RSS

Jumat, 16 April 2010

With All my Heart

Tittle : With All My Heart
Cast : Chang Min-YunHo-JaeJoong-Junsu-YooChun (TVXQ), KangIn-EunHyuk-LeeTeuk-SungMin-HeeChul (Super Junior)
Guest Star : YunJaeMin
Genre : Love story. Full of love xDDD
Written by : Vionita ジェジュン 'Cassiopeia
Note : disini aku bikin couple antara YunJaeMin & YooSu. xDDD ^^

-----------------------------------------------------------------------------

“Jae, ayo cepat nanti terlambat ke sekolah nak..”

“iya umma,”

Jae Joong keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan langkah terburu-buru.” Gawat, aku terlambat!” pikirnya. JunSu umma dan YooChun appa sudah menunggu di ruang makan. Melihat anaknya tergesa-gesa, YooChun appa pun menggerutu.

“aduh anak appa yang manis ini, kenapa bangun kesiangan melulu? Lihat sekarang sudah jam berapa? Ayo sarapan dulu.”

“Aduh appa, aku kan semalam habis facebookan, trus chatting ama Minnie.. hehehe,” jawab Jae Joong tersipu.

“Dasar kau ini. Ayo cepat kasihan ChangMin sudah menunggumu daritadi,” kata JunSu umma.

“Ya umma. Aku sarapan di mobil aja ya, udah telat nih.. bye umma bye appa,” ucap Jae Joong sambil menyambar roti di meja makan lalu pamit pada orang tuanya itu sambil menciumi pipi mereka satu-satu. Jae pun segera menuju ruang tamu. Chang Min yang sudah menunggunya segera berdiri.

“Ah, sudah siap ya. Lama sekali Jae..” ChangMin menggerutu.

“Ah maaf Minnie sayang..aku telat bangun lagi hehe,” jawab Jae Joong sambil mencium pipi ChangMin.

“Aigoo, lihat gara-gara kamu ngajak Min chatting melulu tiap malem, mata ChangMin jadi kecapean tuh. Liat kantong matanya gede banget, aigoo,” kata JunSu umma sambil menunjuk mata ChangMin.

“Gwenchana ahjumma. Aku gapapa koq. Kalo chattingnya sama Joongie sih begadang juga gapapa ahjumma,” jawab ChangMin sambil merangkul Jae Joong.

“Minnie ya .. jangan gitu di depan umma sama appa ah, kan aku malu,” JaeJoong mencubit perut ChangMin manja.

“Ah kau ini Joongie. 5 tahun kita pacaran, bahkan kita kan sudah tunangan. Tapi kenapa kau masih malu sama ahjumma dan ahjusshi?” jawab ChangMin dengan wajah serius sambil mengedipkan mata pada JunSu dan YooChun.

“Minnie ya..” JaeJoong semakin malu.

“hahaha..” semua tertawa.

“Ah, umma jadi tidak sabar ingin kalian cepat-cepat menikah.. umma ingin menggendong cucu, ia kan appa,” kata Junsu umma sambil memeluk YooChun appa.

“Ia benar. Appa juga ingin menimang cucu,” jawab YooChun appa.

“Umma! Appa! Kita kan masih sekolah. Tunggu kita lulus sekolah dulu saja, setelah itu kita akan menikah. Ia kan Minnie ya,” JaeJoong menyikut perut ChangMin manja.

“Tentu saja Joongie sayang,” ChangMin mengelus pipi JaeJoong.

“Hahaha kalian ini mesra sekali ya. Ya sudah, cepat kalian berangkat. Nanti malah terlambat lho.” kata YooChun.

“Kalo gitu kita pergi dulu ya ahjusshi, ahjumma..”

JaeJoong dan ChangMin pun buru-buru pergi ke sekolah. Supaya tidak kesiangan, mereka sengaja memanggil taksi. Hanya 5 menit mereka pun sampai di sekolah. Wah taksi jet coster ya?

Untunglah mereka belum terlambat. Hanya tingga satu menit lagi sebelum bel masuk! Fiuhh, mereka harus berterima kasih pada supir taksi jet coster tadi..
***
Kelas 3-B pagi itu sangat ribut. Kang In seongseng, guru pelajaran Bahasa Inggris yang tidak lain adalah wali kelas 3-B, belum juga masuk ke kelas. Padahal bel masuk sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Tumben, padahal Kang In seongseng kan guru paling on time!

Tidak lama Kang In seongseng pun masuk kelas dengan seorang pria tinggi tampan. Sepertinya dia murid baru.

“Selamat pagi semua. Maaf saya terlambat. Ada urusan sebentar. Oh ya, hari ini kita kedatangan murid baru.” Kang In seongseng memulai kata-katanya.

Semua murid terdiam memandang murid baru itu, termasuk JaeJoong. Tampan, sangat tampan. Bahkan lelaki pun pasti mengakui ketampanannya. Tapi kenapa ya, sepertinya JaeJoong tidak asing dengan wajah murid baru itu. Sepertinya dia pernah melihatnya, tapi dimana?

“Oke, silahkan perkenalkan dirimu,” perintah Kang In seongseng pada murid baru itu.



“Lama sekali,” gerutu anak-anak perempuan.

“annyeong. Jung Yun Ho imnida. Kamsahamnida,” pria itu pun memperkenalkan diri dengan sangat singkatnya.

“Ya YunHo, singkat sekali perkenalannya. Jadi begini murid-murid sekalian. YunHo ini adalah pindahan dari Amerika. Mohon bantuan kalian semua ya,” tambah Kang In seongseng.

“Kyaaa, Yun Ho ssi, tampan sekali!” teriak anak-anak perempuan.

“Kyaaa kyaaa,”

“Yun Ho a,”

“oppa…..”

“Waa waaa”

“Hei hei tenang! Jangan ribut! Perkenalan pribadinya nanti saja ya. Oke Yun Ho, kau duduk di… ah itu disana, di sebelah Jae Joong ya,” kata Kang In seongseng.

YunHo pun berjalan ke arah JaeJoong. JaeJoong dan YunHo saling menatap, membuat JaeJoong jadi salah tingkah. ChangMin yang duduk di sebelah Jae Joong menyadari hal itu, dia segera mencubit perut JaeJoong.

“Joongie ya.. lihat apa? Aku cemburu nih..” bisik ChangMin, cemberut.

“Aduh Minnie, jangan salah paham ah. Aku cuma kaget aja waktu seongsengnim bilang dia duduk di sebelah aku.. jangan cemberut gitu donk Minnie..” jawab JaeJoong sambil mengelus pipi ChangMin.

“Hmm, arraseo.. aku percaya kamu Joongie..” ChangMin tersenyum lebar sambil mengelus rambut JaeJoong.

YunHo yang melihat kemesraan JaeJoong dan ChangMin merasa sebal.

Sebelum duduk ia berbisik pada JaeJoong dan ChangMin,
“hey, disini bukan tempat pacaran, disini tempat belajar. Apa kalian tidak punya tata krama?”

“mwo??” ChangMin yang naik darah langsung berdiri, emosi dan hampir saja memukul YunHo, tapi ditahan JaeJoong.

“Min! sudahlah jangan hiraukan anak baru ini, kalo seongsengnim lihat dia bisa marah,” lerai JaeJoong. ChangMin pun menurut. YunHo hanya tertawa terkekeh-kekeh sambil berkata,
“Ouh, so sweet..”

Mereka pun duduk kembali.

“Nah, ayo kita mulai pelajaran hari ini,” Kang In seongseng memulai pelajarannya.

***

(jam istirahat)
YunHo memasuki kantin di sekolah barunya. Dia melihat sekeliling kantin. Wah sepertinya penuh, pikirnya. Tapi tak lama dia melihat kursi kosong di ujung kantin, persis di sebelah tempat duduk JaeJoong dan ChangMin. “Ah, malez banget harus duduk deket mereka berdua,” gumam YunHo. Saat memutuskan untuk pergi tak sengaja dia dan JaeJoong saling bertatapan *lagi*. Tanpa pikir panjang YunHo langsung membuang pandangannya lalu berbalik menuju ke kelas.

“Aish, apa-apaan murid baru itu! Sombong sekali dia! menyebalkan!” gerutu JaeJoong cemberut. Dia tidak menyadari kalo ChangMin di sebelahnya sejak tadi memegang sendok berisi bakso dan siap menyuapinya.

“Ya Joongie ya, pegel nih. Aaa donk..” goda ChangMin.

“Ah maaf Minnie.. Aaa,” jawab JaeJoong manja sambil membuka mulutnya lebar-lebar, membiarkan bakso dari suapan ChangMin masuk ke mulutnya.

“Hehehe..oia kau kenapa tadi menggerutu begitu Joongie?” tanya ChangMin sambil mengambil bakso kedua dari mangkoknya untuk suapan berikutnya pada JaeJoong.

“Itu tadi si anak baru itu, menyebalkan sekali. Tadi dia disana, sepertinya mencari tempat duduk,” jelas JaeJoong sambil menunjuk ke tempat tadi dia melihat YunHo.

“Oh ya? Lalu?” tanya ChangMin sambil menyuapi JaeJoong.

“Ia, lalu nyam nyam, dia itu nyam nyam, tadi nyam nyam,”

“hahaha, Joongie sayang kalau mau cerita itu kunyah dulu baksonya, telan, baru deh cerita. Aku kan jadi ga ngerti, daritadi cuma denger kamu ngunyah doank..nyam nyam nyam, tuh kan lihat jadi belepotan..” ChangMin tertawa sambil mengelus bibir JaeJoong.

“Minnie ya..” JaeJoong tersipu malu.

“Oke udah habis nih. Cerita lagi ya.. jadi gini Minnie, tadi si YunHo disana, sepertinya dia mau duduk di kursi sebelah kita itu, yang kosong. Tapi waktu dia ngeliat aku, dia malah buang pandangan terus pergi deh. Aish, pabo! YunHo pabo! Ah sebel !!!”

“Oh si YunHo itu, sudahlah biarin aja.. cape-cape ngomongin orang ga penting kayak dia, udah bel masuk nih Joong..yuk masuk kelas,” ajak ChangMin lalu menggandeng JaeJoong menuju kelas.

(pulang sekolah)

JaeJoong ditemani ChangMin berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ruang guru. Kang In seongseng menyuruh Jae menghadapnya saat bubar sekolah.

Mereka pun masuk ke ruang guru. Ada YunHo disana. “Aish kenapa aku harus bertemu dia lagi?”gumam JaeJoong.

“Oh Jae, kau sudah datang. Aduh, kau ini menempel terus dengan ChangMin. Tidak berubah sejak lima tahun lalu. Hahaha, langgeng ya..”

“Ia dong seongsengnim. Hehehe,” jawab JaeJoong sambil merangkul ChangMin.

“Cih,” gumam YunHo.

“ah begini Jae, YunHo ini kan murid baru. Jadi untuk perkenalan lingkungan sekolah selama seminggu ini, kau yang bantu dia ya,” ujar Kang In seongseng.

“Eh? Aku? Aduh seongsengnim, kenapa musti aku?kan masih ada Eun Hyuk, ketua kelas kita..” protes JaeJoong kesal.

“Ya mau bagaimana lagi..Eun Hyuk kan sedang sakit, dia masih dalam perawatan. Jadi kamu sebagai wakil ketua kelas yang baik, bantulah seongsengnim’mu yang tampan ini ya..” ucap Kang In seongseng dengan wajah memelas.

“Wah seongsengnim, saya pikir anda galak. Tapi ternyata bisa bercanda juga ya,” YunHo tiba-tiba menimpali.

“Oh tentu saja YunHo, kalau di depan murid itu harus jaim & tegas supaya mau diatur. Lagipula jaim terus kan tidak baik, nanti saya bisa cepat tua, haha” jawab Kang In seongseng sambil tertawa.

“Ya seongsengnim.. ini bukan saatnya bercanda,” JaeJoong yang merasa tidak dipedulikan daritadi pun memulai protesnya lagi.

“Ayolah Jae, cuma kamu yang bisa gantiin Eun Hyuk, oke? Oke sudah diputuskan! YunHo, besok kau minta tolong pada JaeJoong saja ya. Oke saya tinggal dulu, kebelet nih,” jawab Kang In seongseng tanpa membiarkan JaeJoong protes untuk yang ketiga kalinya. Dengan terburu-buru Kang In seongseng pun keluar dari ruangan. JaeJoong diam mematung. ChangMin berusaha menghibur JaeJoong, sedangkan YunHo mendelik melihat JaeJoong dan ChangMin.

“Ya sudah. Aku mau pulang. Hei Jun, besok jangan lupa antar aku keliling sekolah ini, kalau tidak aku laporkan Kang In seongseng!” YunHo pun keluar dari ruangan.

“Ya! Namaku Joong, Jae Joong, bukan Jun! Aish!” teriak JaeJoong kesal.

“Sudahlah, ayo kita pulang saja Joongie..” ajak ChangMin. Mereka pun pulang.

***
(malam hari di rumah JaeJoong)

JaeJoong cemberut di depan televisi dengan segenggam cemilannya. Dia terlihat masih kesal dengan kejadian di sekolahnya tadi siang.

“Aish menyebalkaaannn !!!” Jae melempar snacknya ke arah pintu masuk rumahnya. Pada saat yang bersamaan, YooChun appa yang saat itu baru pulang kerja membuka pintu masuk dan ups…snack JaeJoong yang tadi dilempar tepat mengenai wajah YooChun! Isi snack pun berhamburan kemana-mana, mengotori baju YooChun.

“JaeJoong ya! Wae! Kamu kenapa sih? Lihat baju appa jadi kotor semua!” YooChun appa terlihat sangat marah.

“Appa, mianhae.. maaf appa, aku ga lihat ada appa tadi..” jawab JaeJoong sambil menghampiri YooChun dan berusaha membersihkan ‘bekas’ cemilan.

“Aigoo ada apa ini? Omo, Chunnie-ku, kenapa kau kotor begitu?” JunSu umma yang datang langsung saja mengelus-elus YooChun.

“Anakmu ini Junnie. Dia tadi melempar snack ke mukaku,” jawab YooChun dengan gaya yang sangat manja, ingin dielus JunSu *lagi*.

“Mwo?” JunSu umma melihat ke arah JaeJoong.

“Aniya umma, aku gak sengaja! Appa, aku ga sengaja, kan aku udah minta maaf tadi,” JaeJoong tidak kalah memelas.

“Ah kau ini Joongie, lihat kan appa-mu jadi kotor begini, sini aku bersihkan Chunnie..” kata JunSu sambil memeluk dan memberi kecupan pada YooChun.

“Ya umma,appa! Jangan mesra-mesraan di depan aku donk..” Jae menimpali.

“Aduh kau ini Jae. Padahal kan biasanya kau dan ChangMin yang mesra di depan umma dan appa. Sekarang giliran umma donk. Ia kan appa,” jawab JunSu umma sambil melirik YooChun appa.

“Tentu saja dolphin-ku,” jawab YooChun sambil memeluk JunSu umma.

“Ya! Umma! Appa! Aish,” Jae pun pergi meninggalkan umma dan appa-nya, kesal.

“Kenapa dia? sejak tadi kelihatannya kesal,” tanya YooChun appa pada JunSu umma.

“Mullaso. Gak tau tuh, sejak pulang sekolah dia begitu,” jawab JunSu umma.

***

Keesokan harinya, hari-hari menyebalkan bagi JaeJoong pun dimulai..

(jam istirahat di sekolah)

JaeJoong dan ChangMin bersiap-siap pergi ke kantin. Tiba-tiba YunHo datang menghampiri mereka. Dia lansung saja memegang dan menarik tangan JaeJoong, membuat ChangMin marah.

“Ya YunHo! Apa-apaan kau? Lepaskan tangan JaeJoong!”

“Apa kau lupa? Jun selama seminggu ini kan jadi milikku,” jawab YunHo santai.

“Hei sudah kubilang aku ini JaeJoong bukan Jun!” JaeJoong terlihat sangat kesal.

“Ya ya ya apapun itu. Jon, ayo antar aku keliling sekolah sekarang,” YunHo langsung saja menarik JaeJoong tanpa mempedulikan ChangMin yang sejak tadi menggerutu padanya.

-ChangMin POV-

“Minnie ya, jangan marah ya.
Ini sudah tanggung jawabku, aku harus menemani anak ini keliling sekolah..
Sebenarnya aku tidak mau, tapi ya mau bagaimana lagi..
Nanti aku kasih kabar lagi yah,
With love, Joongie”

Sms JaeJoong masuk ke hp-ku. Aku mengambil nafas panjang dan mendesah. Hah, sejak ada YunHo, aku dan JaeJoong jadi jarang bersama. Tapi ya sudahlah, yang penting hubunganku baik-baik saja. Toh aku percaya pada Jae..

Ah ya, aku lupa. Aku kan harus meminjam buku catatan Si Won. Dia kan paling lengkap catatannya. Lumayan, untuk bahan belajar bersamaku dengan JaeJoong.. Hehehe.. Aigoo kenapa aku bisa lupa..

Aku pun pergi meninggalkan kelas.

-End ChangMin POV-

Di tempat lain…

JaeJoong dan YunHo sedang berjalan di tangga koridor menuju lantai 3. JaeJoong menutup handphone-nya. Dia baru saja selesai mengirim sms pada ChangMin. Tiba-tiba YunHo menepuknya,

“Ya Jon! Saat bersamaku kau tidak boleh memegang hp!” YunHo berkata pada JaeJoong sambil merampas handphone-nya.

“Mwo? Omona, apa-apaan kau? Pertama kau selalu salah menyebut namaku, sekarang kenapa kau malah seenaknya membuat peraturan seperti itu? Andwe, tidak bisa! Kembalikan hp-ku!” Jae yang marah berusaha merebut hp-nya kembali.

“Tentu saja tidak boleh! Kalau kau memegang hp, pasti kau akan terus sms pacarmu itu, lalu aku di’cuek’in, terus kau akan menyuruhku keliling sendirian, ia kan?! Tidak boleh pokoknya!” YunHo berusaha menjauhkan hp JaeJoong dari pemiliknya.

“Hei kembalikan hoy hoy hoy,” Jae tetap berusaha merebut.

Tiba-tiba JaeJoong terpeleset dari tangga dan hampir saja terjatuh! Untung saja YunHo segera menarik tangan JaeJoong, jadi Jae tidak jadi jatuh. Tapi, ups…

YunHo menarik tangan JaeJoong dan menarik tubuh JaeJoong ke pelukannya agar Jae tidak jatuh. Tiba-tiba terjadi sedikit ‘kecelakaan’.

*cup*

Tarikan YunHo terhadap tubuh JaeJoong membuat bibirnya tepat menyentuh bibir JaeJoong dan memberi dekapan ‘refleks’ padanya. JaeJoong pun tak bisa mengelak, karena sedikit saja dia bergerak, dia pasti jatuh. 15 detik Yunho dan JaeJoong bertahan dengan posisi seperti itu, JaeJoong pun melepas dekapan YunHo. Dia menutup bibirnya dengan tangannya seakan tidak percaya, lalu pergi meninggalkan YunHo. YunHo hanya bisa menunduk lemas. Tanpa mereka sadari seseorang telah melihat mereka berdua..

(di rumah JaeJoong)

-JaeJoong POV-

Aku tidak bisa melupakan kejadian di tangga sekolah tadi siang. Aku dan YunHo berciuman! Dan itu adalah ciuman pertamaku.. Selama aku pacaran dengan ChangMin, aku bahkan tidak pernah mencium bibirnya, aku hanya berani mencium pipinya dan memeluknya, hanya sebatas itu saja. Tapi kenapa ciuman pertamaku dengan YunHo? Bukan dengan ChangMin, pacarku?

Saat YunHo menciumku tadi, aku tidak bisa mengelak, kenapa? Yah, minimal kan aku harusnya menampar YunHo tadi. Tapi kenapa tanganku ini malah kaku, tidak bisa melayangkan tamparan ke wajah YunHo? Aku malah berdebar-debar, gugup, seakan aku sudah menantikan kejadian ini sejak lama. Ada apa denganku? Kenapa aku begini?

“Ayolah JaeJoong, itu hanya kebetulan karena YunHo tadi berniat menyelamatkanmu supaya tidak jatuh..” pikirku sambil menepuk-nepuk kepala.

“Tapi kalau memang benar hanya berniat untuk menyelamatkanku, dia kan bisa menarikku ke sampingnya, tidak harus ke pelukannya. Dan saat berciuman tadi harusnya kan dia juga mengelak, tapi kenapa tidak? Apa sih yang dipirkan anak itu? Jangan-jangan dia suka padaku?” protes batinku yang lain.

“Ah tidak mungkin. Dia kan membenci aku dan ChangMin, mana mungkin dia menyukaiku?” batinku terus bertengkar.

Aish, kenapa aku jadi memikirkan dia terus!!!

Aku pun menyandarkan kepalaku di atas meja, tidak mempedulikan sekitarku. Tiba-tiba seseorang menjitak kepalaku, keras sekali!

“adawww,” aku mengelus kepalaku.

“Rasakan! Itu akibatnya kalau kau tidak menyimakku ngomong daritadi..” ChangMin tertawa terkekeh-kekeh.

“Minnie ya! Sakit tau..” aku terus mengelus kepalaku yang benjol karena jitakan ChangMin.

“Hehehe, maaf deh Joongie. Habis kamu daritadi gak nyimak aku ngomong sih. Kamu kenapa? Lagi ada masalah ya? Sepertinya kamu lagi mikirin sesuatu daritadi..” ChangMin ikut mengelus ‘bekas’ jitakannya di kepalaku.

“Aku..”

“Ah aku tau! Kamu pasti lagi mikirin coklat apa yang bakal kamu kasih ke aku saat Valentine besok kan! Ah Joongie sayang, aku jadi terharu.. ah pas sekali, Valentine tahun ini kan hari Minggu. Kalau begitu kita kencan ya! Aku akan menunggumu di taman biasa, jangan telat yah!” ChangMin memotong pembicaraanku.

Ah ya, besok Valentine. Astaga kenapa aku bisa lupa? Aku harus membuat coklat untuk ChangMin, dia kan sangat suka coklat buatanku.

“Ah ya, emh, ya tentu saja,” aku menjawabnya dengan sedikit terbata-bata. Walau bagaimanapun aku masih tetap kepikiran dengan kejadian tadi siang.. aku selalu merasa bersalah pada ChangMin setiap ingat kejadian itu.

“Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu ya Joongie. Aku tidak akan mengganggumu membuat coklat, hehehe.. Bye Joongie-ku,” ChangMin mencium keningku lalu buru-buru pamit pulang. Sepertinya dia sedang menghindari sesuatu. Aku hanya mengangguk pelan, lalu menunduk.

“Maafkan aku Minnie, aku tidak bisa menceritakan semua ini padamu, maaf..” batinku dalam hati.

Setelah ChangMin pulang, aku pun segera pergi ke dapur. Aku harus membuat coklat yang paling enak untuk ChangMin..

-End JaeJoong POV-
(hari Valentine)

JaeJoong menunggu ChangMin di taman tempat biasa mereka bertemu. Hampir satu jam sudah dia menunggu. Tumben, biasanya ChangMin tidak pernah telat, bahkan dia selalu datang lebih awal dariku, pikir JaeJoong. Tak lama seseorang menepuknya dari belakang. JaeJoong berbalik, namun tidak ada siapa-siapa disana. Hmm, aneh.

JaeJoong kembali berbalik, dan ChangMin sudah berdiri tepat di hadapannya, membuat dirinya kaget.

“Minnie ya, kau ini mengagetkanku saja. Lama sekali kau baru datang..” JaeJoong mengeluh.

“Joongie ya, maaf ya.. sebagai permintaan maaf, aku punya hadiah buat kamu, ayo tutup matamu sekarang,” pinta ChangMin. JaeJoong pun menurut.

Tidak lama..

“Oke, sekarang buka matamu,”

JaeJoong membuka matanya, dan sontak kaget. Seikat bunga mawar putih sekarang ada di hadapannya. Ya, JaeJoong memang sangat suka mawar putih, dan sekarang ChangMin memberikan itu untuknya? Waw, dia terlihat sangat bahagia.

“Minnie ya, ini sangat cantik.. Aku suka sekali. Darimana kau tahu aku suka mawar putih?”

“Joongie, aku tahu segalanya tentangmu. Bahkan yang kau tidak tahu pun aku pasti tahu, karena aku mencintaimu,” jawab ChangMin sambil memegang tangan JaeJoong. “Nah, ini terimalah untukmu,”

“Terima kasih Min…” belum selesai JaeJoong berbicara, ChangMin memotongnya, dan menarik kembali bunga mawar putih itu sebelum JaeJoong sempat menerimanya. “Eits tunggu dulu,”

“Eh?” JaeJoong heran.

“Di sela-sela bunga ini ada kejutan kedua untukmu. Kau harus mencarinya sampai ketemu ya! Kalau tidak ketemu, bunga ini harus dikembalikan padaku,” kata ChangMin, membuat JaeJoong penasaran.

“Eh? Kejutan lagi?”

“Yap, ayo cari! Ini bunganya. Harus ketemu ya,” ChangMin menyerahkan bunga itu pada JaeJoong.
JaeJoong pun menerima bunga itu dan segera mencari. Dia sibuk mengotak-atik bunga itu, sementara ChangMin berdiam di belakang pohon, menulis sesuatu disana tanpa JaeJoong tahu.

Saat JaeJoong sedang mencari, tiba-tiba dia melihat sesuatu yang berkilau di sela-sela kelopak bunga. Indah, pikirnya. Dia segera mengambil sesuatu itu, dan dia kembali tertegun, kaget.

Sebuah kalung emas putih yang sangat cantik berada dalam genggaman tangannya sekarang. Kalung cantik itu berinisial J, dengan desain yang unik. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menyukainya. JaeJoong seakan tidak percaya melihat semua kejutan yang diberikan ChangMin padanya.

“Bagaimana? Bagus kan? Aku yakin kau pasti akan menyukainya. Sini aku pakaikan,” ujar ChangMin sambil mengambil kalung itu dan memasangkannya di leher JaeJoong.

“Minnie ya.. ini pasti mahal, darimana kau punya uang untuk membeli ini?” tanya JaeJoong.

“Sudahlah jangan pikirkan itu. Itu tidak penting. Yang penting aku bisa membuatmu bahagia, itu sudah lebih dari cukup,” ChangMin tersenyum pada JaeJoong. JaeJoong melihat ketulusan pada diri ChangMin, lebih tulus dari hari-hari biasanya. Sangat tulus. Lebih hangat dari biasanya.

“Minnie ya.. terima kasih, jeongmal gomawo..” JaeJoong menitikkan air mata.

ChangMin pun memeluk JaeJoong, “jangan menangis Joongie-ku.. aku melakukan ini bukan untuk membuatmu sedih, tapi aku ingin kau tahu, betapa aku sangat mencintaimu.. aku bisa tenang kalau sudah menunjukkan rasa cintaku padamu.. jangan menangis lagi ya,” ChangMin mengusap kepala JaeJoong dengan penuh kasih sayang.

“Aku juga mencintaimu Minnie,” isak JaeJoong.

“Sudah ah jangan menangis lagi. Nah, sekarang mana coklat untukku? Hehehe,” ChangMin melepas pelukannya dan membuka tangannya, meminta coklat pada JaeJoong, seperti seorang anak yang merengek meminta dibelikan balon pada ibunya.

“Ah ya hampir saja aku lupa,” JaeJoong menghapus air matanya dan mengambil bungkus coklat berbentuk hati dari tasnya. Coklat itu diberi pita warna merah, warna kesukaan ChangMin. Cantik sekali.
“Ini,”

“Hehehe terima kasih Joongie.. Wah, cantik sekali tampilannya.. Aku suka, gomawo,” jawab ChangMin sambil mengecup kening JaeJoong.

“Sama-sama Minnie,” jawab JaeJoong sambil memeluk ChangMin.

“Nah Joongie, ayo kita berjanji! Bulan depan saat White Day, kita bertemu lagi disini. Jam 11 ya! Aku pasti akan membalas coklat pemberianmu ini dengan lebih spesial! Kau harus datang ya!” kata ChangMin.
(note: White Day itu kebiasaan yang biasa dipakai oleh para remaja di Jepang, dimana bila kita memberi coklat saat Valentine Day 14 Februari, maka bulan berikutnya kita juga harus membalas, sebagai ucapan terima kasih. Nah aq memakai kebiasaan itu di cerita ini^^)

“Ya, aku janji,” janji JaeJoong.

Akhirnya kami berdua pun kencan seharian, mengitari kota Seoul yang ramai. Banyak pasangan yang juga tidak mau melewatkan hari Valentine ini bersama kekasihnya. Tak terasa malam pun tiba, saatnya untuk pulang.

ChangMin mengantar JaeJoong sampai depan rumah. Hari itu sangatlah berarti untuk JaeJoong, apalagi untuk ChangMin. Setelah itu ChangMin pun pulang ke rumahnya.

Saat akan memasuki rumah, seseorang memanggil JaeJoong.

“Hei Jon!”

JaeJoong menoleh. Sepertinya dia mengenal suara itu. Dan ah, siapa lagi yang memanggilnya Jon? Hanya ‘dia’ yang memanggilnya seperti itu.

“Oh, YunHo ya. Ngapain kamu kesini? Dan, darimana kau tau rumahku? Kau menguntit ya?” tanya JaeJoong curiga.

“Enak saja! Tampang tampan seperti aku ini masa dibilang penguntit sih! Aku hanya kebetulan lewat saja. Memangnya kau pikir aku sengaja mau menemuimu? Haha jangan mimpi kau,” jawab YunHo dingin.

“Lalu mau apa kau kesini?” tanya JaeJoong lagi.

“Ah, itu.. Jon, bisa kau ikut aku sebentar?” pinta YunHo. Raut wajahnya berubah menjadi hangat.

“Hei sudah kubilang aku ini JaeJoong bukan Jon! Lagipula untuk apa aku ikut kau? Mencurigakan sekali,” jawab JaeJoong. “Apa orang ini akan balas dendam padaku gara-gara ciuman yang kemarin itu?” pikir JaeJoong.

“Baiklah JaeJoong! Kim JaeJoong! Ayolah, kumohon, ikut aku sebentar saja. Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu,” pinta YunHo sekali lagi. “Wah, dia tahu nama lengkapku,” pikir JaeJoong. Wajah YunHo terlihat sangat memelas. JaeJoong jadi tidak tega melihatnya.

“Aigoo, kau ini kenapa sih, aneh sekali. Baiklah, tapi jangan lama-lama ya. Dan satu lagi! Kau jangan macam-macam padaku! Awas kau!” ancam JaeJoong.

“Ya ya arasso..”

YunHo pun mengajak JaeJoong ke sebuah taman, tidak jauh dari rumah JaeJoong. Taman yang sangat berarti buat JaeJoong jika dia ingat masa lalunya di tempat ini. Mereka pun duduk di bangku taman, terdiam. JaeJoong sesekali melirik ke arah YunHo. Dia tampak sedang asyik menikmati langit malam itu.

“Jadi apa yang…” Jae menghentikan kata-katanya ketika YunHo momotongnya.

“Ah, kangen banget aku dengan tempat ini. Di sini banyak sekali kenangan indah dengan cinta pertamaku,” YunHo memulai kata-katanya.

“Ya, ini juga tempat yang sangat berarti bagiku,” timpal JaeJoong.

“Eh? Tunggu, kau bilang ini tempat kenanganmu? Bukannya kau katanya tinggal di Amerika?” JaeJoong yang menyadari keanehan langsung saja bertanya pada YunHo.

“Hmm.. dulu aku tinggal di Korea. Tepatnya lima tahun yang lalu, saat aku masih kelas 1 SMP. Tapi ayahku dipindahkan dari pekerjaannya di Korea ke Amerika selama 5 tahun. Ayah ingin semua keluarganya juga ikut menemani. Karena itulah keluargaku semua pindah ke Amerika,” cerita YunHo.

“Oh begitu. Jadi dulu kau sempat tinggal disini. Pantas bahasa Koreamu lancar,” timpal JaeJoong, YunHo mengangguk.

“Ya begitulah. Dulu aku sering bermain di taman ini,bermain dengan teman-temanku. Saat itu aku menolong seseorang yang aku cintai. Dia adalah cinta pertamaku, dan itu saat pertama aku muncul di hadapannya, karena aku malu jika bertatapan dengannya langsung. Tapi sayang aku tidak bisa mengenalnya lebih jauh karena aku harus pindah ke Amerika. Saat di Amerika, aku selalu memikirkannya. Bahkan semua gadis yang menyukaiku disana aku tolak, karena aku percaya aku akan bertemu lagi dengan cinta pertamaku itu. Dan aku juga yakin kalau dia juga mencintaiku. Dan sekarang aku sudah kembali ke Korea, aku ingin menjemputnya,”

JaeJoong menatap kesedihan dan kerinduan yang ada di wajah YunHo. Ternyata dibalik sifatnya yang menyebalkan, terdapat pula sisi baik dan kelembutan dalam dirinya. Entah kenapa rasanya JaeJoong sangat merasakan kerinduan yang dirasakan oleh YunHo.

Tiba-tiba YunHo memegang kedua tangan JaeJoong, membuat JaeJoong kaget. Tapi anehnya, JaeJoong sama sekali tidak menolak.

“Jae Joong a. maukah kau kembali padaku?” tanya YunHo.

“Apa? Aku? Kenapa aku?” tanya JaeJoong heran.

“Karena kaulah cinta pertamaku. Apa kau sudah benar-benar melupakanku, boojae?” jawab YunHo sambil menatap kedua bola mata JaeJoong.

“Boojae? Astaga, kau??” JaeJoong menutup mulutnya tidak percaya. Dia pun teringat kembali masa lalunya..

*flashback*
(5 tahun yang lalu di taman yang sama, saat JaeJoong baru kelas 1 SMP)

-JaeJoong POV-

“Kembalikan tasku aku mohon! Disana ada rajutan pemberian ibuku, aku mohon kembalikan..” aku berusaha merebut tasku dari SungMin, Hee Chul dan Lee Teuk. Mereka adalah tiga anak orang kaya yang selalu menggangguku.

“Apa? Rajutan? Hei teman-teman, ternyata si JaeJoong ini anak tukang rajut! Hahaha,” Hee Chul tertawa. SungMin dan Lee Teuk pun ikut tertawa.

“Hahaha dasar keluarga miskin. Anak miskin tidak pantas sekolah di sekolahan mewah, kau tau itu?” SungMin mendorongku sampai terjatuh. “Hahaha lihat, sekali dorong saja jatuh dia!”

“Tentu saja! Orang miskin kan ga punya kekuatan,” Lee Teuk menimpali.

“Hahahaha,” mereka kembali tertawa.

“Aku kan masuk sekolah ini karena beasiswa, jangan menyalahkan keadaan ekonomi keluargaku! Aku punya prestasi disini!” Aku berusaha melawan mereka bertiga.

“Oh, jadi kau mau melawan ya. SungMin, coba kau keluarkan rajutan dari tas si JaeJoong! Kita beri pelajaran dia,” perintah lee Teuk.

“Jangaannn…” aku berusaha melawan, tapi Lee Teuk dan Hee Chul memegangku dengan sangat kuat. Mereka tidak membiarkan aku mendapatkan tasku kembali.

“Oh lihat, warnanya pink! Warna perempuan! Cih,” SungMin mengeluarkan rajutan dari tasku dan menunjukkannya pada Lee Teuk dan Hee Chul.

“Cih, ayo kita bakar!” teriak Lee Teuk.

“Ayo!” Hee Chul dan SungMin tampak sangat bersemangat. Lee Teuk mengeluarkan korek api dari saku celananya, menyalakannya, kemudian.. byarr, rajutan pun terbakar di hadapanku.

“Tidaaaakk.. Jangaaaannn,” aku berteriak.

“Hahaha percuma! Dalam waktu kurang dari lima menit, rajutan ibumu ini akan menjadi abu. Dan aku tidak punya tongkat sihir untuk mengubahnya seperti semula, gimana donk? Hahaha,” ledek Hee Chul padaku.

Tiba-tiba seorang anak laki-laki seumuran mereka datang menghampiri.

“Hei apa yang kalian lakukan? Cepat pergi dari sini! Atau aku akan lapor polisi!” teriak anak itu pada mereka bertiga.

“Wah ada pangeran kesiangan nih, kabur yuukk teman-teman..hahaha,” ledek Lee Teuk. Mereka pun pergi dari tempat itu.

Aku menghampiri rajutan pemberian umma yang sudah hangus terbakar. Aku pun menangis.
“Bagaimana aku mengatakan hal ini pada umma, umma JunSu pasti marah..”

Anak laki-laki tadi menghampiriku dan memakaikan sweaternya padaku.

“Kau tidak apa-apa? Jangan menangis lagi..ini aku berikan sweaterku, sebagai ganti rajutanmu yang terbakar,” kata anak itu berusaha membuatku tenang.

“Tapi, aku.. aku..” aku masih terisak-isak.

“Sudahlah, semua akan baik-baik saja. Percayalah padaku, ibumu pasti akan mengerti..” kata-kata anak itu membuatku merasa lebih tenang. Aku pun berhenti menangis.

“Terima kasih ya. Kau baik sekali,” aku tersenyum padanya. Dia tampan dan baik hati, pikirku.

“Sama-sama boojae,” ujarnya.

“Boojae? Tapi namaku JaeJoong,” kataku.

“Ya aku tahu itu. Tapi aku ingin memanggilmu boojae, boleh kan? Itu panggilan khusus dariku supaya kau tidak sedih lagi,” anak itu tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya. Tuhan, aku menyukai anak ini..

“Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya,” anak itu mengelus kepalaku, berdiri lalu berbalik dan pergi.

“Ah tunggu, namamu siapa?” teriakku.

Anak itu berbalik dan hanya memberiku senyuman yang tulus dan hangat, kemudian dia kembali berbalik dan pergi meninggalkanku. Dialah, cinta pertamaku..

Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Padahal aku selalu menunggunya di taman ini, tapi dia tidak pernah datang lagi. Tuhan, apa takdirku bertemu dengannya hanya waktu itu saja? Aku ingin bertemu dengannya lagi Tuhan..

Saat sedang sedih di bangku taman, ChangMin, sahabatku dari kecil, berusaha menghiburku. ChangMin tahu semuanya. Ya, aku selalu bercerita padanya, termasuk tentang cinta pertamaku itu. Saat itu ChangMin berkata,
“Joongie..jangan sedih lagi. kalau kau sedih aku juga ikut sedih. Kan masih ada aku.. Aku bisa menggantikan dia di hatimu, untuk menghiburmu dan menemanimu kapanpun kau mau.. aku sayang padamu Joongie, melebihi seorang sahabat. Kau mau kan meluangkan hatimu itu untukku? Aku janji aku tidak akan membuatmu sedih,”

Aku tertegun saat ChangMin mengutarakan perasaannya padaku. Aku pun berpikir, aku tidak mungkin selamanya terpuruk seperti ini. Dunia ini luas, tidak mungkin aku dapat menemukan cinta pertamaku itu. Mungkin takdirku dengannya hanya sampai disini saja. Ya, sampai disini saja. Lagipula masih ada ChangMin yang selalu ada disampingku. Akhirnya aku pun memutuskan untuk menerima perasaan ChangMin, dan kita pun pacaran.

Hingga sekarang.. sampai aku bertemu lagi dengan cinta pertamaku ini..

*end flashback & JaeJoong POV*

JaeJoong terdiam melongo, memandang YunHo yang sejak tadi terus memegang tangannya erat. Dihadapannya kini mucul sesosok pria yang tidak lain ternyata adalah cinta pertamanya.
YunHo memeluk JaeJoong dengan erat. JaeJoong tidak bisa mengelak. Dia masih tidak percaya, cinta pertamanya telah kembali. Ya, cinta pertamanya yang dulu sempat menghilang. Pantas saat bertemu YunHo di kelas, dia merasa tidak asing dengan wajahnya. JaeJoong membalas pelukan YunHo, erat.

“Jadi waktu itu, kau menghilang karena…” JaeJoong memastikan.

“Ya. Saat itu aku keburu pindah ke Amerika, dan aku belum sempat memberitahumu. Maafkan aku karena aku tiba-tiba menghilang. Tapi sekarang aku sudah kembali Boojae..aku kembali untukmu..” YunHo memeluk JaeJoong semakin erat.

“Tapi,” JaeJoong melepas pelukan YunHo. “Sekarang aku sudah punya ChangMin. Bahkan kami sudah bertunangan dan akan segera menikah. Kau terlambat Yun.. aku..” air mata JaeJoong mulai keluar.

“Boojae,” YunHo menggenggam tangan JaeJoong. “apa selama ini begitu mudahnya kau melupakanku? Aku tau kau hanya mencintaiku. Sekarang aku kembali untuk menjemputmu, aku mohon kembalilah..”

“Sudahlah YunHo, ini tidak boleh..tidak boleh..tidak boleh..andwe..andwe..andwe,” JaeJoong melepas genggaman YunHo dan pergi meninggalkan YunHo sambil menangis.

“BooJae a,” teriak YunHo, namun JaeJoong tetap berlari dan menghilang di ujung jalan. YunHo pun terduduk lemas di kursi taman. Air matanya pun mengalir. “Kenapa harus begini..” batinnya.

***
(di rumah JaeJoong)
-JaeJoong POV-

Aku membanting pintu kamarku dan menangis sejadi-jadinya. Tuhan, kenapa ini harus terjadi.. Kenapa cinta pertamaku datang lagi disaat aku sudah memiliki orang lain.. Wae..

Aku teringat dengan sweater yang dulu diberi oleh YunHo. Ya, aku memang masih menyimpannya sampai sekarang. Kubuka lemari pakaianku, meraba sudut lemari dan mengambil sweater itu dari sana. Aku memeluk sweater itu dengan hangat. Kenangan itu terus muncul dikepalaku, terngiang-ngiang di pikiranku. Tuhan, apa yang harus aku lakukan.. cintaku, cinta pertamaku, dia sudah kembali..

-end JaeJoong POV-
(keesokan harinya di sekolah)

“Hei JaeJoong a, kenapa wajahmu pucat begitu? Kau sakit?” tanya Eun Hyuk.

“Oh, Eun Hyuk a. kau sudah sembuh ya..”

“Hei kau ini. Aku tanya kau kenapa Jae.. oh iya mana ChangMin? Tumben kalian gak bareng, lagi ada masalah ya?” tanya Eun Hyuk lagi.

JaeJoong terdiam sesaat.

“Eun Hyuk a..” JaeJoong mulai bicara.

“Hmm?”

“Apabila kau menemukan cinta pertamamu saat kau sudah bersama yang lain, apa yang akan kamu lakukan?” tanya JaeJoong.

“Hmm.. Kalau aku, tentu saja aku akan memilih cintaku yang sekarang. Walaupun cinta pertama itu penting, tapi bukan berarti aku harus meninggalkan cintaku yang sekarang hanya untuk cinta pertama. Yang lalu biarlah berlalu, tidak akan pernah kembali. Itu hanya akan menjadi kenangan yang tidak bisa diulang kembali. Jalani saja yang sekarang dan lupakan masa lalu,” jawab Eun Hyuk mantap.

“Begitu ya,” JaeJoong menarik napas panjang.

“Jae, setiap orang punya pemikirannya masing-masing. Tadi itu pemikiranku. Saranku, ikutilah kata hatimu, jangan ikuti egomu. Hanya hatimu yang dapat membawamu menuju kebahagiaan yang kau inginkan. Percayalah padaku,” Eun Hyuk merangkul JaeJoong, berusaha memberikan support padanya.

“Ya aku mengerti. Gomawo Eun Hyuk a..” JaeJoong tersenyum pada Eun Hyuk. Hanya Eun Hyuk yang selalu bisa membuat dirinya merasa tenang. Ya, Eun Hyuk memang tempatnya berkeluh kesah jika sedang ada masalah. Eun Hyuk sahabat terbaiknya.

“Sama-sama Jae. Oh ya tentang murid baru itu, apa kau mau aku menggantikanmu menemaninya keliling sekolah? Aku kan sudah sembuh sekarang,” tanya Eun Hyuk.

“Aniya, gwenchana.. nanggung, aku saja Hyukkie..” jawab Jae Joong cepat. Entah mengapa dia jadi bersemangat.

“Oh begitu, baiklah. Kalau ada apa-apa kau panggil aku saja ya. Ya sudah kalau begitu, aku kembali ke kursiku ya. Bel masuk kan baru saja bunyi,” Eun Hyuk pun pergi.

“Oke,”

-JaeJoong POV-
Yosh! Aku sudah mengambil keputusan sekarang. Meskipun aku senang YunHo telah kembali, tapi aku kan sudah punya ChangMin. Aku tidak boleh mengecewakannya.. eh tunggu dulu, tapi ChangMin kemana ya? Kenapa dia tidak masuk hari ini? Apa dia sakit? Dan, astaga.. YunHo juga tidak masuk! Apa dia marah karena aku meninggalkannya kemarin? Aduh kemana mereka ini?

Tiba-tiba handphone-ku bergetar. Ada telepon masuk. YunHo??

Aku pun mengangkat telepon YunHo, “Nde YunHo a,”

“Boojae a..boojae a.. boojae a..” suara YunHo terdengar sangat lemas.

“YunHo a, ada apa? Kau kenapa? Ya YunHo!” aku berteriak, teman-teman sekelas melihat padaku.

Tiba-tiba seseorang berbicara di ujung telepon, tapi bukan YunHo.

“Maaf, apa anda temannya YunHo? Kami dari Rumah Sakit Seoul. Seseorang menemukan YunHo pingsan ditengah jalan dan membawanya kemari. Dia terus menyebut nama anda, karena itu saya berusaha menghubungi anda saat pria ini siuman tadi. Saya harap anda bisa kesini secepatnya,” kata pria di ujung telepon.

Aku tersentak kaget. Handphone-ku kubiarkan terjatuh. YunHo.. YunHo.. YunHo.. Hanya dia yang kini ada di dalam otakku. Tanpa pikir panjang aku pun langsung pergi meninggalkan kelas. Aku tidak peduli pada teman-temanku yang berteriak memanggilku. Aku hanya ingin melihat keadaan YunHo sekarang..
-End JaeJoong POV-

JaeJoong sampai di Rumah Sakit Seoul, dan langsung mencari kamar UGD. Sampai disana, dia mencari sosok YunHo di setiap tempat tidur, berharap ia menemukan YunHo yang terbaring disana. Tiba di ujung ruangan, akhirnya ia pun melihat YunHo. JaeJoong segera berlari dan memeluk YunHo yang masih terbaring lemah.

“Boojae a..kau datang..” YunHo berbisik lemah pada JaeJoong.

“Tentu saja aku datang YunHo a.. Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku.. Kumohon jangan begini..” JaeJoong mulai menitikkan air mata.

“Jangan khawatir Boojae. Dokter bilang aku hanya demam.. Aku kecapean, terlalu banyak pikiran, jadi aku hanya perlu banyak istirahat,” YunHo berusaha membuat JaeJoong tenang.

“YunHo a..” JaeJoong pun melepas pelukannya dan duduk di samping YunHo. “Aku akan menemanimu disini sampai kau sembuh..”

Tiba-tiba seorang pasien datang dan dibawa ke sebelah tempat tidur YunHo. Sayang mereka tidak bisa melihat pasien itu karena masing-masing kamar ditutup oleh gorden. Pasien itu mengerang kesakitan. JaeJoong penasaran ingin melihatnya, tapi banyak sekali dokter yang mengerubuninya untuk memberi pertolongan. Samar-samar dia mendengar dokter itu berbicara, “Penyakitnya sudah sangat gawat. Dia hanya bisa bertahan sebulan.. Kasihan sekali anak ini.. padahal dia masih SMU, masih muda..”

Sesaat JaeJoong melihat pria yang sedang mengerang itu melihat ke arahnya. Mata yang hangat. JaeJoong seperti tidak asing dengan sepasang mata hangat itu. Dia seperti mengenalnya, tapi siapa dia? Saat sedang berusaha mengingat, YunHo memanggilnya.

“Boojae, ada apa?”

“Ah, tidak apa-apa Yun,” jawab JaeJoong dan kembali duduk disamping YunHo.

***

Keesokan harinya YunHo sudah masuk sekolah seperti biasa. Tapi ChangMin masih belum masuk sekolah. JaeJoong sudah berusaha menghubunginya semalaman, tapi tidak bisa. Ada apa dengan ChangMin?

Dibalik menghilangnya ChangMin, YunHo dan JaeJoong malah semakin dekat. Semalam JaeJoong mengantarkan YunHo pulang ke rumahnya. Dan bahkan tadi pagi mereka pergi ke sekolah bersama. JaeJoong berpikir, semua yang ia lakukan pada YunHo saat ini mungkin adalah yang terakhir, karena dia sudah memutuskan untuk tetap bersama ChangMin. Jadi saat ChangMin kembali sekolah nanti, saat itu juga dia akan meninggalkan YunHo. Dia berjanji kalau ChangMin kembali ke sekolah, ia akan menceritakan semuanya pada ChangMin. Dan ia percaya ChangMin akan mengerti dirinya.

***
(3 hari kemudian)

Tiga hari sudah ChangMin tidak masuk sekolah. Kemana dia? JaeJoong terus gelisah di meja kelasnya. Tidak ada yang tahu dimana ChangMin berada sekarang. Hal ini membuat JaeJoong sedih. Tapi..

“Boojae a.. mau eskrim?” tawar YunHo yang sejak tadi sudah duduk di sampingnya.

“Ah, kau saja Yun.. aku sedang tidak ingin apapun,” jawab JaeJoong datar.

“Kau pasti memikirkan pacarmu itu ya?” tanya YunHo sambil melumat eskrim yang ada di tangannya.

“Ya, tentu saja. Aku sangat khawatir. Dia sama sekali tidak memberiku kabar,” jawab JaeJoong lemas.

“Kau tenang saja Boojae..dia pasti masuk sekolah besok..” YunHo berusaha menghibur JaeJoong.

JaeJoong menatap wajah YunHo yang sedang asyik dengan eskrim-nya. Mata YunHo memancarkan kesedihan yang amat dalam, JaeJoong menyadari itu.

“Maafkan aku YunHo. Aku tahu kau sebenarnya sangat sedih kan karena aku memilih ChangMin, bukan memilih kau..” JaeJoong menatap YunHo dalam-dalam, YunHo terdiam.

JaeJoong meraih tangan YunHo dan menggenggamnya erat. “Yunnie ya.. Meski aku memilih ChangMin, tapi percayalah.. Kau cinta pertama yang sangat berarti bagiku. Aku sangat berterima kasih kau mau manjemputku kembali, tapi semua sudah terlambat. Maaf aku telah mengecawakanmu. Walau begitu, aku akan selalu mencintaimu sebagai cinta pertamaku.. Kau adalah kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan,”

YunHo menatap JaeJoong. Dia melihat ketulusan dalam kata-kata JaeJoong barusan. YunHo ingin menangis, tapi ia tahan sampai ia berkata, “Boojae, bolehkah aku memelukmu?”

JaeJoong kembali menatap YunHo, lalu mengangguk pelan. YunHo pun memeluk JaeJoong, memberikan dekapan hangat untuk orang yang dicintainya itu. Mungkin ini adalah pelukan terakhir, pikirnya. Tak terasa YunHo meneteskan air matanya dan terasa oleh JaeJoong. JaeJoong pun mengelus punggung YunHo, berusaha menghentikan air matanya. Tapi tanpa ia sadari, ia pun menangis di pelukan YunHo. “YunHo menangis karena aku. Maafkan aku YunHo,” gumam JaeJoong dalam hati.

***
(malam harinya, di rumah JaeJoong)

-JaeJoong POV-
Aku berusaha menghubungi ChangMin berkali-kali, tapi tetap tidak bisa. Besok kan ulang tahun ChangMin, kenapa dia malah tidak bisa dihubungi?

Mungkin ChangMin akan memberi surprise di ulang tahunnya besok. Dia sengaja menghilang agar aku khawatir, lalu dia akan tiba-tiba muncul di hadapanku. Ah ya, pasti begitu! Dasar Minnie, lihat saja ya.. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah mengerjaiku..

Aku kembali membungkus hadiahku untuk ChangMin. ChangMin pasti suka ini. Sebuah syal merah dengan motif unik yang kubuat dengan tanganku sendiri. Cocok untuk ChangMin. Ah ya, ada satu lagi. Aku akan buatkan bento(bekal) untuk ChangMin besok. Dia kan sangat suka masakan buatanku. Dan aku yakin, besok ChangMin pasti masuk sekolah. Dan dia akan menyukai hadiah ulang tahun dariku..
-end JaeJoong POV-
(keesokan harinya, 18 Februari, hari ulang tahun ChangMin)

YunHo pergi ke sekolah dengan langkah lemas. Masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah. YunHo masih memikirkan kejadian kemarin saat dia memeluk JaeJoong untuk terakhir kalinya. Perih sekali rasanya..

Saat sedang sibuk dengan pikirannya, seseorang menepuknya dari belakang.

“YunHo ya!”

YunHo menoleh dan kaget melihat orang yang menepuknya barusan. “Eh? ChangMin a?”

“Ya. Pagi sekali kau pergi hari ini,” ujar ChangMin santai.

“Oh, kau juga,” jawab YunHo singkat.

“Ya. Tiba-tiba saja ingin pergi lebih dulu,” ChangMin tersenyum. Tumben sekali, padahal biasanya dia selalu memasang tampang jutek di depan YunHo.

“Kau kemana saja? Jaejoong mengkhawatirkanmu,” YunHo memulai pembicaraan. Suaranya semakin pelan jika menyangkut JaeJoong.

“Joongie? Oh.. Aku sudah terlalu lama tidak memberi kabar padanya,” jawab ChangMin.

“Ya kau! Tega sekali membuatnya khawatir seperti itu! Kau…” YunHo mulai emosi.

“Kau menyukai JaeJoong?” potong ChangMin, melirik ke arah YunHo.

“Mwo?” YunHo kaget.

“Aku tanya apa kau menyukai JaeJoong? Aku tahu kau cinta pertamanya, sekarang jawab aku, apa kau masih mencintainya?” ChangMin meninggikan suaranya.

“Darimana kau tau itu hah?” YunHo balik bertanya.

“Itu tidak penting! Kau jawab saja, YA ATAU TIDAK?” ChangMin mulai emosi.

YunHo yang emosinya memuncak, tanpa pikir panjang langsung menjawab ChangMin dengan sedikit membentak, “Ya! Aku mencintainya! Aku mencintainya! Aku tidak bisa hidup tanpanya! Aku datang ke korea hanya untuk menjemputnya kembali padaku! Tapi ternyata dia memilihmu, bukan aku! Kau puas hah? KAU PUAS?”

ChangMin terdiam sejenak. Perlahan ia mulai mengontrol emosinya, lalu kembali bertanya dengan nada pelan, “Lalu, apa kau bisa membuat JaeJoong bahagia?”

“Mwo?” YunHo heran. Emosinya sedikit demi sedikit berkurang. “Apa yang kau katakan?”

ChangMin tersenyum dan melirik YunHo, “Aku tanya apa kau bisa membahagiakan JaeJoong?”

“Apa maksudmu?” YunHo menatap ChangMin serius.

“Jawab saja..” ChangMin tidak kalah serius.

“Ya tentu saja! Mana mungkin aku tidak bisa membahagiakan orang yang aku cintai!” jawab YunHo mantap.

ChangMin menunduk, dia menghela napas lalu berkata, “Begitu ya..”

YunHo masih terlihat bingung dengan sikap ChangMin. Lama sekali ChangMin menunduk seperti memikirkan sesuatu, tidak lama ia kembali menatap YunHo lalu tersenyum.

“Oke, kalau begitu aku tenang sekarang. Aku titip JaeJoong padamu ya. Jagalah dia. Jangan pernah kau sakiti dia,” ujar ChangMin menepuk bahu YunHo. YunHo melongo.

“Baiklah aku pergi duluan ya,” ChangMin pun pergi meninggalkan YunHo yang masih bengong. Baru beberapa langkah ChangMin pergi, YunHo memanggilnya.

“Ya ChangMin a! apa maksud perkataanmu? Kau ini kenapa hah?”

ChangMin menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah YunHo dan berkata, “aniya..”. ChangMin tersenyum lalu kembali berbalik pergi tanpa mempedulikan YunHo yang terus menerus memanggil namanya.

***

JaeJoong datang lebih awal ke sekolah. Ia sengaja menunggu ChangMin di dekat sekolah. Dia ingin memberikan surprise sebelum masuk sekolah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.55, lima menit lagi bel sekolah berbunyi. Tapi ChangMin belum juga muncul. JaeJoong menatap jam tangannya dan tertunduk lemas. Minnie ya, sebenarnya kau kemana?pikirnya.

JaeJoong pun putus asa. Akhirnya dia pun berlari menuju sekolah sebelum bel berbunyi. Air matanya ingin sekali keluar, tapi dia menahannya.

JaeJoong berjalan di koridor kelasnya. Dia terus mengkhawatirkan ChangMin. Sampai tiba-tiba..

“Ya Joongie ya!” seseorang merangkul JaeJoong dari belakang. JaeJoong menoleh.

“Minnie ya!” JaeJoong pun memeluk ChangMin. “Kau kemana saja, aku khawatir sekali, kenapa kau tidak memberi kabar.. Leluconmu tidak lucu ah..” JaeJoong mulai menangis. ChangMin membalas pelukan JaeJoong.

“Uuu Joongie ya, cup cup cup.. jangan nangis ya.. Aku sudah disini sekarang, jangan sedih lagi ya..” ChangMin pun melepas pelukannya setelah tangis JaeJoong mulai reda.

“Minnie ya, kau kurus sekali?!” JaeJoong memegang wajah ChangMin, meraba setiap tirus wajahnya yang semakin mengecil.

“Oh ya? Aku kan diet, berarti dietku ini berhasil dong..hehehe,” ChangMin tertawa.

“Ah bohong.. Kau kan sudah kurus kerempeng begitu, mana mungkin diet? Kau bohong ya?” JaeJoong mulai curiga.

“Hahaha jahat sekali aku dibilang kurus kerempeng,” ChangMin tertawa sambil cemberut manja.

“Min, aku serius tau.. “ JaeJoong merubah ekspresi wajahnya, serius.

ChangMin menatap JaeJoong dalam dalam, lalu tersenyum, “Joongie ya, aku tidak apa-apa, sungguh. Percayalah,” ChangMin berusaha meyakinkan JaeJoong, lalu memeluknya. “Aku rindu sekali padamu Joongie..”

“Minnie ya.. Aku juga merindukanmu.. Kau ini kemana saja..” JaeJoong semakin mempererat pelukannya.

“Aku hanya pergi ke suatu tempat sebentar.. Maaf ya aku tidak memberitahumu..” ChangMin mengelus kepala JaeJoong.

“Oh ya,” ChangMin melepas pelukannya. “Kau tidak lupa dengan ulang tahunku kan?”

“Tentu saja tidak Min.. Ini hadiah untukmu,” JaeJoong memberi sebuah kantong berisi hadiah untuk ChangMin. ChangMin membuka kantong itu.

“Whaa, syal. Bagus sekali Joongie ya! Aku pakai ya,” ChangMin memakaikan syal itu ke lehernya. “Bagaimana? Bagus tidak?”

“Kau tampan sekali memakainya Min..” JaeJoong tersenyum.

“Ah senangnya, gomawo Joongie ya. Ah tunggu, ada lagi ya,” ChangMin kembali meraba isi kantong. “Whaa, bento! Horeee, kangen sekali aku dengan masakanmu Joongie.. terima kasih ya.. nanti saat istirahat kita makan bersama ya,” ChangMin terlihat sangat bersemangat, tapi tetap terlihat aneh di mata JaeJoong.

“Kau benar-benar tidak apa-apa Minnie?” JaeJoong kembali bertanya.

“Jeongmal.. sungguh aku tidak apa-apa Joongie.. Ah, ayo ke kelas, sebentar lagi pelajaran dimulai..”
Mereka pun masuk ke kelas. Eun Hyuk yang melihat mereka masuk segera menghampiri.

“Ya ChangMin a! kemana saja kau? Aigoo, kau ini. Pacarmu ini sedih sekali selama kau tak ada, kau tahu?” Eun Hyuk menepuk pundak ChangMin. ChangMin tersenyum dan melihat ke arah JaeJoong. JaeJoong tersipu, “Ya Eun Hyuk!”

“Hehehe, dasar pacarku ini..” ChangMin kembali menatap JaeJoong lalu merangkulnya. Tatapannya terlihat sangat sedih.

“Aigoo, mesra-mesraan lagi deh.. Oke aku ga akan ganggu kalian kangen-kangen’an .. haha,” Eun Hyuk menepuk ChangMin lalu kembali ke kursinya. ChangMin melepas rangkulannya dan menatap JaeJoong. Tatapan kosong. Kesedihan yang mendalam muncul dari sana.

“Minnie ya, kenapa kau melihatku seperti itu?” JaeJoong heran. Sikap dan tatapan ChangMin berbeda hari ini, pikirnya.

“Ah tidak apa-apa. Aku hanya berpikir ternyata pacarku ini sangat peduli padaku ya.. Aku jadi terharu.. Hehe .. “ ChangMin mencubit pipi JaeJoong manja.

“Minnie ya,” JaeJoong malu.

“Hehe.. Ah sudahlah, ayo duduk Joongie,”

ChangMin dan JaeJoong pun berjalan menuju meja mereka. YunHo terlihat memperhatikan mereka. ChangMin tersenyum ke arah YunHo lalu duduk di kursinya.

***
(pulang sekolah)

ChangMin dan JaeJoong berjalan berdampingan ke luar kelas. YunHo mengikuti mereka dari jauh.
“Joongie ya. Hari ini kita jalan-jalan ya? Aku ingin menghabiskan hari ini denganmu,” kata ChangMin pada JaeJoong, manja. Raut wajahnya lebih manja dari biasanya.

“Tentu saja Minnie ya, aku untukmu hari ini,” jawab JaeJoong tersenyum. ChangMin membalas senyuman JaeJoong. “Baiklah, kalau begitu kita ke pantai ya. Aku ingin sekali ke pantai,”

“Eh? Pantai? Tapi ini kan musim dingin, masa ke pantai?” JaeJoong heran.

“Tidak apa-apa. Dengan syal pemberianmu ini aku akan selalu merasa hangat Joongie.. Ah lagipula kau kan sudah janji mau menemaniku hari ini. Jadi kau nurut saja ya! Hehehe ayo kita pergi,” tanpa pikir panjang ChangMin langsung menarik tangan JaeJoong.

Mereka pun pergi ke pantai naik bis umum. Ya, memang ada bis yang menuju ke sana. Sekitar 2 jam perjalanan, sore hari, akhirnya mereka pun sampai di pantai.

“Ah, akhirnya sampai juga,” kata ChangMin lalu duduk di pinggir pantai. JaeJoong mangikutinya. “Sunset disini sangat bagus Joongie,” lanjut ChangMin.

“Benarkah? Aku ingin melihatnya,” ungkap JaeJoong.

“Ya. Aku juga ingin melihatnya bersamamu, meski untuk terakhir kalinya..” ChangMin menatap laut yang ada di depannya.

“Minnie ya! Kenapa berbicara seperti itu?” JaeJoong heran.

“Ah tidak, hehehe,” jawab ChangMin tertawa sambil mengelus kepala JaeJoong.

Mereka pun larut dalam pemandangan laut yang sangat indah. Tak lama pembicaraan mereka pun dimulai.

“Minnie ya,”

“Hmm?”

“Aku… aku ingin menceritakan sesuatu padamu..” JaeJoong memulai kata-katanya.

“Oh ya? Cerita saja,” jawab ChangMin masih memandang laut.

“Begini. Itu, soal.. Emh..” JaeJoong terbata-bata.

“YunHo kan?” potong ChangMin.

“Eh? Darimana kau tahu?” tanya JaeJoong kaget.

ChangMin mengalihkan pandangannya pada JaeJoong. Berusaha berbicara serius padanya. “Joongie ya. Aku sudah tahu koq. Aku tahu kalau YunHo itu cinta pertamamu lima tahun lalu,” ChangMin tersenyum.

“Mwo? Kau sudah tahu? Kenapa bisa?” JaeJoong semakin bingung.

ChangMin menatap JaeJoong lebih dalam lagi, “Joongie ya. Aku tahu semuanya. Tidak penting aku tahu darimana. Tapi yang jelas aku tahu semua.. Aku kan pernah bilang padamu, aku tahu segalanya tentangmu Joongie.. Termasuk hal ini.. Dan, ya.. aku memang sedikit kecewa mengetahui hal ini..” ChangMin berusaha tersenyum.

“Minnie ya. Aku tahu aku salah. Tapi kau harus dengarkan aku,” kata JaeJoong terbata-bata.
“Ya, aku dengarkan Joongie,” kata ChangMin.

“Minnie ya. Aku sudah mengambil keputusan, dan aku memilihmu. Aku sudah katakan ini pada YunHo. Aku dan YunHo hanyalah masa lalu Min.. kaulah yang kupilih sekarang. Kau yang akan mengisi hari-hariku, sampai nanti. Aku memilihmu Minnie..” JaeJoong tersenyum. ChangMin menunduk sejenak, menutupi kesedihannya di hadapan JaeJoong. Sesaat, lalu ia kembali melihat ke depan dan menatap JaeJoong, tersenyum.

“Terima kasih Joongie-ku. Tapi maaf. Aku memutuskan untuk berpisah denganmu sekarang. Maafkan aku,”

"Mwo????!!!!!!"
“Minnie ya. Aku sudah mengambil keputusan, dan aku memilihmu. Aku sudah katakan ini pada YunHo. Aku dan YunHo hanyalah masa lalu Min.. kaulah yang kupilih sekarang. Kau yang akan mengisi hari-hariku, sampai nanti. Aku memilihmu Minnie..” JaeJoong tersenyum. ChangMin menunduk sejenak, menutupi kesedihannya di hadapan JaeJoong. Sesaat, lalu ia kembali melihat ke depan dan menatap JaeJoong, tersenyum.

“Terima kasih Joongie-ku. Tapi maaf. Aku memutuskan untuk berpisah denganmu sekarang. Maafkan aku,”

“Mwo? Minnie ya, andwe! Kenapa? Apa karena kau kecewa padaku lalu kau menghilang sampai kemarin, dan sekarang memutuskan hubungan ini begitu saja? Kita kan sudah tunangan Min.. Apa sebegitu besarkah kekecewaanmu padaku sampai kau melakukan hal ini padaku?” JaeJoong mulai menangis.

ChangMin hanya tersenyum, lalu berkata, “Aniya. Aku punya alasan lain untuk itu,”

“Alasan lain? Apa?” JaeJoong berteriak, dia tidak bisa membendung tangisannya lagi. ChangMin memegang kedua tangan JaeJoong dengan hangat.

“Joongie ya. Aku tidak bisa memberitahu alasannya padamu sekarang. Terlalu berat untukku. Suatu hari nanti kau pasti tahu kenapa aku begini padamu. Aku takut aku tidak bisa membuatmu bahagia.. Aku takut kau kecewa karena memilihku..”

“Andwe Minnie ya. Kenapa kau berbicara seperti itu! Aku yakin dengan pilihanku, aku mohon jangan begini..” JaeJoong terus menangis.

ChangMin menatap JaeJoong, menghapus air mata yang mengalir di pipinya yang lembut. ChangMin tersenyum, lalu berkata, “Joongie ya. Aku melepasmu sekarang. Kembalilah pada YunHo. Aku bisa tenang kalau dia yang menjagamu,”

“Tapi Minnie ya,” JaeJoong terisak-isak.

“Joongie ya. Aku tahu kau juga mencintai YunHo. Aku tahu itu. Matamu tidak bisa berbohong padaku. Cinta pertama itu tidak mudah untuk dilupakan sampai kapanpun. Tugasku menemanimu sudah selesai. Kau kembalilah pada YunHo. Sungguh aku rela. Aku yakin YunHo bisa membuatmu bahagia melebihi aku. Aku rela mengorbankan segalanya untuk kebahagiaanmu, dan semua itu bisa kau dapat dari YunHo. Aku akan lebih tenang jika YunHo yang ada disampingmu..” ChangMin kembali tersenyum. Mengelus rambut JaeJoong perlahan, dan memeluknya.

“Minnie ya…” JaeJoong menangis di pelukan ChangMin.

Tak lama ChangMin tiba-tiba memanggil seseorang.

“YunHo ya!”

“Eh?” JaeJoong melepas pelukan ChangMin, heran.

“YunHo ya! Keluarlah! Aku tahu kau mengikuti kita daritadi..” ChangMin kembali memanggil YunHo. YunHo pun perlahan muncul dari persembunyiannya. Matanya sembab. ChangMin melihat YunHo, lalu menyuruhnya datang. YunHo pun menghampiri mereka.

ChangMin memandang YunHo dan JaeJoong. Perlahan tangan kanannya meraih tangan JaeJoong, dan tangannya yang lain meraih tangan YunHo. Ia menyatukan tangan mereka, saling menatap. Tangis JaeJoong semakin menjadi.

“Minnie ya,” JaeJoong menatap ChangMin. ChangMin tersenyum.

“YunHo a, JaeJoong a. Semoga kalian bisa bahagia. Dengan begini aku tenang,” ChangMin tersenyum penuh ketulusan. Perlahan ia melepaskan tangan mereka, lalu pergi.

“Minnie ya!” JaeJoong berusaha mengejar ChangMin, namun YunHo menahannya. ChangMin berhenti lalu menoleh. Dia tersenyum lalu berkata pada JaeJoong, “Kau akan tahu alasanku saat White Day nanti.. Janji kita di taman, kau ingat kan? Aku akan menepati janjiku..” ChangMin pun pergi meninggalkan mereka berdua. JaeJoong lalu memeluk YunHo, menangis.

“YunHo a. Kenapa begini.. Kenapa..” isak JaeJoong.

“Mullaseo.. aku juga tidak mengerti. Tadi pagi juga dia mengatakan hal yang sama padaku. Sepertinya dia memang merelakan kita untuk bersama. Tapi aku tidak tahu apa alasan yang sebenarnya.. Tenanglah Boojae.. Jangan menangis lagi.. Ada aku disini..” YunHo berusaha menenangkan JaeJoong.

***

Semenjak hari itu ChangMin tidak pernah muncul lagi. Tidak ada yang tahu dimana ChangMin berada. Sama seperti sebelumnya, ChangMin tidak bisa dihubungi. ChangMin menghilang begitu saja, meninggalkan banyak misteri, terutama bagi JaeJoong. Ia ingat, ChangMin masih belum memberitahunya satu alasan terakhir kenapa ChangMin meninggalkannya. White Day, ya. Saat White Day nanti aku akan tahu semua, pikir JaeJoong.

Dibalik semua kekhawatiran JaeJoong, akhirnya dia dan YunHo pun resmi berpacaran. Tentu saja hal ini membuat mereka sangat bahagia karena bisa bersatu lagi. Tapi mereka tetap harus berterima kasih pada ChangMin. Karena ChangMin-lah yang menyatukan cinta mereka kembali.

***
(13 Maret malam)

YunHo dan JaeJoong duduk bersebelahan, menikmati makan malam romantis di sebuah kafe milik keluarga YunHo. Mereka terlihat sedang asyik bercakap-cakap.

“Boojae ya..” YunHo manja.

“Hmm?” JaeJoong melirik sambil menyuapi YunHo. YunHo memandang wajah JaeJoong.

“Ya Yunnie ya.. Kenapa kau memandangku begitu..” JaeJoong tersipu malu.

“Tidak.. hanya saja kau manis sekali hari ini..” YunHo memuji JaeJoong. Muka JaeJoong memerah. “Yunnie ya..”

“Ah, beruntung sekali aku memiliki dirimu Boo.. Aku benar benar bahagia..” YunHo melemparkan senyum termanisnya pada JaeJoong.

“Aku juga bahagia bisa dimiliki oleh dirimu..” JaeJoong pun tersenyum lalu memeluk YunHo, “Aku tidak mau kehilanganmu lagi. Jangan pernah pergi lagi ya..”

YunHo mengelus kepala JaeJoong lalu menjawab, “Tentu saja Boojae.. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi.. Aku janji padamu.. Dan aku juga sudah janji pada ChangMin.. Aku akan membahagiakanmu selamanya..”

JaeJoong tersenyum di pelukan YunHo. “ChangMin a, aku sangat berterima kasih padamu,” batinnya dalam hati. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

“YunHo a,” JaeJoong melepas pelukannya, “besok White Day ya?”

“Hmm, ya. Memang kenapa? Ah, kau pasti ingin aku memberimu surprise ya.. haha tenang saja Boojae, sudah aku siapkan..” timpal YunHo.

“Aniya, bukan itu. Aku ingat ChangMin pernah berkata padaku, dia akan memberitahu alasan terakhirnya saat White Day,”

“alasan?” YunHo bingung.

“Ya. Alasan kenapa dulu dia menghilang dan membuat keputusan untuk merelakan aku denganmu. Mungkin alasan ini sama dengan menghilangnya ChangMin sekarang. Dan lagi aku masih punya janji saat Valentine kemarin. Saat itu aku dan ChangMin berjanji akan bertemu lagi di taman yang sama,” jelas JaeJoong.

“Begitu ya,” YunHo mengangguk.

“Yunnie ya, apa kau mengijinkanku pergi besok?” JaeJoong bertanya pada YunHo.

“Tentu saja. Kenapa tidak..” YunHo tersenyum.

“Benarkah? Gomawo Yunnie ya..<3 ,” JaeJoong memeluk YunHo.

“Apa kau mau aku temani?” tawar YunHo.

“Aniya. Aku sendiri saja.. Gomawo Yunnie ya,”

“Eits, tidak gratis loh,” kata YunHo serius.

“Eh?” JaeJoong heran.

“Ya.. Kau harus memberiku ‘sun’ disini,” YunHo menunjuk pipinya.

“Ya Yunnie ya.. Kau ini jail deh..” JaeJoong tersipu. YunHo hanya tertawa. Saat YunHo tertawa, JaeJoong mengecup pipi YunHo.

“Hehehe sudah tuh,” JaeJoong tersipu malu. YunHo tertawa, menatap JaeJoong lalu menciumnya.

***
(14 Maret, White Day)

JaeJoong berada di taman tempat janjian dia dan ChangMin. Taman yang sama saat hari Valentine. Saat ini, jam 10. JaeJoong sengaja datang lebih pagi, padahal janjinya dengan ChangMin jam 11.

Sambil menunggu, JaeJoong duduk di sebuah bangku taman di dekat pohon. Dia terkejut saat melihat pohon itu. Di batangnya yang besar tertulis,

“With All My Heart
창민 사랑 재중 영원히”
(trans : ChangMin sarang JaeJoong Yeongwonhi-ChangMin love JaeJoong forever)”

JaeJoong menatapnya dan air matanya perlahan mulai keluar. Sungguh, betapa ChangMin sangat mencintai dirinya hingga mengorbankan diri sendiri hanya demi kebahagiaannya..

JaeJoong menunggu ChangMin dengan sabar. Dia memegang kalung yang melingkar di lehernya. Kalung berinisial J, pemberian ChangMin saat Valentine, selalu ia pakai kemanapun. “Minnie ya. Aku datang sekarang. Aku menunggumu. Bogoshipo (aku merindukanmu)..” batin JaeJoong.

Tepat pukul 11. Namun ChangMin tidak juga muncul. Apa dia lupa dengan janjinya? Atau dia terlambat lagi? JaeJoong mulai resah. Tiba-tiba mobil YunHo berhenti dihadapannya.

“Boojae a! Cepat ikut aku!” YunHo menyuruh JaeJoong naik mobilnya.

“Tapi, aku belum bertemu ChangMin, Yun..” ucap JaeJoong.

“Ayo cepatlah! Ini gawat! Ini tentang ChangMin! Ternyata dia di rumah sakit sekarang! Dia sakit parah!” YunHo menjelaskan.

“Mwo?” JaeJoong kaget. Mereka pun langsung pergi ke rumah sakit.

(di rumah sakit)

JaeJoong dan YunHo mencari ruangan tempat ChangMin dirawat. JaeJoong terlihat sangat khawatir. Berkali-kali dia menabrak orang yang dia lewati, lalu bertanya ke semua suster, sampai akhirnya dia melihat umma JunSu dan appa YooChun disana, menangis.

“Umma! Appa!” JaeJoong berlari ke arah orang tuanya, diikuti YunHo.

“JaeJoong a..” JunSu memeluk anaknya itu. YooChun pun melakukan hal yang sama.

“Mana ChangMin? Mana? Aku ingin bertemu dengannya, dimana dia? bagaimana keadaannya? Umma, appa, katakan padaku!” JaeJoong mulai kehilangan kendali.

“JaeJoong a.. Sabar ya nak..” YooChun appa berusaha menghibur.

“Mwo? Appa ini berkata apa? Aku tanya mana ChangMin? MANA?” JaeJoong mengerang.

“Itu, disana..” JunSu umma menunjuk ke arah sebuah kamar. Banyak keluarga ChangMin disana, menangis. Apa yang terjadi? JaeJoong berlari ke arah kamar itu, melihat ke dalam ruangan melalui kaca di pintu. Terlihat para dokter disana sedang membereskan alat-alat. Di sebelah dokter itu terbaring sosok ChangMin, pucat. Dokter perlahan menutup wajah ChangMin dengan kain putih. JaeJoong berteriak tidak percaya. “Andwe.. andwe.. ANDWEEEEEEEEEE,” JaeJoong menangis histeris. YunHo menghampiri dan memeluknya.

“Andwe! Ini semua bohong kan.. Ini hanya mimpi kan.. Tidak mungkin ChangMin pergi. Dia belum menepati janjinya.. kita harus bertemu hari ini di taman.. ChangMin belum menepatinya.. Andwe.. MINNIE YA!!” JaeJoong berteriak di pelukan YunHo. JunSu umma dan YooChun appa datang dan memeluknya. “Minnie ya…” JaeJoong terus menangis.

“JaeJoong a.. Sebelum pergi, ChangMin menitipkan ini pada umma, untukmu..” JunSu umma memberikan sebuah amplop berisi surat. JaeJoong meraih surat itu dengan air mata yang terus mengalir. Dia pun duduk di salah satu kursi rumah sakit, di sebelah kamar ChangMin. Perlahan ia membuka amplop itu. Ada beberapa lembar kertas disana, dan sebuah cincin. JaeJoong menggenggam cincin itu, lalu perlahan membuka surat dan membacanya.


“Dear Joongie..

Saat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah pergi.. Aigoo~ kau pasti sedang menangis ya sekarang. Maafkan aku ya sudah membuatmu menangis.. Maafkan aku juga karena aku tidak bisa menepati janjiku untuk bertemu denganmu, karena aku pikir waktuku tidak akan cukup. Tapi aku tetap ingin mengucapkan Selamat hari White Day Joongie-ku.. Sesuai janjiku, aku pasti memberi surprise padamu. Aku berikan cincin ini untukmu. Kau tahu, tadinya aku ingin memberikannya saat aku menikah denganmu. Tapi aku tahu itu tidak mungkin, jadi aku memutuskan untuk memberimu saat White Day ini..”


JaeJoong memandang cincin yang ada di genggamannya. Air matanya kembali deras menghujam di pipinya. Lalu perlahan ia membaca kembali surat ChangMin.


“Joongie ya. Maafkan aku karena selama ini aku menyembunyikan sesuatu darimu. Aku takut kau akan sedih jika kau mengetahuinya.. Maafkan aku juga karena telah menghilang dan membuatmu cemas. Tapi aku sudah berjanji akan mengatakan hal ini padamu saat White Day. Ya, meskipun aku tidak bisa menceritakan langsung padamu, tapi ijinkan surat ini mewakilinya ya.. Aku janji aku akan menceritakan semuanya padamu, tidak akan ada yang terlewat..

Joongie ya.. Kau tahu.. Saat kau menemani YunHo berkeliling sekolah, aku sedang berjalan menyusuri lorong menuju lantai 3. Aku mau meminjam catatan Si Won untuk kita belajar bersama. Tapi saat aku akan menaiki tangga, tidak sengaja aku melihat kau dan YunHo berciuman. Ya, aku tahu itu tidak sengaja. Tapi kejadian itu membuatku sakit. Aku tak kuat melihatnya, dan akhirnya aku pun pergi dari sana. Hatiku sangat sedih. Tapi aku tidak ingin terlihat sedih di depanmu.

Malam harinya saat aku di rumahmu, aku berusaha untuk melupakan semuanya. Aku terus berbicara hal yang lucu di depanmu, tapi kau sama sekali tidak menyimakku. Aku tahu kau sedang memikirkan YunHo saat itu. Aku mencoba membuyarkan lamunanmu, tapi kau terus diam tidak mempedulikanku. Dengan sedikit bercanda, aku memukul kepalamu, membuyarkan lamunanmu sekali lagi. Barulah kau menyadari kehadiranku. Aku kecewa sekali. Aku juga tahu saat itu kau ingin menceritakan semuanya padaku. Tentang apa yang kau lamunkan hingga melupakan kehadiranku. Tapi aku pikir aku tidak akan sanggup mendengarnya. Akhirnya aku membahas Valentine denganmu. Aku tidak kuat menahan air mataku, akhirnya aku pun buru-buru pulang.

Di perjalanan pulang, kepalaku tiba-tiba sakit, dan aku pun tidak ingat apa-apa lagi. Saat sadar aku sudah berada di rumah sakit. Dokter mengatakan kalau aku menderita kanker otak stadium tinggi. Dan dia memvonis hidupku hanya sebulan lagi. Aku kaget mendengarnya. Aku masih ingin hidup lebih lama, Joongie.. Kau tahu? aku benar-benar hancur saat itu. Memikirkan hidupku, juga kau dan YunHo..

Keesokan harinya saat Valentine, aku terus memikirkan hal ini. Jika memang waktuku tinggal sedikit lagi, aku ingin menemanimu sebelum aku pergi. Memberikan segalanya untukmu, membahagiakanmu di saat-saat terakhirku. Akhirnya aku menghabiskan semua uangku untuk membelikanmu mawar putih dan kalung emas putih. Tapi kau tahu, sulit sekali menemukannya. Aku berlari mengitari semua toko di Seoul, mencari semua itu, hingga aku sadar aku pun terlambat menemuimu di taman gara-gara ini. Maafkan aku..

Aku sengaja ingin menghabiskan Valentine seharian bersamamu. Mungkin ini akan jadi Valentine terakhir untukku. Sampai malam pun tiba dan waktunya aku mengantarmu pulang. Sedih sekali rasanya. Aku masih ingin bersamamu, masih ingin terus menemanimu Joongie..

Dengan berat hati aku pun melepasmu pulang. Setelah mengantarmu sampai depan rumah, aku pun melangkahkan kakiku untuk pulang. Belum jauh dari rumahmu, aku kembali berbalik, ingin melihatmu lagi. Tapi yang kulihat adalah YunHo. Dia datang dan mengajakmu pergi. Karena penasaran, aku pun mengikuti kalian ke taman tanpa kalian tahu. Dan tidak sengaja aku mendengar semua pembicaraan kalian. Aku mendengar kisah masa lalu kalian, bahwa ternyata YunHo adalah cinta pertamamu yang dulu selalu kau tunggu di taman itu. Hatiku sangat sakit mendengarnya. Aku juga melihat kalian berpelukan, sangat erat. Seakan melepas kerinduan kalian selama ini. Aku tidak sanggup lagi, akhirnya aku pun pulang dengan langkah lemas.”


JaeJoong semakin larut dalam tangisannya. Tangisannya terus menjadi, sampai bahunya berguncang tak karuan. Sesaat dia menghapus air matanya, lalu kembali membaca.


“Keesokan harinya saat aku pergi sekolah, aku kembali merasakan sakit yang amat sangat di kepalaku. Seseorang membawaku ke rumah sakit. Saat tiba di rumah sakit, aku melihatmu sedang menemani YunHo yang juga sedang sakit. Saat itu mataku dan matamu bertatapan, tapi kemudian terhalang oleh dokter-dokter yang sibuk memeriksa keadaanku. Kau tau Joongie, saat itu aku ingin sekali memanggilmu, ingin kau juga menemaniku seperti kau menemani YunHo. Tapi aku tidak bisa. Rasa sakit di kepalaku membuatku terus mengerang kesakitan, tidak bisa mengucap namamu.

Aku dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih. Aku sengaja tidak memberitahumu dan juga sekolah, karena aku tidak mau kalian semua khawatir, terlebih kau Joongie. Tepat saat ulang tahunku, aku meminta ijin pada dokter untuk sekolah. Hanya hari itu saja, setelah itu aku janji aku akan kembali ke rumah sakit. Dokter pun mengijinkan. Aku pun masuk sekolah saat itu.

Pagi hari saat pergi ke sekolah, aku bertemu YunHo. Banyak hal yang aku bicarakan dengannya. Dari pengakuan YunHo terhadap perasaannya padamu, aku pun akhirnya tahu siapa yang bisa menggantikanku untuk menjagamu setelah aku pergi. Ya, YunHo-lah orang yang tepat. Dia memiliki ketulusan lebih dari yang aku berikan padamu. Aku bisa melihat itu dari sorot matanya, benar-benar tulus..

Di hari yang sama, saat kita pergi ke pantai, aku tahu YunHo mengikuti kita. Itulah saatnya aku memutuskan untuk menyatukan kembali kau dengan YunHo, dan waktunya buatku untuk melepasmu pergi. Perasaanku campur aduk saat itu. Di satu sisi aku sedih karena aku harus kehilanganmu, tapi di sisi lain aku juga senang karena aku berhasil menemukan kebahagiaan untukmu, yaitu YunHo. Dengan begini, aku bisa pergi dengan tenang. Walau aku senang saat kau memutuskan untuk memilihku, bukan memilih YunHo, tapi aku tetap tidak bisa.. Karena hidupku tidak akan lama lagi.. Aku tidak bisa menemanimu selamanya. Andai saja aku tidak sakit dan Tuhan masih memberiku umur panjang, aku pasti tidak akan melepasmu Joongie..Karena aku sangat mencintaimu..

Setelah itu, aku pun kembali ke rumah sakit, menjalani hari-hari terakhirku disana..

Joongie ya.. Maafkan aku ya.. Aku melakukan ini semua untukmu. Aku hanya ingin kau bahagia. Aku tidak mau kebahagiaanmu hancur saat aku pergi. Karena itulah aku memilih YunHo untuk kebahagiaanmu. Kau tahu kenapa? Karena aku tahu jauh di dalam lubuk hatimu, kau masih sangat mencintainya dan selalu menunggunya pulang..

Kini dia sudah kembali padamu. Berjanjilah padaku, kau akan selalu bahagia bersamanya. Janji ya!
Jangan bersedih lagi ya Joongie.. Karena meskipun aku tidak ada di hadapanmu lagi, aku akan selalu ada di hatimu.. Aku mencintaimu Joongie.. Selamanya..

With Love,

ChangMin”


JaeJoong menutup surat ChangMin dan kembali menangis. “Kenapa semua terjadi begitu cepat.. Bahkan aku belum mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal padamu Min.. Terima kasih atas pengorbanan cintamu demi aku dan YunHo.. Minnie a, aku janji padamu. Aku akan bahagia bersama YunHo. Kau tidak usah khawatir ya,” batin JaeJoong. Tangisnya semakin menjadi. YunHo menghampiri JaeJoong dan segera memeluknya, menghiburnya hingga dia tenang.

Selamat jalan Min..

***
(satu tahun kemudian)

“Hei, cepat. Mana pengantin wanitanya? Sudah mau dimulai nih acaranya,” Eun Hyuk mencari sang pengantin yang belum muncul juga. YunHo tersenyum melihat Eun Hyuk.

“Eun Hyuk a! Aku yang menikah koq kamu yang sewot sih? Hahaha… Tenang saja, dia sebentar lagi keluar dari kamar riasnya,” YunHo menepuk bahu Eun Hyuk.

“Ya tentu saja aku sewot! Ini pernikahan sahabatku, jadi harus perfect tau!” Eun Hyuk pun tersenyum pada YunHo, lalu merangkulnya.

“Hehehe gomawo Eun Hyuk a..” YunHo membalas rangkulan Eun Hyuk.

(di kamar rias pengantin)

“Aigoo, lihat anak umma ini. Manis sekali! Gaunnya memang sangat cocok untukmu!” JunSu umma memuji.

“Tentu saja umma, anak siapa dulu dong.. Hehe,” JaeJoong memeluk umma-nya.

“Hei, anak appa juga dong..” YooChun appa ikut memeluk JaeJoong.

“Hahaha…” semua tertawa.

“Ayo siap-siap nak. Sudah mau dimulai acaranya,” JunSu umma menyuruh JaeJoong cepat.

“Sebentar lagi umma. Umma dan appa duluan saja. Aku masih ingin menata riasanku sedikit,” jawab JaeJoong.

“Baiklah, cepat ya,” JunSu dan YooChun pun keluar meninggalkan JaeJoong.

JaeJoong membuka laci di bawah meja riasnya. Sebuah kotak tersimpan disana. Dia membuka kotak itu, mengeluarkan sebuah kalung dan cincin, pemberian ChangMin. JaeJoong menggenggamnya. “Minnie a, kau lihat? Aku akan menikah sekarang,” JaeJoong tersenyum, memandang cincin dan kalungnya sejenak. Lalu kembali meletakkannya di kotak, dan menyimpannya di laci.

JaeJoong keluar dari kamar rias, didampingi YooChun appa. YunHo yang melihatnya berdecak kagum. “Boojae, manis sekali..”batin YunHo.

Mereka pun akhirnya menikah. JaeJoong dan YunHo mengikrarkan janji suci sehidup semati. Semua hadirin disana bersorak bahagia melihat pernikahan mereka yang indah ini.

Di tengah pesta meriah yang sedang berlangsung, terlihat JaeJoong melangkah ke sebuah balkon, memisahkan diri dari hadirin yang lain. Raut bahagia terpancar jelas dari wajahnya. Sesaat dia memandang langit yang cerah, menikmati segelas sampanye di tangannya. Langit hari ini benar-benar cerah, pikirnya. Tiba-tiba YunHo datang menghampiri JaeJoong.

“Boojae ya.. kenapa memisahkan diri dari yang lain?” tanya YunHo.

“Aku ingin menikmati hari ini di bawah langit yang cerah Yunnie ya..” jawab JaeJoong, tersenyum sambil terus memandang langit.

“Hmm.. begitu ya.. langit hari ini memang cerah,” YunHo ikut memandang langit, tersenyum.

“Minnie pasti sedang melihat kita di atas sana..” ucap JaeJoong. YunHo mengalihkan pandangannya ke JaeJoong. Lalu merangkulnya, dan kembali menatap langit.

“Hei ChangMin a! Kau lihat, aku dan JaeJoong sangat bahagia sekarang. Kau jangan khawatir. Aku akan menepati janjiku. Aku akan membahagiakan JaeJoong selamanya, sampai maut memisahkan kita. Kau dengar itu ChangMin a?? Aku janji akan menjaga JaeJoong untukmu, juga demi cintaku padanya,” YunHo berkata pada langit, berharap ChangMin ada disana dan mendengarkan semuanya. JaeJoong melirik YunHo, tersenyum lalu membalas rangkulan YunHo.

“Yunnie ya.. benarkah itu?”

YunHo menatap JaeJoong dalam-dalam, mengelus pipinya yang lembut lalu menjawab, “Tentu saja Boojae..”

Muka JaeJoong memerah. “Yunnie ya.. Oh ya kalau begitu, bagaimana kalau kau tidak menepati janjimu?” JaeJoong berusaha membelokkan topik pembicaraan, menyembunyikan wajahnya yang sudah seperti apel merah saking senangnya.

“Eh? Hmm itu belum kupikirkan. Tapi kalau memang begitu, hei ChangMin a! Kau hantui aku saja tiap hari ya! JaeJoong juga kau hantui saja! Hahaha,” canda YunHo. JaeJoong mencubit perut YunHo gemas, “Yunnie ya!”

“Hahaha,” YunHo tetap tertawa. JaeJoong terus mencubit perutnya manja. Perlahan ia menghentikan tawanya, menggenggam tangan JaeJoong lalu berkata, “Joongie ya.. Aku tidak akan ingkar janji. Yang kucintai di dunia ini hanyalah kau. Dan pasti aku akan membahagiakan orang yang kucintai. Percayalah padaku..”

“Yunnie ya..” JaeJoong memeluk YunHo erat. YunHo pun membalas pelukan JaeJoong.

“Aku mencintaimu Boojae a..”

“Aku juga mencintaimu Yunnie ya.. Yeongwonhi (selamanya)..”

Mereka pun larut dalam kebahagiaan.

“Minnie ya.. apa kau melihatku di atas sana? Aku sudah bahagia sekarang.. Sangat bahagia.. Terima kasih Minnie ya.. Semoga kau juga bahagia di alam sana,” batin JaeJoong dalam hati, tersenyum.
[END]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang uda baca jangan lupa comment ya....

saran dan kritikan di tunggu....

gomawo...

 
Copyright GosHiKi TvxQ 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .