian sudah tau semuanya. Jadi sudah jelaskan. Aku udah gak ada hubungan apa pun dengan Junsu oppa. Jadi tolong jangan ungkit ini lagi.”
“Bohong!” teriak erika padaku.
“Kalian berdua jangan bohong! Semua orang bisa melihat kalau kau mencintainya! Dan Junsu oppa juga...”
“tidak..., tidak Yurika..., hanya kau. Hanya kau dihatinya.”
“Jangan bodoh.” Teriak Yurika padaku. Kami bertiga diam. Perdebatan ini membuat kami benar-benar tidak nyaman. Kami hanya diam. Saling pandang dan suara itu mengujutkan kami bertiga.

Chapter 21
“Apa yang kalian lakukan disini?” kata Junsu oppa tiba-tiba mengagetkan kami bertiga.
“Yurika..., Changmin mencarimu kemana-mana. Kau juga Erika. Kenapa kalian disini.” Kami semua diam. Aku tahu ini bukan hal yang baik. Yurika dan Erika segera pergi melihat Junsu yang marah-marah. Aku juga harus pergi.
Saat kulangkahkan kakiku sesuatu membuatku menoleh kembali kearah nya. Junsu berdiri di depanku. Kini kami hanya berdua. Semua terasa begitu asing. Nuansa yang berbeda dari biasanya membuatku benar-benar gak nyaman sama semuanya.
“Kenapa? Kenapa kau pergi? Kenapa kau pergi dariku...” kata-kata Junsu bagai petir yang menyambarku. Aku tau ini salah. Aku tak boleh berharap lebih. Aku tak boleh salah mengartikan kata-katanya.
“Apa mau mu? Bukankah semuanya sudah berakhir? Apa lagi mau mu?” tanyaku kasar.
“Kenapa kau berubah?”
“Apa yang berubah. Aku! Aku memang berubah. Ya! Aku berubah! Aku bukan lagi Arisa yang dulu! Arisa yang mengemis cinta pada orang yang tak pernah menganggapnya! Aku bukan Arisa yang dulu!” teriakku.
“Apa maksudmu?” tanya junsu bego.
“Kau..., kau tau aku menyukaimu! Kau tau aku benar-benar menyukaimu tapi apa! Kau sama sekali tidak melihatku! Dimatamu Cuma ada YUrika! Yurika dan Yurika! Untuk apa kau peduli aku!”
Junsu diam. Mengambil nafas sejenak dan dengan tenang menatap mataku. “Malam itu..., malam itu kenapa kau pergi? Aku memintamu untuk menungguku! Kenapa kau pergi!”
Kilatan malam itu teringat lagi di otakku. Aku ingat saat dia meninggalkanku malam itu.
“Apa peduli mu! Sudah kukatakan kalau kau pergi aku akan meninggalkanmu! Dan kau memilih untuk meninggalkanku! Itu pilihanmu!” teriakku lagi. Air mataku mengalir. Aku berlari meninggalkannya menuju jalan besar dan kurasakan derap kakinya berlari dibelakang ku. Aku terus berlari dan aku menyeberangi jalan besar dengan cepat. Kini kami terpisah oleh satu jalan besar yang di lintasi banyak mobil. Junsu berteriak ke arah ku dan aku menoleh ke arahnya. Samar-samar kudengar kata-katanya. “Arisa... saat itu Yurika masuk rumah sakit. Kau harus tau itu. Kau harus dengar penjelasanku! Jangan pergi! Kumohon! Aku mencari mu kemana-mana! Tolong dengarkan aku!”
“Percuma!” teriakku. “Itu pilihanmu! Kau lebih memilih Yurika dari pada aku! Pergi! Pergi! Aku tak mau melihatmu! Pergi!”
“Tapi aku menyukaimu Arisa! Aku...”
“Bohong! Jangan bohong padaku! Aku tau dihatimu hanya ada dia! Aku bisa lihat itu! Aku bisa melihatnya! Pergilah! Aku tak mau melihatmu!” teriakku. Junsu seakan tak mau mendengarkanku. Dia berusaha meneyeberangi jalanan yang dipenuhi kendaraan dan aku mulai menghindar. Saat kulangkahkan kakiku kedepan. Tiba-tiba mobil yang berada disampingku menabrakku hingga kurasakan tubuhku terjatuh dan semuanya gelap. Kudengar Junsu berteriak dari kejauhan dan lama-lama kesadaranku hilang.....

Chapter 22
Aku tak bisa merasakan apa-apa. Yang kurasakan hanyalah aroma rumah sakit yang menyengat masuk lewat hidungku. Mataku terbuka. Dan kulihat seseorang tertidur disampingku. Tubuhku bergeser sedikit dan kurasakan sakit dikepalaku. Ku pejamkan mataku sesaat dan kubuka lgi. Kupandangi isi ruangan ini. Sepi. Hanya ada aku dan seseorang yang menungguiku. Kulihat matahari bersinar cukup terang. Aku melihat seseorang yang kini tiba-tiba terbangun dan mengerjapkan matanya di depanku.
“Kau!” teriakku kaget. Junsu membuka matanya lebar-lebar dan tersenyum melihatku yang kaget melihatnya.
“Pergi! Pergi sana! Pergi!” aku mendorongnya menjauh. Aku duduk di tempat tidurku dan melemparkan bantal ku padanya. Dia berdiri dan berusaha menenangkanku. Ku lepar semua yang bisa kulempar padanya sambil berteriak sekeras-kerasnya. “Pergi! Sana pergi! Aku gak mau melihatmu lagi! Pergi!” teriakku sambil terus melemparinya dengan buah yang ada di meja disamping tempat tidurku. Junsu terus berusaha bicara tapi terus kulempari dia.
“Pergi!”
“Arisa, tolong... aku..”
“Pergi!” teriakanku semakin keras dan air mataku mengalir lagi. Rasa sakit di kepalaku bercampur dengan rasa sakit di hatiku. Tiba-tiba pintu ruangan ini terbuka dan kulihat Arya oppa berlari kearahku. Aku terus menangis dan menyuruh Junsu pergi. Arya memelukku berusaha menenangkanku.
“Arisa..., tenang arisa...”
“Oppa...., suruh dia pergi oppa! Aku gak mau ngeliat dia lagi! Oppa tolong suruh dia pergi!” aku berteriak dan menangis dalam pelukannya. Arya oppa memaksa Junsu keluar dan Junsu pun akhirnya pasrah.
Air mataku terus mengalir. Aku takut. Aku bener-bener takut. Arya oppa menemaniku sampai aku tertidur lagi. Terkadang kurasakan kepalaku makin berdenyut walaupun mataku tertutup. Kudengar suara Dios yang berbicara dengan Arya di sampingku. Sepertinya Oppa sudah menceritakan semuanya ke Dios. Dan pelan-pelan kubuka mataku.
“Dios..., panggilku perlahan.” Dios langsung mendekat ke arahku.
“Ada apa? Ada yang sakit?” tanyanya khawatir. Bisa kulihat wajah Dios yang selama ini tenang dan terus di hiasi senyuman kini berubah. Dia nampak pucat dan sama paniknya dengan Oppa yang kini duduk di samping tempat tidurku.
“Maaf...” kataku terputus-putus. Air mataku mengalir lagi. Aku tau Dios pasti terpukul mendengar semua kenyataan ini dan aku harus benar-benar minta maaf padanya.
“Harusnya aku jujur padamu..” kataku lagi.
“Sudahlah lupakan. Aku tau Junsu menyayangimu dan itu membuatku jauh lebih tenang.”
“Tidak... dihatinya hanya ada Yurika....”
“Jangan bodoh! Kalau dia tidak menyukaimu dia tidak akan menungguimu 2 hari 2 malam! Kau tau dia selalu disampingmu selama kau pingsan.”
Aku diam. Berpikir sejenak dan berusaha biasa.
“Kau sudah baikan?” tanya nya pelan.
“Aku baik. Hanya sedikit pusing.”
“Kau tidur terus.” Kata Oppa sambil tertawa. Yah benar juga. Aku pusing karena tidur lebih dari 12 jam. Kami tertawa keras-keras dan bunyi ponsel Dios menghentikan tawa kami.
“Moshi moshi...” Dios masih sambil tertawa saat menerima panggilan dari ponselnya. Tiba-tiba ekspresinya berubah. Senyumnya menghilang dan kutahu ada hal buruk terjadi.
Dios menutup ponselnya dan menatapku tajam.
“Apa kau mencintainya?” tanyanya serius.
“Maksudmu?”
“Junsu...., dia akan kembali ke Korea. Mereka akan berangkat 1 jam lagi.”
Kata-katanya bagaikan petir bagiku.
“Apa maksudnya?” kata ku bingung.
“Entahlah. Yurika bilang Junsu pulang dengan wajah merah dan mengajak mereka segera pulang ke Korea.”
Aku diam. Dan air mataku mengalir. “Biarlah. Biarlah dia pergi...”
“Jangan bodoh! Kau mencintainya!” teriak Dios lagi.
“Tapi dia tidak mencintaiku! Percuma saja!” teriakku lagi. Oppa menenangkanku dan Dios benar-benar marah padaku.
“Sudahlah...., kalau kau mau ikut denganku mencegahnya.....”
“Tidak.”
Dios semakin kesal padaku. Dia berangkat dari tempatnya dan saat dia hampir menghilang aku memanggilnya.
“Tunggu. Bawaku aku menemuinya.”
Dios tersenyum dan segera membantuku berdiri. Dengan cepat Oppa memanggilkan taksi untuk kami berdua. Aku duduk di kursi belakang bersama Dios yang tak kalah paniknya denganku.
Tiap kali kulirik jam yang tertera di depan sang pengemudi. Waktu terasa jauh lebih cepat dari biasanya. Aku kaku, bener-bener gak bisa apa-apa. Takut..., itu yang kini kurasakan. Mobil seketika berhenti di depan bandara. Aku diam tapi Dios menarikku secepatnya. Dia hampir menggendonghku karena lariku yang terlalu pelan. Semua membuatku bingung. Nuansa badara yang berbeda dari biasanya. Ada banyak harapan yang kini berterbangan di udara yang tak bisa kulihat. Aku bersama Dios berlari dan akhirnya kutemukan dia di barisan antrian. Mereka hampir check in.
“Junsu Oppa!” teriakku. Orang yang kumaksud menoleh ke arahku. Yurika dan ynag lainnya terkejut melihatku yang masih memakai seragam rumah sakit dan hanya sehelai sweater menutupi tubuhku. Padahal saat ini musim dingin, tapi aku tak peduli. Benar-benar tak peduli. Angin musim dingin yang bertiup seakan lebih hangat dari pada biasanya. Aku tau ini gila, karena tak sedikit orang yang ambil perhatian ke arah kami berdua. Junsu menatapku penuh arti. Aku menangis dan menangis lagi.
“Jangan pergi..., kumohon jangan pergi...” kata-kataku disambut senyuman dan teriakan Yurika yang terlihat senang. Aku menatap junsu sebisaku. Mataku berair dan aku tak bisa melihatnya dengan jelas. “Kumohon jangan pergi...”
Junsu mendekat kearahku. Melihatku dari dekat. Mengamati tiap centi wjahku dan dia menciumku. Aliran darahku seakan mengalir jauh lebih cepat. Aku diam dan terus membalas ciumannya. Terasa berbeda. Aku bisa merasakan perasaannya sekarang. Walaupun ini bukan pertama kalinya dia menciumku tapi inilah yang terbaik. Aku bisa rasakan cintanya. Kami berciuman cukup lama dan Junsu memelukku erat.
“Aku takkan membuatmu menunggu lagi. Aku janji. Saranghaeyo.” Kata-katanya membuatku menangis. Semua tersenyum dan bisa kulihat Changmin dan YUrika yang terlihat paling bahagia. Hari ini, hari yang terindah dalam hidupku. Pertama kalinya kudengar dia mengatakan cintanya padaku dan kurasakan semua terasa berbeda sekarang. Nuansa bandara jauh lebih indah dari pada biasanya. Bisa kurasakan angin musim dingin berubah menjadi hangat. Pelan-pelan kusadari satu hal. Ini lah cinta. Cinta pertamaku. Dan cinta terakhirku. Kaulah..., you are my first angel and will be my Last Angel Forever..................

--END--
 
Copyright GosHiKi TvxQ 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .