RSS

Sabtu, 11 September 2010

Tomorrow Will Come From


Asu Wa Kuru Kara (Tomorrow Will Come)

Casted by : Rin, Yunho, dan TVXQ
Author : Yurika/ Nurizda Oktalia
Genre : Romance
Rate : General
NB : ini fanfic pertama yang aku buat tokoh utamanya Yunho jadi maaf kalo rada gak cocok atau aneh

Angin musim dingin berhembus saat kukayuh sepedaku menuju toko tempatku bekerja pagi ini. Ah! Dingin sekali. aku lupa membawa topi untuk menutupi kepalaku. Kubenarkan posisi mantelku dan kembali kukayuh sepedaku lebih cepat lagi. Badai memang belum datang beberapa hari terakhir ini dan kuharap badai itu tidak datang malam ini. Aku akan bekerja hingga larut malam dan jika badai itu datang mau tak mau aku gak akan bisa pulang.

Jalanan memang sedikit licin karena sesekali aku hampir tergelincir oleh salju yang sedikit demi sedikit menutupi jalan utama kotaku. Ah! Kenapa aku harus bekerja di saat-saat ini? Tapi aku tak punya pilihan. Aku harus bekerja demi keluargaku dan sekolahku. Sejak ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan maut itu aku harus menghidupi dua orang adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka terlalu kecil untuk membantuku bekerja saat ini. Jadi, mau gak mau akulah yang kini menjadi kepala keluarga. Aku mahasiswi semester 3 di kampusku dan kii aku juga bekerja di 3 tempat sekaligus. Menjadi looper koran, pengantar susu, dan penjaga toko. Pagi ini aku sudah mengantarkan hampir seratus koran dan lebih dari lima puluh botol susu kerumah-rumah pelanggan dan sekarang aku harus buru-buru menuju toko tempatku bekerja.

Akhirnya dengan susah payah kukayuh sepeda tuaku ini menuju jalan yang begitu menanjak dan panjang. Aku harus semangat! Ucapku. Dan dengan cepat aku sudah melewati tanjakan itu, dan segera menukik di jalanan yang kini berliku-liku. Ah... coba saja aku punya uang untuk membeli motor atau kendaraan lain yang lebih cepat! Keluhku. Terus kulewati liku-liku itu hngga jalan lurus membentang di depanku. Aku mengayuh sepeda itu makin cepat dan ada dua simpangan jalan disana. Saat aku baru akan berbelok ke sebelah kanan sesuatu hampir menabrak sepedaku. Aku terjatuh saat aku mencoba menghindari mobil yang akan menabrakku dan jelas saja itu membuatku tergeletak dengan sepedaku yang juga tergeletak tak jauh dariku.

Seseorang berlari kearahku setelah menjauhkan mobilnya dan mencoba membantuku berdiri saat aku merasa ingin sekali menghajarnya.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya.

“Kau gila! Kau hampir saja membunuhku! Dan kau masih bertanya apa aku baik-baik saja!” cetusku. Laki-laki itu diam dan kulihat ekspresi bersalah dimatanya. Kucoba untuk berdiri dan menepis bantuannya. Kuambil sepedaku dan kulihat sepedaku rusak! Jelas saja umur sepeda ini lebih tua dariku dan baru saja terjatuh karena hampir di tabrak sama nih orang!

Aku berpaling padanya dan kutatapi dia dengan tajam. Laki-laki itu jadi serba salah dan baru kusadari siapa dia saat kupandangi dia dari atas hingga kebawah.

“Kau!” kataku. Laki-laki bertubuh tinggi dan atletis dengan senyuman menawan itu tersenyum melihat kekagetanku. Matanya yang indah menggerling sepedaku lagi. Masih terus kupandangi sosok itu, dia penyanyi! Ingatku. Dia leader dari grup boyband terkenal itu! Dia!!!!!!!!!! U-Know Yunho dari Dong Bang Shin Ki! Astaga apa yang sudah kulaku...

“Kau baik-baik saja?” tanyanya lagi.

“Ah.., aku...” aku bingung sendiri harus bersikap seperti apa. Yunho masih memandangiku dan itu membuatku sedikit malu. Dia benar-benar tampan! Lebih tampan daripada saat kulihat di televisi maupun koran! Astaga seorang yunho sedang berdiri di depanku!!!

Tidak! Aku tidak boleh lengah! Walaupun dia seorang presiden sekalipun aku tetap tidak boleh bersikap lembut padanya! Dia hampir saja membunuhku! Dan aku tidak mungkin memaafkan dia hanya karena dia seorang penyanyi!

“Kau! Kau mau membunuhku!” teriakku. “Kau sengaja kan! Kau sengaja ingin menabrakku!”

“Apa? Kau sudah gila! Mana mungkin aku ingin membunuhmu! Apa urusanku melakukan hal bodoh macam itu! Lagi pula aku tak kenal kau! Jadi untuk apa aku membunuhmu!”

Aku berpikir sejenak dan benar saja laki-laki ini benar! Dia kan gak mungkin kenal sama aku??!

“Sudahlah! Pokoknya kau harus minta maaf. Dan aku juga menuntut ganti rugi untuk sepedaku!”

“Minta maaf? Bukannya kau yang harus minta maaf?! Kau yang mau menabrak mobilku! Dan ngomong-ngomong soal ganti rugi, kau yang harusnya yang membayar ganti rugi padaku! Kau lihat mobilku tergores!” katanya lagi. Aku kesal nih anak mau ngajakin berantem kayaknya.

“Alah, kegores sedikit aja! Kau lihat dong sepedaku! Rusak!”

“Sepedamu saja yang butut! Kau tahu sedikit saja goresan di mobilku harga untuk memperbaikinyajauh berkali-kali lipat dari harga sepeda tuamu itu!”

“Kau! Kau ini!” kataku bener-bener emosi. Dia menghina sepedaku! Kurang ajar! Siapa dia! Seenaknya saja!

“Sudahlah, akumals bertengkar denganmu. Buang-buang waktu. Ini...” katanya sambil melemparkan beberapa lembar uang kehadapanku, “Ambil itu untuk beli sepeda baru.” Katanya. Aku ingin sekali menghajarnya! Apa ini maksudnya!

“Hey kau! Jangan kira orang kaya sepertimu bisa bersikap begitu padaku! Aku gak sudih! Ambil sana uangmu! Aku gak butuh! Awas ya kalau kau bertemu lagi denganku, akan kuhajar kau!” teriakku emosi saat dia sudah pergi jauh sambil membawa mobilnya pergi.

Hua!!!!!!!!!!!!!!!! Kesal! Kenapa aku bertemu orang macama dia!!!! Sial! Awas dia! Kataku. Aku ambil sepedaku dan kudorong dia meninggalkan berlembar-lembar uang yang dilemparkannya untukku.
Aku terus mengomel dalam hatiku hingga akhirnya memasukkan sepedaku kedalam garasi toko tempat ku bekerja. Aku mengganti pakaianku dengan seragam kerja dan mulai mengerjakan tuga-tugasku. Aku bekerja di kasir sebuah toko buku dan banyak juga rekan-rekan kerjaku memiliki nasib yang sama denganku. Kami harus bekerja untuk keluarga kami. Tapi kami smeua senang, dengan begitu kami bisa lebih menghargai waktu, uang, serta hidup kami.

“Kau kenapa?” tanya salah satu rekanku. Aku diam saja. Aku gak mungkin cerita tentang kejadian itu. Kalau sampai mereka tahu aku bertemu idola mereka bisa-bisa sesuatu hal terjadi padaku.

Aku mulai aktifitasku hari ini dengan hati berat. Ah.. aku harus beli sepeda baru... padahal uangku kini sudah menipis. Apa masih bisa diperbaiki ya?

Waktu berlalu cepat hingga malam pun menggantikan siang. Hari ini aku benar-benar sial. Sedikit seklai pengunjung yang datang hari ini, itu artinya tidak ada lembur dan aku tidak akan mendapat uang lembur hari ini. Aku segera mengganti pakaianku lagi dan mengambil sepedaku. Aku tak bisa mengendarainya lalu kudorong saja sepeda itu.

Angin musim dingin bertiup dan membuatku bergidik saat dia masuk kedalam mantelku. Ah... dingin sekali. perlahan kutapaki jalanan itu. Sudah hampir setengah jam aku berjalan saat tiba-tba angin berhembus dengan kuatnya. Salju turun dengan lebat dan hembusan angin semakin kuat. Astaga badai!!!!! Aku berlari dengan cepat mencari-cari tempat berlindung tapi disini gak ada siapa pun. Aku tidak menontn tv hari ini padahal aku yakin badai hari ini sudah diperkirakan tapi aku tidak tahu! Oh bodohnya aku!

Aku terus berlari berusaha menerobos angin hingga kulihat gereja yang ada tak jauh dariku. Aku berlari ke gereja itu dan masuk kedalamnya. Gereja ini sepi, tak ada orang disini. Aku memasukkan sepedaku dan menutup pintu gereja itu. Disini sedikit lebih hangat. Aku segera duduk di kursi yang berjejer di depanku dan meletakkan sepedaku disudut ruangan. Gereja ini cukup besar dan indah. Banyak lilin yang ditempatkan di sudut-sudut ruangan. Serta penerangannya pun cukup baik. Gereja ini terlihat unik dengan ukiran-ukiran yang indah di dinding-dindingnya. Ah... indahnya. Perlahan aku bisa merasakan hangat karena kulihat patung tuhan di letakkan disana. Aku mendekat dan duduk dibawahnya. Kupejamkan mataku dan berdoa. “Tuhan, hanya satu yang kuinginkan, jika aku terjebak dalam badai ini kuharap adik-adikku bisa tenang menungguku dirumah. Tolong jaga mereka.” kataku lalu membuka mataku sata tiba-tiba kudengar seeorang masuk kedalam gereja. Kudengar langkah kakinya yang berat dan tepat saat aku berpaling untuk melihat orang yang mengganggu ketenanganku mataku tertuju pada sosok yang ku kenal.

“Kau?” kata kami bersamaan.

“Sedang kau disini?” katanya.

“Harusnya aku yang bilang hal itu.”.

“Kau sengaja mengikutiku?!” kata Yunho lagi.

“Kau gila! Yang benar saja. Apa kau pikir aku gak punya kerjaan lain apa!” kataku kesal. Kami salin pandang cukup lama hingga aku memilih untuk diam dan menjauh darinya. Aku duduk di kursi bagian depan sambil berharap semoga badai ini lekas berhenti tapi nampaknya itu tidak mungkin. Bisa kulihat derasnya salju dan angin yang bertiup dari jendela kaca yang ada di sisi ruangan. Aku khawatir dengan kedua adikku.

Yunho ternyata juga memilih diam dan duduk di bagian belakang kami saling diam hingga akhirnya suaranya memecahkan kesunyian yang melanda kami berdua.

“Maaf, kejadian pagi ini. Aku hanya bingung. Belum pernah seseorang bersikap begitu menyebalkan padaku.” Katanya.

Aku diam saja berusaha tenang tapi aku tak bisa menahan tawaku. “Aku juga minta maaf. Aku hanya marah karena kau merusak sepedaku. Itu satu-satunya kenangan yang dimilikiku dari ayahku. Air mataku hampir mengalir tapi kucoba untuk tegar dan tak menangis.

“Apa ayahmu sudah...”

“Ya..., ayahku sudah meninggal. Dan beliau membawa serta ibuku meninggalkanku dan kedua adikku.” Kata-kataku sekan tenggelam dalam suara badai yang mengamuk diluar.

“Lalu, kau hanya bertiga dengan saudara-saudaramu. Kalau kau ada disini malam ini, bagaimana dengan kedua adikmu?” tanyanya.

“Mereka mungkin bersama bibi sekarang.”

“Owh...,” katanya. “Ngomong-ngomong aku benar-benar minta maaf akan hal itu.” Katanya lagi. “Apa kau masih sekolah?” tanyanya.

“Ya, tentu saja. Aku mahasiswi, dan aku juga bekerja di beberapa tempat.”

“Oh ya, ceritakan padaku.” Katanya tiba-tiba kini duduk disampingku. Aku malah tertawa dan mulai menceritakan semuanya padanya. Mulai dari kejadiaan yang merenggut orangtua ku serta ketiga pekerjaan yang kini kugeluti.

“Wow, aku tak menyangka kau begitu kecil tapi punya kekuatan sebesar itu.” Katanya setelah aku menceritakan semuanya.

“Ya, begitulah. Oh ya, sebagai penyanyi apa kau juga punya masalah sendiri?” tanyaku.

“Tentu saja. Terkadang aku begitu lelah dengan jadwal kerjaku. Kau tahu sendiri aku harus terbang ke beberapa negara untuk aktifitasku disana, dan aku juga harus ke jepang untuk album baruku bulan depan.”

“Wah.., ternyata melelahkan juga. Tapi kau terkenal.” Kataku. Dia tersenyum lalu kami diam lagi.

“Apa kau tidak lelah?” kata Yunho pelan.

“Ya, aku sungguh benar-benar lelah. Tapi ini hidupku.” Kataku.

“Tenang, aku yakin suatu hari nanti kau akan sadar betapa besar pengorbananmu. Bukankah esok akan datang? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok.” Kami tertawa bersama. Aku tahu mungkin kami sudah bercerita terlalu banyak. Lalu aku mengantuk. Sekarang sudah pukul satu malam dan badai masih terus berkecamuk diluar. Aku mencoba untuk terus membuka mataku tapi akhirnya tertidur dalam sandaran seseorang yang menopang tubuhku.

Paginya.....

Aku terbangun saat kudengar seseorang membangunkanku. Kubuka mataku dan kudapati pastur yang berdiri di depanku.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya.

“Ah..., iya.. maaf pastur.” Kataku sambil mengusap mataku.

“Ini ada sesuatu, laki-laki itu menitipkan ini untukmu.” Katanya sambil memberikan secarik kertas padaku. Aku bingung dan saat aku sudah bener-bener bangun baru kusadari kalau yunho sudah pergi. aku mengambil kertas itu dan pastur itu meninggalkanku. Kubuka kertas itu dan kubaca, “Aku ingin bertemu denganmu besok jam 10 pagi di tempat kita pertama kali bertemu..” itulah isi kertas itu. Hanya itu. Bertemu? Untuk apa?

Aku bingung sendiri tapi akhirnya aku sadar untuk segera pulang.
Sesampainya di rumah kulihat kedua adikku menungguku disana. Mereka segera memelukku saat kuletakkan sepedaku didalam.

“Kakak, kami takut kakak gak pulang.” Kata Angel sambil menangis.

“Kami takut kakak kenapa-napa.” Kata Jhon lagi.

“Kakak gak apa-apa kan. Ayoo, mausk . kalian sudah makan?”

“Sudah kak, bibi datang menemani kami semalam dan bibi masak makanan yang enak, ayo kak kita ingin lihat kakak makan.”

Aku tersenyum dan segera masuk. Setelah mandi aku duduk bersama kedua adikku dan bibi ku yang menyiapkan makanan untukku.

“Terimakasih bibi datang. “ kataku.

“Kau tidak menghubungi bibi semalaman. Bibi khawatir sekali.” katanya sambil meletakkan semangkuk nasi didepanku.

“AKu tak bisa menghubungi bibi karena tidak ada sinyal semalam.” Kataku. Setelah makan aku masuk ke kamarku dan tidur. Hari ini aku tidak bekerja klarena memang jadwal liburku dan aku memilih untuk tidak kemana-mana.

Esoknya .....

Jam sepuluh tepat aku sudah berdiri di tempat yunho memintaku datang menemuinya. Tapi hingga berjam-jam kemudian dia tetap tidak muncul juga. Aku tahu aku bodoh, seharusnya aku tidak datang. Toh dia hanya ingin mempermainkanku.

Tapi hati ini berkata lain, sejak saat itu aku terus menunggunya di tempat itu tiap pukul sepuluh tapi berbulan-bulan telah berlalu tetap saja dia tak kembali hingga satu tahun pun berlalu. Aku sadar kalau aku jatuh cinta padanya. Dan walaupun dia tidak datang menemuiku aku masih bisa terus melihat wajahnya di televisi maupun koran. Kini yunh omenetap di Jepang karena itu lah sudah seharusnya aku melupakannya.

Hari ini aku pergi kerja seperti biasa. Dan saat kulewati tempat itu seseorang telah menungguku disana dengan sepedanya. Aku kaget dan segera berlari kearahnya. Kupeluk dia erat-erat dan aku tak sadar kalau ada beberapa orang yang mengawasi kami.

“Kau bohong padaku!” kataku.

“Maaf, saat itu manejer tidak mengizinkanku keluar. Seklai lagi maaf.” Katanya sambil memeukku.

“Oh ya, ini sepedamu. Aku belikan yang baru. Khusus dariku.” Katanya. Aku tertawa melihat sepeda itu
dan memeluknya lagi.

“Aku merindukanmu,” kataku.

“Aku juga. Dan aku selalu ingin bilang kalau aku menyukaimu.” Kata-katany membuatku senang dan kupeluk dia makin erat.

“Ngomong-ngomong siapa namamu?” tanya Yunho bingung.

“Aku Rin,” kataku sambil tertawa. Aku masih memeluknya saat orang-orang yang mengawasi kami tertangkap basah olehku.

“Kalian?” kataku kaget melihat empat penyanyi lainnya.

“Upz...,” aku tidak melihat apa-apa Hyung!” kata Changmin tertawa.

“Bukankah kau yang mengajak kami mengintip!” kata Jaejoong malu.

“Hey, Junsu apa kau merasa mereka seperti di drama-drama percintaan.” Kata Yoochun tertawa.

“Hahahaha, tentu saja hyung. Kulihat hyung kita yang satu ini haru smentraktir kita makan besar-besaran.” Katanya. Semua tertawa dan aku pun tertawa keras. Semua yang terjadi membuatku sadar bahwa duniaku ini sempurna. Penantianku selama satu tahun ini tidak sia-sia. Dan kudapatkan cinta pertamaku disini.

End ~~~

1 komentar:

yang uda baca jangan lupa comment ya....

saran dan kritikan di tunggu....

gomawo...

 
Copyright GosHiKi TvxQ 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .