RSS

Selasa, 16 Februari 2010

Love In The Ship by : Arylee

Peluit kapal pesiar berbunyi lagi. Orang-orang di dermaga pelabuhan melambai-lambaikan tangan mereka melepas kepergian ku. Walau sebenarnya mereka itu tidak ada hubungannya dengan diriku ini. Digeladak kapal, para penumpang yang akan menuju ibu kota Seoul tampak membalas lambaian tangan dari sanak family masing masing. Sebagian sibuk menghapus air mata. Perlahan-lahan kapal pesiar nan besar ini bergerak menjauhi dermaga, meninggalkan buih-buih air laut yang disibak baling-balingnya. Selamat tinggal London, selamat tinggal Inggris, selamat tinggal Eropa.

Eun Soo dari tadi duduk termangu di kabin kelas dua yang ditempatinya bersama dua orang gadis korea yang berasal dari Gwangju yang baru saja menyelesaikan liburan semester mereka. Eun Soo sendiri baru saja berkenalan dengan mereka, jadi rasanya tidak sendirian berada di dalam kapal sebesar ini. Sambil menghela nafas panjang, EunSoo mencoba berbaring. Pikirannya kacau balau dan tiba-tiba setetes air matanya berderai keluar. Cepat-cepat ia menghapus air matanya itu dan berusaha menghibur dirinya.
“Aish,,, jangan cengeng. Bukankah ini semua sudah menjadi tekat mu? bukankah engkau sudah membulatkan niat untuk kabur dan melarikan diri dari orang-orang yang berusaha memaksakan kehendaknya terhadap mu??” kata EunSoo dalam hatinya.

#flash back#
Eunsoo memeluk bantal dan merenung, ia masih ingat betul kejadian yang dialaminya seminggu yang lalu ketika ia baru saja pulang dari kampus. Omma memanggilnya keruang keluarga dan appa sudah menunggu dengan wajahnya yang berseri-seri, kemudian kedua orang tuanya itu mengatakan bahwa Eunsoo sudah mereka pilihkan jodoh yang cocok, hebat dan tampan. Orang tua dari calon itu baru saja pulang dari rumah Eunsoo setelah mereka semua saling menyetujui urusan perjodohan itu. Eunsoo masih ingat, waktu itu appa dan omma menatapnya dengan berseri-seri serta tampak bahagia. mereka sama sekali tidak menduga bahwa pernyataan mereka itu diterima Eunsoo bagaikan munculnya petir di tengah hari. Eunsoo terkejut bukan main, bagaimana hal semacam itu bisa terjadi begitu tiba-tiba.
“Apapun alasannya, aku tidak sudi! orang itu belum aku kenal, belum pernah aku lihat, bahkan namanya sja aku tidak tahu, bagaimana aku bisa menikah dengan dia?? pokoknya aku tidak mau!” protes Eunsoo. Akan tetapi apapun yang diucapkan Eunsoo, Appa dan omma nya tetap bersikeras dengan apa yang telah diputuskan.

Dalam hati kecilnya timbul niat untuk melarikan diri dari keputusan orang tuanya itu. Eunsoo merencanakannya diam-diam, tak seorang pun tahu rencana pelarian dirinya itu, bahkan teman-temannya juga tidak. Diam-diam ia membeli tiket dengan uang tabungannya dan bersiap-siap. Pagi hari ia berangkat ke kampus seperti biasa dan berbuat seolah tidak terjadi apa-apa. Beberapa lembar pakaiannya dibungkusnya rapi dan dimasukkannya ke dalam tas kuliahnya. Semua berjalan dengan lancar sampai saat ia naik kapal pesiar dan bersembunyi di dalam kabin yang disewanya. Eunsoo akan pergi kerumah oppanya yang sudah berumah tangga di Seoul. Jaejoong oppa , Ia bisa menolongnya, oppanya itu sangat mencintainya, sejak kanak-kanak dulu keduanya amat akrab satu sama lain. Walau Jaejoong oppa bukan kakak kandungnya. Istri dari Jaejoong oppa juga sangat mencintai Eunsoo, mudah-mudahan saja oppanya itu mau mengerti perasaannya dan mau melindunginya dari paksaan appa dan omma.
----------------

Eunsoo baru muncul digeladak atas pada hari kedua, ketika kapal pesiar sudah berada di tengah perjalanan. Ia duduk di restoran setelah capek berjalan-jalan dan kini memesan minuman dingin. Udara siang terasa menyengat, ia masih asyik melamun sambil menatap birunya air ketika tiba-tiba seorang lelaki duduk di dekatnya. Mereka bertatapan sejenak kemudian saling tersenyum.
“Panas sekali.” keluh lelaki muda itu sambil mengipasi tubuhnya.
“Wajah yang tampan, kulit yang berkeringat dan matanya yang bening tampak begitu layu, mungkin karena kurang tidur atau entah kenapa?” pikir Eunsoo, diam-diam ia tergetar juga menerima tatapan mata itu tadi. Lelaki itu mungkin baru berumur 23 Tahun dan tampangnya “Boleh juga” lanjut Eunsoo dalam hati.

“Ne,, panas sekali.” kata Eunsoo menimpali, pemuda itu langsung mentap Eunsoo lekat-lekat. Diperhatikannya Eunsoo dari atas sampai bawah.
“Ke Seoul?” tanya lelaki itu. Eunsoo hanya mengangguk.
“Dengan siapa? Kajok? Chingu? atau,,??” pria itu bertanya lagi.
“Sendirian.” kata Eunsoo memotong pertanyaan pria itu. Lelaki itu terdiam sejenak, kemudian tersenyum sambil melihat Eunsoo.
“Apa ada yang aneh kalau aku pergi sendirian?” kata Eunsoo sedikit kesal.
“Ah,, tidak apa-apa.Tidak ada yang aneh. Sekarang kan jamannya emansipasi, gadis-gafis sekarang sudah modern, betul kan?” kata pemuda itu meyakinkan.
“Ne,, sekarang memang jaman modern, bukan jamannya kerjaan seperti dulu. Setiap anak gadis punya hak yang sama dan mereka punya kebebasan yang harus dihormati.” tiba-tiba saja Eunsoo begitu bersemangat, ia ingat appa dan omma nya, hingga secara tidak sadar ia menjadi kesal.
“Araso,, araso.. tampaknya kau pantas menjadi penerus Jang geum,,Cuma aku heran,, engkau tentu terburu-buru, hingga celana Tae kwon Do mu masih kau pakai terus.” kata lelaki itu menahan senyumnya. Saking bingung dan paniknya sampai-sampai tak disadarinya jikalau ia masih mengenakan celana Tae Kwon Do nya yang berwarn putih itu.
“Kau tentu terburu-buru kan?” kata pemuda itu dan Eunsoo mengangguk lemah.
“Kenapa?” Tanya pemuda itu lagi.
“Itu urusanku, memangnya kenapa? mau tahu saja.” kata Eunsoo jengkel.
“aku hanya ingin tahu, kalau kau keberetan,, itu hakmu.” kata pemuda itu pasrah.

Eunsoo menghela nafas panjang untuk kesekian kali sambil melepaskann pandangannya ke cakrawala. Seekor burung camar menukik menyentuh air laut kembali terbang ke angkasa dengan seekor ikan kecil yang menggelepar di paruhnya.
“Aku memang pergi diam-diam dari rumah. Kabur!” cetus Eunsoo tiba-tiba seolah tanpa sadar. Lelaki tampan itu mengerutkan kening saat mendengarnya.
“Kabur?” Tanya lelaki itu.
“Ne,, orang tuaku yang kuno itu memaksaku untuk menikah dengan seseorang yang sama sekali belum ku kenal dan tentu saja aku tidak mau.” kata Eunsoo meyakinkan. Lelaki tampan itu menundukkan kepalanya dan kemudian tersenyum simpul.
“Kenapa kau tersenyum? Apakah kau mengira aku main-main?” kata Eunsoo yang tampak sangat emosi.
“Ohh,, ani,, sama sekali tidak. Miane, tetapi memang telah terjadi sesuatu yang aneh diantara kita. Ceritamu tadi persis sama dengan apa yang aku alami. Aku pun kabur untuk menghindari paksaan orang tua yang mau menjodohkan dan menikahkanku dengan seorang gadis yang belum ku kenal. bukankan itu aneh??” Eunsoo mentap mata yang bening itu lekat-lekat, seolah ingin tahu apakah pria handsome ini sedang bercanda atau serius. Melihat wajahnya, si tampan ini memang tidak sedang bercanda, ia tampak serius.
“Memang dunia sekarang lagi dipenuhi keanehan-keanehan, hmm,, ngomong-ngomong, kenalkan Yunho,, Jung Yunho imnida. Boleh aku tahu siapa namamu?” pria tampan itu memperkenalkan dirinya dan bertanya lagi pada Eunsoo.
“Eunsoo,, Song Eunsoo imnida. ngomong-ngomong kenapa kau tidak mau dinikahkan?? apa alasannya sama dengaku?” kata Eunsoo berbalik bertanya.
“Ne,, sama dengan dirimu. Aku tidak mau dinikahkan dengan orang yang tidak aku kenal, tidak pernah aku lihat dan bahkan aku juga tidak tahu namanya. Aku baru saja menyelesaikan studiku di London, dan tiba-tiba saja saat aku pulang orang tuaku menawariku untuk menikah. Kata mereka gadisnya sudah dipersiapkan. Mana mungkin aku bisa menerimanya??” kata Yunho dengan perasaan yang cukup kesal.
“Hmm,, engkau sudah punya pacar barangkali??” tudauh Eunsoo, namun didalam hati Eunsoo semakin kagum dengan apa yang dilakukan lelaki ini. Meski sudah memiliki title keluaran London, ternyata dia tidak sombong.
“Anio,, aku tidak punya pacar, dulu memang ada tapi sudah di bawa orang. Dia lebih menyukai orang London disbanding dengan diriku, lagipula saat itu aku masih jadi mahasiswa dan bukan siapa-siapa disana. ” jelas Yunho dengan sedikit senyuman di bibirnya.
“Bagaimana dengan cinta? apa menurutmu dalam pernikahan itu butuh cinta??” Tanya Eunsoo ingin tahu.
“Menurutku cinta itu sangat penting, ya katakanlah kalau aku menyukai gadis yang di jodohkan olehku, tapi kalau tanpa cinta sebagai landasannya aku tidak akan pernah menikahinya, hmm,, apakah pernikahan yang tanpa didasari dengan cinta dapat berjalan dengan lancar?” kata yunho menjelaskan pendapatnya.
Eunsoo semakin menyukai sikap Yunho yang begitu dewasa, perkataannya, matanya sampai dengan bentuk tubuhnya semuanya Eunsoo suka. Tak dapat dipungkiri bahwa diri Yunho adalah lelaki yang selalu dia impikan. Semua hal itu membuatnya merasa akrab bersama dengan Yunho. Obrolan yang semakin menghanyutkan itu mereka lanjutkan saat malam hari menjelang, diterangi sinar cahaya rembulan yang begitu indah telihat di tengah lautan tanpa dihalangi oleh awan-awan. Suasana malam semakin terasa romantis. Eunsoo perlahan-lahan mulai menyadari, ada getar-getar cinta yang ia rasakan tiap kali matanya bertautan dengan mata Yunho, dia merasa pertemuan yang begitu singkat ini sangat berarti dan Yunho telah mengisi relung hati Eunsoo yang lama kosong. Selama ini dia memang belum pernah pacaran,tapi bukan berarti dia tidak ada yang menyukai. Sikap Eunsoo yang memang cuek dan apa adanya membuatnya tidak terlalu memikirkan tentang pacaran. Perlahan-lahan jari jemari Yunho yang terasa hangat mengelus lembut pipi Eunsoo dan membuatnya menjadi merona yang tak dapat dia tutpi lagi dari pandangan Yunho. Debaran jantung Eunsoo semakin berdetak kencang dan perasaannya tidak karuan dirasanya.
“Ya,, Tuhan. Apakah ini yang dinamakan cinta? mengapa terjadi disaat ini, mengapa muncul saat aku berada jauh ditengah samudra dalam pelarianku?” kata Eunsoo dalam hatinya.


Pada malam terakhir menjelang tujuan. Eunsoo tidak menolak sewaktu Yunho mengajaknya turun melantai untuk berdansa. Keduanya berpelukan, diam dan mengikuti alunan irama music yang begitu indah mengalun. Tanpa kata-kata, hanya diam seribu bahasa yang dapat mereka lakukan. Walau pandangan mereka sesekali berpaut satu sama lain, namun tak ada kata-kata yang mereka keluarkan dari dalam bibir masing-masing. Sampai dentuman music berubah menjadi lebih menghentak. Tanpa ragu lagi Yunho mengajak Eunsoo untuk kembali berdansa namun dengan gerakan yang lebih energik. Gerakan Yunho yang seirama dengan music yang mengalun menjadikan dia pusat dari tontonan seluruh penumpang kapal pesiar itu. Semua yang berada di ruangan itu berteriak melihat aksi Yunho. Eunsoo yang notabennya juga suka menari tak mau kalah dengan Yunho, dia mengeluarkan semua kebisaannya. Liyukan tubuh Eunsoo membuat semua pria di tempat itu melihatnya dengan tatapan ingin memiliki sambil terbelalak. Disela aksi mereka itu, dalam hati Eunsoo berharap pada Tuhan seandainya Yunho adalah orang yang dijodohkan dengannya oleh appa dan ommanya dia kan menerimanya dengan senang hati dan dia tidak akan menolaknya.

Pada ujung malam itu, digeladak kapal pesiar. Yunho dan Eunsoo sedang menikmati sisa malam dengan saling berbincang-bincang sambil meminum soju yang mereka bawa dari ruangan dansa tadi. Keduanya bercengkrama, suasana yang begitu tenang mendukung untuk keduanya salingmelumat satu sama lain di bibir masing-masing. sederet kecupan yang mengairahkan tengah Yunho lancarkan pada Eunsoo. Tanpa adanya sebuah penolakan mereka menikmati kebersamaan mereka saat itu.
“Apa kau menyukaiku?”Tanya Eunsoo saat melepaskan ciumannya dari bibir Yunho.
“Aku lebih dari menyukaimu.” kata Yunho singkat dan kini mendaratkan bibirnya di leher Eunsoo.
“Apa kau mencintaiku?” Tanya Eunsoo lagi sambil menikmati kecupan Yunho.
“Lebih dari cinta yang kurasakan saat ini.” kata Yunho menjelaskan.
Eunsoo mendorong bahu Yunho, menegakkan tubuh lelaki itu dan melihat lelaki itu dengan lekat. Dia mencari sebuah kebenaran akan keputusan yang kaan segera dia ambil.
“Maukah kau bersama dengan ku untuk selamanya?” Tanya Eunsoo dengan penuh keseriusan.
“Jika ku katakan kau sangat berarti dalam hidupku, dan dirimu lebih berarti dari apapun yang aku miliki, apakah aku pantas bersamamu untuk selamanya?” kata Yunho berbalik mempertanyakan isi pikiran Eunsoo.
Senyuman manis kini telah merekah di bibir tipis Eunsoo, dan menandakan akan dirinya menerima Yunho dan telah menetapkan hatinya untuk memutuskan akan mencintai Yunho dalam hidupnya kini. Hujan pun turun seraya merestui ikatan cinta yang mereka buat bersama. keduanya terpaksa menyingkir dari tempat itu dan masuk kedalam kabin, namun sebelum sampai di dalam kabin ddengan tidak diduga sepatu highils Eunsoo patah pada salah satu haknya, sepatu yang dia pakai untuk berdansa tadi dengan Yunho memang sudah terlihat cukup tua yang menjadikannya sangat rapuh. Dengan sigap Yunho menopang tubuh Eunsoo yang hendak terjatuh. Pandangan mata mereka kembali berpaut, Yunho mengangkat tubuh Eunsoo dan membawanya kedalam kabin Eunsoo.
“Apa ada yang sakit??” Tanya Yunho sambil melepaskan kedua sepatu Eunsoo, yang ditanggapi dengan gelengan kepala dari Eunsoo.
“Lebih baik kau istirahat sekarang. besok kita akan tiba di pelabuhan.” kata Yunho melanjutkan.

esok paginya

Dengan sebuah taxi, mereka berdua meninggalkan pelabuhan, menuju rumah oppa dari Eunsoo. Sepanjang jalan Eunsoo membiarkan lengan Yunho yang kukuh merangkul bahunya, seolah mereka berdua tak mau berpisah lagi. Eunsoo dalam hati sudah membulatkan tekat bahwa apa pun yang kan terjadi ia akan tetap mencintai Yunho. mereka memang baru kenal satu sama lain, tetapi cinta tak pernah kenal waktu, bukan??

Berdesir darah Eunsoo orang yang membuka pintu rumah Jaejoong oppa adalah appa nya. Rupanya orang tua yang berfikiran kuno itu sudah mencium pelariannya dan sudah mencegatnya di sini, dirumah oppanya yang ia cintai. Orang tua itu mengernyitkan keningnya saat melihat Yunho, sementara Eunsoo berdiri gemetar tak tahu harus berbuat apa. Untung saja Jaejoong oppa cepat keluar, sehingga Eunsoo dengan cepat dapat menemukan perlindungan.
“Mula-mula ia membayangkan bahwa appa nya pasti akan menghajarnya habis-habisan, dan Yunho, ah… entah apa yang akan diperbuat appa dengan lelaki pujaannya itu. Memukulnya?? Mengusirnya??” pikir Eunsoo dengan penuh ketakutan.
Tapi aneh. Appa malah tersenyum, bahkan kemudian tertawa terbahak-bahak.
“Dasar memang jodoh! Eunsoo, tahukah kau siapa yang datang bersamamu ini? kau Jung Yunho kan? Orang tuamu telah datang merundingkan perjodohanmu dengan anakku. Kau menolak, bahkan minggat. Dan ternyata Tuhan yang akhirnya mempertemukan kalian diatas kapal pesiar.” Eunsoo membelalakkan matanya. Yunho tersenyum tertunduk malu dihadapan appa Eunsoo.
“Eunsoo,, lelaki inilah yang hendak kami jodohkan denganmu.”kata appa Eunsoo sambil merangkul pundak Yunho dan melihat Eunsoo dengan senyum.
“Apakah kau masih juga menolak dan mau kabur?” sambung Jaejoong oppa menggoda. Kali ini Eunsoo menggelengkan kepala dan memeluk erat-erat oppa yang paling dicintainya itu.
“Jadi kalian sudah saling kenal??” Tanya Eunsoo yang masih memeluk oppanya sambil menunjuk kearah Yunho.
“Ne,, begitulah.” kata Yunho singkat.
“Ye,, dia itu temanku waktu di SMA.” Kata Jaejoong menambahkan. Lirikan sinis diarahkan untuk keduanya.
“Tapi ini semua adalah ide oppa mu itu” kata Yunho membela diri dan pukulan yang bertubi-tubi dari Eunsoo pun tak bisa terelakkan lagi bagi keduanya. Appa Eunsoo hanya dapat tersenyum melihat kelakuan anak-anak mereka itu.


--THE END--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang uda baca jangan lupa comment ya....

saran dan kritikan di tunggu....

gomawo...

 
Copyright GosHiKi TvxQ 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .